BABTECH 2019 Conference

Identifikasi Pencemar pada Pengrajin Batik
Dr. Katharina Oginawati, MS (a*), Meutia Fakhriah B, ST (a*), Safrida Zuhaira, ST (a*)

Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung


Abstract

Seiring dengan pertumbuhan industri kecil menengah (IKM) yang pesat, hal ini berbandingan lurus dengan dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan dan lingkungan kerja tersebut. Industri batik termasuk salah satu IKM yang menjadi unggulan di beberapa daerah Indonesia, seperti Cirebon dan Yogyakarta. Dampak yang ditimbulkan pada lingkungan berasal dari bahan produksi batik yang dapat mencemari udara ambien dan udara di lingkungan kerja. Sebagian besar industri batik di Cirebon dan Yogyakarta beroperasi dalam skala home industry, yang tidak memiliki pengolahan limbah udara. Dampak yang ditimbulkan tidak hanya emisi namun juga pada pekerja yang terinhalasi udara tersebut. Pada salah satu Industri Batik di Cirebon ditemukan partikulat dan gas hidrokarbon BTEX dan PM 2,5 dan logam berat pada partikulat di dalam ruang kerja pengrajin batik. Pengukuran udara di ruang kerja pengrajin batik digunakan Low Volume Sampler dengan flow 2,5 L/min. Dari hasil pengukuran dapat diidentifikasi kandungan PM 2,5 di ruang kerja pengrajin batik pada kisaran 3,53 – 109,14 μg/m3. Terdapat pula kandungan toluene pada kisaran sebesar 0,259 – 0,288 mg/m3 dan 0,123 – 0,128 mg/m3 xilen. Logam berat yang terkandung dalam partikulat antara lain Al, Zn, dan Fe. Dari hasil tersebut ditemukan konsentrasi PM 2,5 yang melebihi ambang batas standar WHO yaitu 25 μg/m3. Maka untuk mengurangi dampak dari limbah udara di lingkungan kerja diperlukan sistem pembuangan lokal di Industri Batik yang termasuk dalam pendekatan produksi bersih.

Keywords: pencemaran udara, BTEX, produksi bersih, batik, exhaust-ventilation

Topic: Biomarker, Drug Design, Delivery and Teragnostic

Link: https://ifory.id/abstract-plain/h4TaHdCuJ2pv

Web Format | Corresponding Author (Meutia Fakhriah Basuki)