Indonesia Conference Directory

Abstract : Daerah Istimewa Aceh sebagai salah satu daerah paling ujung barat di wilayah Indonesia mempunyai kekayaan budaya yang sangat unik dan kaya. Sebagai daerah yang merupakan pintu masuk perdagangan dari barat, budaya Aceh berakulturasi dengan budaya-budaya dari negara lain seperti Arab, India dan Melayu. Hasil budaya tersebut kemudian terpecah-pecah dan membentuk keunikan tersendiri yang dikembangkan menurut adat istiadat, kepercayaan dari daerah-daerah di Aceh. Contoh seperti daerah Gayo, Leung Bata, Aceh Tamiang dan lain-lain. Hasil akulturasi itu membentuk kekhasan masing-masing daerah di Aceh dari pakaian adat yang berbeda dari bentuk, warna maupun aksesorisnya. Pada akhir tahun 2014, dimana Aceh mengalami bencana tsunami yang memporak porandakan Aceh. Bencana itu mengakibatkan banyak infrastruktur di Aceh hancur dan hilang. Hasil-hasil budaya, peninggalan-peninggalannyapun hancur dikarenakan tsunami. Seiring waktu Aceh kembali menata diri, Aceh mencoba bangkit, terutama dari sisi perekonomian. Merancang aksesoris khas Aceh tentunya mempunyai tantangan tersendiri dikarenakan Aceh terbagi menjadi daerah-daerah yang dalam sejarahnya membentuk kekhasan masing-masing. Dalam hal ini tentunya harus dicari sebuah benang merah yang akan menghubungkan antar daerah di Aceh sehingga aksesoris yang nanti dirancang setidaknya dapat cukup menjadi salah satu Aksesoris khas Aceh. Hal ini selain dapat mengidentifikasi kembali salah satu budaya khas Aceh dapat juga membantu Aceh untuk bangkit kembali menata perekonomiannya lagi. Key words : Souvenir, Aceh, Identitas, Ekonomi