Indonesia Conference Directory


<< Back

Abstract Topic: Kebumian

Page 1 (data 1 to 30 of 30) | Displayed ini 30 data/page

Analisa Bibliometrik Penelitian Geologi untuk Tata Guna Lahan Perkotaan (1976-2019)
Yuniarti Ulfa (a,b*), Dasapta Erwin Irawan (a), Benedictus Kombaitan (c), Deny Juanda Puradimaja (a)

Show More

Corresponding Author
Yuniarti Ulfa

Institutions
a) Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB Jalan Ganesha 10, Bandung 40132, Indonesia
b) Politeknik Geologi dan Pertambangan AGP, Jalan Cisaranten Kulon, Bandung 40293, Indonesia
c) Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, ITB, Jalan Ganesha 10, Bandung 40132, Indonesia

Abstract
Sejak pertama kali diperkenalkan oleh F. Stuart Chapin Jr pada tahun 1957, konsep tata guna lahan perkotaan sudah memuat unsur-unsur geologi. Dalam penelitian ini, metode analisis bibliometrik telah digunakan untuk mengukur sejauh mana ruang lingkup geologi telah dimanfaatkan hingga hari ini dalam tata guna lahan perkotaan. Semua publikasi ilmiah yang relevan dalam Scopus (1976–2019) dianalisis dengan metode tinjauan literatur sistematis (SLR) sesuai dengan jenis dokumen, topik, penulis, asal negara dan institusinya. Hasilnya kemudian dipetakan dan dikelompokkan menggunakan perangkat lunak VOSviewer. Total 216 artikel ilmiah yang relevan telah diidentifikasi, dan hasilnya telah mampu menjawab mengapa mayoritas publikasi ilmiah berasal dari Cina, Inggris serta Turki. Publikasi terkait juga cenderung mengalami peningkatan signifikan pada kurun waktu tahun 2000 hingga 2013. Analisa bibliometrik juga menunjukkan metode yang paling banyak digunakan dalam penelitian geologi untuk tata guna lahan perkotaaan adalah GIS kemudian AHP. Sedangkan topik geologi yang paling banyak dibahas untuk perkotaan berdasarkan peringkatnya adalah geologi lingkungan, gempa bumi, banjir, airtanah, lalu longsor.

Keywords
Geologi; Tata guna lahan; Perencanaan perkotaan

Topic
Kebumian

Link: https://ifory.id/abstract/ANtqQgnkWrGv


ANALISIS KONDISI ATMOSFER TERKAIT BANJIR SINGARAJA 26 JANUARI 2018 MEMANFAATKAN CITRA SATELIT HIMAWARI DAN MODEL NUMERIK CUACA
Prabu Aditya Sugianto (a*), Muhammad Panji Rosyady (a)

Show More

Corresponding Author
Prabu Aditya S.

Institutions
a)Mahasiswa Program Studi Diploma IV Meteorologi, Sekolah
Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (STMKG), Jl.
Perhubungan I No. 5, Komplek Meteo DEPHUB, Pondok
Betung, Tangerang Selatan – 15221
*prabuadityasugianto[at]gmail.com

Abstract
Hujan lebat telah terjadi pada tangggal 26 Januari 2018 di wilayah Singaraja, Provinsi Bali . Menurut informasi dari warga Singaraja yang dihimpun dari salah satu media massa menyatakan bahwa hujan terjadi dengan intensitas sedang hingga lebat yang terjadi selama 4 jam di malam hari. Hal ini menyebabkan banjir di sejumlah titik di wilayah Singaraja seperti Jalan Jelintik Gingsir, Jalan Srikandi, Jalan Laksamana, Jalan Serma Karma, hingga Jalan Ahmad Yani. Selain itu , banjir juga menyebabkan terendamnya beberapa rumah di perumahan warga yang ada di wilayah tersebut.Hal ini tentu membawa dampak kerugian bagi masyarakat. Oleh karena itu diperlukan analisis mengenai penyebab hujan lebat tersebut terjadi yang bertujuan untuk mengetahui fenomena-fenomena cuaca yang mempengaruhi terjadinya hujan lebat di wilayah Singaraja.Analisis dalam penelitian ini menggunakan data citra satelit Himawari 8 untuk melihat sebaran awan konvektif pada waktu kejadian , data model cuaca numerik ERA INTERIM yang dikeluarkan oleh European Centre For Medium Range Weather Forecast(ECMWF) untuk melihat peekembangan secara fisis cuaca pada saat kejadian, serta dengan data dukung lainnya yang mendukung analisis dalam penelitian ini.Dari penelitian ditemukan bahwa dari hasil citra satelit Himawari 8 pada saat kejadian di atas wilayah Pulau Bali terdapat awan konvektif yang sangat besar dengan suhu puncak awan pada fase matang mencapai -85°C. Hal ini didukung dengan data kelembaban, vortisitas, dan divergensi tiap lapisan hasil luaran model ERA INTERIM yang mendukung pembentukan awan konvektif penyebab hujan lebat di wilayah Singaraja tersebut terjadi.

Keywords
banjir,citra satelit Himawari 8, ECMWF,kondisi atmosfer

Topic
Kebumian

Link: https://ifory.id/abstract/gVD3U6Fdu7pw


Analisis Kuantitatif Anomali Self-Potential: Optimisasi Lokal Levenberg-Marquardt dan Optimisasi Global Very Fast Simulated-Annealing
Hardi Hamzah(a*), Mohammad Heriyanto (a), Wahyu Srigutomo (a)

Show More

Corresponding Author
hardi hamzah

Institutions
a) Fisika Bumi dan Sistem Kompleks, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung
Jalan Ganesha 10, Bandung 40132, Indonesia

Abstract
Metode self-potential (SP) merupakan metode pengukuran pasif dalam survei geofisika. Metode SP digunakan untuk mengetahui struktur fisis bawah permukaan. Metode ini banyak digunakan karena sangat mudah dilakukan di lapangan. Akan tetapi, metode SP masih memiliki tantangan dalam interpretasi data lapangan. Optimisasi lokal Levenberg-Marquardt (LM) dan optimisasi global very fast simulated-annealing (VFSA) dipilih dalam interpretasi data SP. Dalam studi ini, dilakukan identifikasi parameter fisis SP yang meliputi bentuk objek, kedalaman, sudut polarisasi, dan momen dipol. Kedua pendekatan di atas diuji dengan menggunakan data sintetik (teoritik) terlebih dahulu sehingga diperoleh parameter model dari hasil data sintetik tersebut. Data lapangan yang diperoleh dari pengukuran SP benda berbentuk silinder yang dikubur di dalam tanah pada kedalaman tertentu digunakan untuk analisis lebih lanjut. Hasil dari kedua pendekatan di atas dibandingkan nilai standar error, robust, dan itersinya

Keywords
Self-potential, Levenberg-Marquardt, Very Fast Simulated-Annealing

Topic
Kebumian

Link: https://ifory.id/abstract/mphA8jaZHLPV


Analisis Tumbukan Material Butiran dengan Bola Baja dalam Proses Grinding
Nur Faizin, Lilik Hendrajaya, Sparisoma Viridi

Show More

Corresponding Author
Nur Faizin

Institutions
Institut Teknologi Bandung

Abstract
Fenomena fisika yang berkaitan erat dengan proses grinding adalah peristiwa tumbukan antar dua benda. Dalam penelitian ini proses yang dikaji yaitu tumbukan antara material butiran dengan bola baja. Pada umumnya proses grinding material, berlangsung di dalam sebuah silinder yang diisi dengan bola baja. Silinder tersebut diputar hingga menghasilkan dua mode gerak yaitu cataracting dan cascading. Mode gerak cataracting dimanfaatkan untuk menumbuk material, sedangkan mode cascading berfungsi sebagai penggerus material. Untuk mempermudah terbentuknya dua mode ini, dinding silinder dibuat bergerigi. Energi ikat material merupakan salah satu faktor yang menentukan hancur tidaknya material. Energi ikat rata-rata material yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 1,36 joule. Parameter yang digunakan sebagai indikator baik tidaknya proses grinding yaitu banyaknya kelolosan

Keywords
material butiran, bola baja, silinder, energi ikat

Topic
Kebumian

Link: https://ifory.id/abstract/qY8BfzKdHxZX


Aplikasi Metode Elektromagnetik Untuk Identifikasi Intrusi Air Laut di Pantai Kura-Kura, Tanjung Gundul, Bengkayang
Joko Sampurno

Show More

Corresponding Author
Joko Sampurno

Institutions
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Tanjungpura

Abstract
Telah diidentifikasi sebaran intrusi air laut di Pantai Kura-Kura, Tanjung Gundul, Bengkayang berdasarkan nilai konduktivitas bawah permukaannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode konduktivitas elektromagnetik (EM-conductivity). Kedalaman pengukuran bervariasi dari 3 meter hingga 6 meter dari permukaan tanah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variasi nilai konduktivitas berkisar 0 mS/m hingga 170 mS/m. Zona intrusi air laut dinterpretasikan sebagai zona yang memiliki nilai konduktivitas lebih dari 130 mS/m. Berdasarkan nilai tersebut diduga bahwa pada kedalaman 3 meter di bawah permukaan terjadi intrusi air laut sejauh 10m dari bibir pantai.

Keywords
Metode Elektromagnetik, Intrusi Air Laut, Konduktivitas Batuan

Topic
Kebumian

Link: https://ifory.id/abstract/JkH97qPbh3XM


APLIKASI REMOTE SENSING UNTUK ANALISIS KESESUAIAN IKLIM DAN LAHAN PADA TANAMAN NANAS (STUDI KASUS DI WILAYAH KAB.SUBANG, JAWA BARAT)
Dr. Plato Martuani Siregar (a*) ,Musa Ali.M (b) Ni Putu N.D (c) Sujeki R.Y(d)

Show More

Corresponding Author
Plato Martuani Siregar

Institutions
Program Studi Meteorologi,
Kelompok Sains Atmosfer,
Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha no. 10 Bandung, Indonesia, 40132
paltirajass[at]gmail.com

Abstract
Abstrak Kecamatan Jalancagak merupakan sentra utama pengembangan nanas di Kab.Subang dengan luas areal 2608 Ha atau sekitar 80 % dari total pengembangan seluas 3.253 Ha. Sebagai tanaman rakyat,budidaya nanas masih bersifat sampingan yang dilakukan secara sederhana,terpencar di sekitar pekarangan rumah dan tegalan dengan produktivitas pada umumnya masih berkisar antara 20–35 ton/ha. Buah nanas mengandung enzim bromelain(enzim protease yang dapat menghidrolisa protein),sehingga dapat digunakan melunakkan daging,sebagai obat penyembuh penyakit sembelit,gangguan saluran kencing,mual-mual,flu,wasir dan kurang darah. Hal paling utama yang bernilai ekonomi penting dari nanas adalah buahnya, meskipun serat daunnya telah digunakan sebagai bahan baku tekstil serta usaha agroindustri skala kecil mengolahnya menjadi produk olahan seperti dodol,manisan,kripik dan jus.Pengetahuan para petani tentang dampak perubahan cuaca pada tanaman ini mempengaruhi intensifikasi budidaya dan produksi menurun. Keterbatasan data hujan observasi diperoleh melalui teknik remote sensing dan hasilnya data curah hujan sekunder lebih seragam tersebar,lalu iklim di Kab.Subang dihitung menggunakan metoda Schmidt-Fergutson hasilnya adalah iklim dominan dipengaruhi oleh Monsunal dengan tipe B dan C. Evaluasi lahan dilakukan untuk mengidentifikasi kesesuaian lahan pada setiap satuan lahan dan mempertimbangkan input yang diberikan berdasarkan faktor pembatas yang ada pada setiap lahan.Untuk menghitung indek iklim dan lahan dapat dilakukan dengan metode Storie dan Square Root yang dipadukan dengan metode perubahan penggunaan lahan menggunakan Geographic Information System(GIS),sehingga diperoleh faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan penggunaan lahan dan upaya pencegahannya.

Keywords
nanas,indek iklim,intensifikasi,kesesuaian lahan,monsun

Topic
Kebumian

Link: https://ifory.id/abstract/93yCeG8A7cRP


Aspek Fisik Pasir Besi di Pantai Nangaba Kecamatan Ende Flores Nusa Tenggara Timur
Christine Mbiliyora (a)*, Lilik Hendrajaya (b)

Show More

Corresponding Author
Christine Mbiliyora

Institutions
(a) Mahasiswa MIPA FISIKA-Institut Teknologi Bandung
(b) Dosen Fisika-ITB
jl, Ganesha 10, Bandung

Abstract
Telah dilakukan penelitian geofisika untuk mengamati kondisi tektonik dan gunung api yang menghasilkan endapan pasir besi di sepanjang pantai Nangaba, Ende Flores. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi tektonik dan pembentukan gunung api di Ende Flores yang mengakibatkan terbentuknya endapan pasir besi di pantai Nangaba. Endapan pasir besi di kawasan Pantai Nangaba merupakan endapan yang terbentuk dari proses fisika dan kimia batuan vulkanik yang terbentuk dari gunung api di Ende. Digunakan dua metode geofisika untuk mengetahui pola penyebaran pasir besi di daerah pantai Nangaba yaitu metode Self Potential dan metode Geolistrik. Penyelidikan geolistrik pada dua lintasan di daerah pesisir pantai memberikan hasil yaitu lintasan 1 nilai resistivitas antara 5,76-715 Ωm, dengan resistivitas 5,76-11,5 Ωm dan kedalaman (1-7,46) m diasumsikan sebagai pasir besi, nilai resistivitas batuan berkisar (22,8 - 715) Ωm diasumsikan sebagai pasir, resistivitas 715 > Ωm diperkirakan sebagai beton dan pada lintasan 2 nilai resistivitasnya adalah 41,7-431 Ωm, nilai resistivitas antara 41,7-58,2 Ωm dan kedalaman berkisar (1,25-6,38) m diasumsikan sebagai pasir besi, kemudian pada daerah yang berwarna biru muda diinterpretasikan sebagai pasir. Warna hijau, kuning, merah dan ungu diinterpretasikan sebagai batuan basalt dengan kedalaman sekitar 9,29 – 15,9 m. Dari hasil interpretasi data Self Potential diduga sumber batuan yang mengandung besi terletak di bukit yang berjarak sekitar 200 meter dari daerah pantai yang ditandai dengan nilai negatif pada data pengukuran.

Keywords
struktur tektonik pulau Flores, endapan pasir besi, self potential, resistivitas

Topic
Kebumian

Link: https://ifory.id/abstract/uzNKeBQnhFwM


IDENTIFIKASI SEBURAN DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG (STUDI KASUS : 19 FEBRUARI 2018)
Prabu Aditya Sugianto (a*), Muhammad Panji Rosyady (a)

Show More

Corresponding Author
Prabu Aditya S.

Institutions
a)Mahasiswa Program Studi Diploma IV Meteorologi, Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (STMKG), Jl. Perhubungan I No. 5, Komplek Meteo DEPHUB, Pondok Betung, Tangerang Selatan – 15221
*prabuadityasugianto[at]gmail.com

Abstract
Telah terjadi kembali letusan Gunung Sinabung pada tanggal 19 Januari 2018, letusan Gunung Sinabung tersebut mengeluarkan debu vulkanik yang membahayakan kesehatan masyarakat sekitar maupun membahayakan keselamatan penerbangan. Untuk itu diperlukan penelitian tentang penyebaran debu vulkanik Gunung Sinabung guna melihat pergerakan debu vulkanik yang terjadi. Hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan evaluasi zona pengungsian jika pada tahun yang akan datang kembali terjadi kejadian debu vulkanik .

Keywords
debu vulkanik, Himawari 8, Gunung Sinabung

Topic
Kebumian

Link: https://ifory.id/abstract/ZajMJeNurkxP


IDENTIFIKASI UPWELLING DI PERAIRAN SELAT MAKSSAR BAGIAN SELATAN MENGGUNAKAN DATA ROMS TAHUN 1995-2014
M. Arief Wibowo(1), Ivonne M. Radjawane(2), and Ibnu Sofian(3)

Show More

Corresponding Author
Muhammad Arief wibowo

Institutions
(1) Fakultas Ilmu Teknologi Kebumian, ITB, JalanGanesha 10, Bandung 40132, Indonesia
(2) Fakultas Ilmu Teknologi Kebumian, ITB, JalanGanesha 10, Bandung 40132, Indonesia
(3) Badan Informasi Geospasial, Cibinong, Jawa Barat

Abstract
Upwelling merupakan fenomena naiknya massa air laut ke lapisan permukaan, dari lapisan di bawahnya yang dingin dan kaya unsur hara yang berkontribusi bagi pertumbuhan fitoplankton dan meningkatkan kesuburan perairan. Oleh karena itu upwelling menjadi indikator utama kesuburan suatu perairan dan selalu dikaitkan dengan area ideal penangkapan ikan (fishing ground). Berangkat dari pentingnya informasi upwelling sebagai indikator kesuburan dan konsentrasi ikan di suatu perairan, maka identifikasi upwelling di perairan selatan Selat Makassar sangat diperlukan. Data dua puluh tahun hasil simulasi numerik Selat Makassar dan perairan sekitarnya digunakan untuk menggambarkan karakteristik musiman dan mengidentifikasi upwelling di wilayah penelitian. Simulasi baroklinik 3D mengunakan ROMS Rutgers (Regional Ocean Model System) telah disimulasikan dari tahun 1995 sampai 2014 (Sofian, 2015). Hasil analisa klimatologi menunjukkan adanya upwelling yang dapat diidentifikasi dari penurunan SST sebesar � 2�C dan peningkatan salinitas sebesar � 0.5 Psu dibandingkan seluruh wilayah sekitarnya. Upwelling dimulai pada bulan Juni, mencapai maksimum pada bulan Agustus dan menghilang pada bulan September mengikuti distribusi angin timur selama moonsun tenggara aktif. Angin monsun tenggara menggerakkan sistem arus dari Laut Flores yang bertemu dengan sistem arus dari utara Selat Makassar. Pertemuan kedua sistem arus ini juga membentuk suatu sistem vortisitas yang menyebabkan efek pembelokkan arah arus ke selatan menuju Selat Sape. Kondisi ini menyebabkan pembentukkan transpor Ekman oleh angin monsun tenggara menjadi lebih efektif yang menjadi pembangkit utama upwelling.

Keywords
transpor Ekman, SST, Salinitas Permukaan, Upwelling, Selat Makassar

Topic
Kebumian

Link: https://ifory.id/abstract/CFgkvrJM6GLh


Identifikasi Zona Bidang Gelincir Daerah Rawan Longsor Cihideung Kecamatan Parompong Kabupaten Bandung Barat dengan Menggunakan Metode Resistivitas Konfigurasi Wenner
Nia Nurhayati (a*), Nanang Dwi Ardi (a)

Show More

Corresponding Author
Nia Nurhayati

Institutions
a) Universitas Pendidikan Indonesia

Abstract
Pengetahuan mengenai lokasi terjadinya gerakan tanah sangat dibutuhkan dalam kajian mitigasi bencana pergerakan tanah, khususnya pada daerah rawan yang berpotensi terjadinya longsor seperti di daerah Desa Cihideung Kecamatan Parongpong Kab. Bandung Barat yang dapat mengakibatkan jalur transportasi terhambat dikarenakan tertutupi oleh longsoran. Penelitian ini menerapkan metode geofisika Geolistrik Resistivitas konfigurasi Wenner untuk mengidentifikasi penampang bawah permukaan. Pengukuran resistivitas batuan dilakukan dengan tiga lintasan menggunakan alat Naniura NRD 22 S. Berdasarkan kondisi geologis serta hasil pengukuran geolistrik resistivitas yang telah dilakukan, lapisan tanah di wilayah desa Cihideung diinterpretasi sebagai pasir tufaan dan lempung dengan resistivitas berturut turut yaitu 253Ωm - 2776Ωm dan 23,1Ωm-1250Ωm Interpretasi 2D resistivitas pada lintasan 2 menunjukkan adanya bidang gelincir berbentuk cekung dengan kemungkinan bergerak secara rotasi dengan kemiringan bidang 14�. Sesuai dengan penampang 3D yang diperoleh, bidang gelincir berbentuk cekung juga terdapat pada bagian tengah lintasan yang mengarah ke timur. Dengan kondisi tanah, kemiringan serta letak lokasi penelitian yang berada �5m diatas pemukiman dan jalan raya Parongpong, menjadikan wilayah desa Cihideung wilayah yang berpotensi longsor.

Keywords
longsor; bidang gelincir; resistivitas; konfigurasi wenner

Topic
Kebumian

Link: https://ifory.id/abstract/Hz4NCuBkPTwf


Interpretasi Fasies Seismik Refleksi Pada Lintasan �Baruna� dan �Jaya�, Cekungan Jawa Timur, Madura, Indonesia
Taufan Wiguna (a*), Sri Ardhyastuti (a), Safira Rahmah (b), Tati Zera (b)

Show More

Corresponding Author
Taufan Wiguna

Institutions
a) Balai Teknologi Survei Kelautan, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Jl. M.H. Thamrin No.8, Jakarta 10340, Indonesia
*taufan.wiguna[at]bppt.go.id

b) Program Studi Fisika, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jl. Ir. H. Djuanda No. 95, Ciputat, Tangerang Selatan 15412, Indonesia

Abstract
Interpretasi fasies seismik refleksi merupakan bagian dari analisis seismik stratigrafi. Interpretasi ini bertujuan untuk menentukan unit pengendapan (sikuen stratigrafi), jenis batuan dan hubungan fasies internalnya, menentukan lingkungan pengendapan dan paleobatimetri dari sikuen, menentukan tatanan struktur dan evolusi tektonik daerah penelitian, serta memprediksi jebakan stratigrafi dan struktur. Pengambilan data seismik refleksi dilakukan di Cekungan Jawa Timur menggunakan K.R. Baruna Jaya II pada tahun 2009, selanjutnya dilakukan pengolahan data seismik hingga post stack time migration (PSTM), interpretasi dilakukan pada profil seismik PSTM berdasarkan parameter seismik fasies (koefisien refleksi, kemenerusan refleksi, amplitudo refleksi, bentuk eksternal dan asosiasi daerah). Reflektor pada profil seismik di daerah penelitian menunjukkan batas lapisan berupa onlap, parallel, sub-parallel, dan wavy. Kemenerusan reflektor bervariasi dengan amplitudo kuat dan lemah. Pengendapan sedimen terjadi di area slope pada tepi cekungan. Struktur geologi di daerah penelitian di dominasi oleh sesar normal dan antiklin yang dapat menjadi jalur migrasi dan jebakan migas.

Keywords
seismik refleksi, fasies seismik, Cekungan Jawa Timur, Baruna Jaya II

Topic
Kebumian

Link: https://ifory.id/abstract/QR7mp24DutTZ


Inversi Data Magnetotellurik Satu Dimensi Menggunakan Algoritma Multi-objective evolutionary algorithm based on decomposition (MOEA/D)
Pesta Indra Sigalingging (a*), Wahyu Srigutomo (b)

Show More

Corresponding Author
Pesta Indra Sigalingging

Institutions
a) Fisika, Institut Teknologi Bandung
Jalan Ganesha 10, Bandung 40132, Indonesia
*pestaindra.sigalingging[at]gmail.com
b) Fisika, Institut Teknologi Bandung
Jalan Ganesha 10, Bandung 40132, Indonesia
wahyu[at]fi.itb.ac.id

Abstract
Inversi adalah proses untuk menentukan parameter model dari data. Dalam geofisika proses ini sangat penting karena gambar bawah permukaan diperoleh dari proses ini. Ada banyak algoritma inversi yang telah ada diperkenalkan dan diterapkan dalam masalah geofisika. Salah satunya adalah algoritma MOEA / D. Data Magnetotelluric (MT) digunakan untuk mendapatkan pencitraan resistivitas bawah permukaan. Resistivitas bawah permukaan diperoleh dengan inversi data MT. Secara umum, data MT mengandung dua bagian, yaitu: resistivitas semu dan fase atau bagian nyata dan imajiner. Pada umumnya, pengembangan pemodelan magnetotelurik dan algoritma inversi telah menunjukkan banyak keberhasilan. Meskipun pemodelan dan inversi tiga dimensi (3D) tersedia, pemodelan dan inversi 1D masih dilakukan, terutama untuk mendapatkan hasil awal sebelum melakukan pemodelan dimensi yang lebih tinggi. Inversi data MT untuk merekonstruksi nilai resistivitas dari setiap lapisan adalah untuk meminimalkan tujuan tunggal (kombinasi dua parameter data MT) yang menggunakan metode optimasi global atau lokalDalam penelitian ini, data Inversion MT untuk memperkirakan resistivitas 1D dari permukaan bawah menggunakan algoritma evolusi multi-objektif berdasarkan dekomposisi (MOEA / D) untuk meminimalkan kesalahan rata-rata kuadrat akar (RMSE) dari data yang dihitung dan diamati untuk resistivitas nyata dan data fase secara bersamaan. Multi-Objective Evolutionary Algorithm berdasarkan Dekomposisi (MOEA / D) adalah algoritma evolusioner yang menguraikan masalah optimisasi multi-tujuan menjadi beberapa sub-tujuan tunggal. Setiap sub-masalah memiliki solusi terbaik yang pernah ditemukan yang ditentukan dengan membandingkan semua solusi yang ditemukan oleh algoritma. MOEA / D diusulkan oleh Qingfu Zhang dan Hui Li, pada 2007. Algoritma telah diterapkan pada data sintetis dan lapangan. Hasil ini menunjukkan bahwa algoritma MOEA / D kuat dan akurat untuk menentukan resistivitas dan litologi bawah permukaan.

Keywords
Inversi, Magnetotellurik,MOEA/D

Topic
Kebumian

Link: https://ifory.id/abstract/RKP4rGBXyc9b


Investigasi Terpadu Geofisika, Geoteknik dan Geokimia Untuk Kajian Longsoran Erie Ambon
Matheus Souisa, Lilik Hendrajaya, Gunawan Handayani

Show More

Corresponding Author
Matheus Souisa

Institutions
Earth Physics and Complex System Research Division
Faculty of Mathematics and Natural Sciences,
Bandung Institute of Technology

Abstract
Investigasi longsoran dari tahun ke tahun berkembang pesat dengan menerapkan berbagai metode kajian seiring dengan intensitas kejadian longsoran. Perpaduan data geofisika, geoteknik dan geokimia untuk mengkaji longsoran sehingga dapat menentukan potensi dan mengurangi risiko longsor. Hasil penelitian memberikan lokasi bidang gelincir longsor dicirikan oleh anomali resistivitas dari struktur lapisan bawah permukaan yang rendah hingga sedang dan anomali ini memberikan citra resistivitas jenis batuan lempung dan lanau pasiran, sedangkan anomali geoteknik batuan berdasarkan indeks properti yang sedang memprediksi adanya tanah lempung dan lanau pasiran, kemudian sesuai nilai faktor aman maka lereng dalam keadaan kritis. Dari anomali geokimia pada proses pelapukan menyebabkan terjadinya penghalusan mineral sehingga persentase fraksi ukuran butir lempung menjadi lebih besar dibandingkan di bagian atas dan bawahnya sehingga dengan akumulasi fraksi lempung yang ada di bagian bawah menjadi bidang gelincir yang memicu kejadian longsor. Berdasarkan kompilasi ini, anomali-anomali saling berkorelasi dan tersebar di sekitar sebaran lokasi longsoran, sehingga lokasi potensi longsor Erie masih tetap berada di sekitar sebaran longsoran dan sedikit bergeser ke arah timur dengan jangkauan yang cukup luas.

Keywords
longsoran, geolistrik, geoteknik, geokimia

Topic
Kebumian

Link: https://ifory.id/abstract/EDr9fYBbwQAT


KAJIAN GEOLOGI TANAH DAN KARAKTERISTIK KONTUR TANAH DI DESA KARANGLIGAR KABUPATEN KARAWANG
BANUARA NADEAK1) ADINDA SYIFA AZHARI2) ANNE HERLINDAWATI 3)

Show More

Corresponding Author
BANUARA NADEAK

Institutions
1Universitas singaperbangsa karawang
2 Geophysics Dept., FMIPA Universitas Padjadjaran, KM 21 Jatinangor Sumedang, Indonesia
3 Ilmu Ekonomi Pertanian,FAPERTA Universitas Padjadjaran, KM 21 Jatinangor Sumedang, Indonesia

Abstract
Kecamatan Teluk Jambe Barat khususnya Desa Karangligar merupakan daerah dengan kerentanan tertinggi akan bencana banjir dan penurunan kontur tanah di wilayah Karawang barat. Hal tersebut terjadi karena kurangnya resapan air di daerah tersebut yang terjadi akibat dari pembangunan yang semakin pesat dan pengurangan lahan pertanian sebagai daerah resapan air. Pada daerah penelitian terdapat Endapan kuarter (Q) yang merupakan satuan tanah atau batuan yang berumur paling muda dan belum terkonsolidasi. Ketebalan endapan kuarter di Desa Karangligar dan sekitarnya sekitar 30 m. Pola aliran sungai pada daerah penelitian adalah pola meander. Hasil pengukuran sampel tanah, nilai koefisien permeabilitas didapatkan (k):0,000012cm/detik, dari hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai permeabilitas kecil yang menyebabkan air sukar masuk kedalam tanah. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menyusun alternatif solusi dan rekomendasi dengan antisipasi terhadap fenomena penurunan kontur tanah di Desa Karangligar, Kecamatan Teluk Jambe, Kabupaten Karawang. Kegiatan ini akan meninjau dari kondisi geologi daerah tersebut dengan melihat geomorfologi, satuan geologi teknik dan kondisi hidrogeologi umum. Metode yang digunakan dalam analisis ini yaitu dengan analisa peta topografi, analisis citra Shuttle Radar Topography Mission (SRTM), uji laboratorium sampel tanah dan pengamatan di lapangan. Data yang didapatkan berupa nilai koefisien permeabilitas, koefisien pemampatan, pola kerapatan kontur, pola aliran sungai, litologi dan struktur geologi. Kemudian data tersebut dianalisis untuk menentukan satuan geomorfologinya berdasarkan kondisi bentuk muka bumi (landform).

Keywords
Geologi tanah, Geomorfologi, Hidrogeologi, Permeabilitas, Shuttle Radar Topography Mission (SRTM)

Topic
Kebumian

Link: https://ifory.id/abstract/hzEPwC2UcXLW


Karakteristik Geokimia Batuan Vulkanik Gunung Masurai, Merangin, Jambi
Asep Rohiman*, Dipowiguno Prijanto, Antonius Ratdomopurbo

Show More

Corresponding Author
Asep Rohiman

Institutions
Pusat Survei Geologi, Badan Geologi
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Jl. Doponegoro No.57 Bandung 40122, Indonesia

*email : asep.rohiman[at]esdm.go.id

Abstract
Gunung Masurai adalah salah satu gunung berapi di Jambi, Indonesia. Literatur mengenai Gunung Masurai masih sangat terbatas. Padahal penelitian mengenai gunung berapi sangat penting sebagai deteksi dini terhadap bencana alam, seperti letusan gunung berapi dan gempa bumi. Melalui penelitian yang komprehensif periode letusan gunung berapi dapat diprediksi dan tindakan pencegahan yang optimal dapat dipersiapkan untuk meminimalkan korban bencana. Dalam penelitian ini, dilakukan studi mengenai geokima batuan dari Gunung Masurai. Sebanyak 120 sampel batuan dikarakterisasi menggunakan XRF ARL 9900 untuk unsur-unsur utama. Sedangkan untuk unsur-unsur jejak dan logam tanah jarang dikarakterisasi menggunakan ICP-MS. Kemudian sampel paleosol dan karbon dikarakterisasi penanggalan menggunakan alat carbon dating. Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh klasifikasi batuan berdasarkan karakteristik secara geokimia yaitu : basal, andesit-basal, andesit, dasit, dan riolit. Batuan tersebut menyebar dari bagian selatan sampai ke utara Gunung Masurai. Berdasarkan hasil karakterisasi Carbon Dating, Gunung Masurai telah mengalami dua periode letusan. Batuan bagian utara Gunung Masurai berumur 29 kaBP sementara batuan dari bagian selatannya berumur 17,7 kaBP. Namun, penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk menghasilkan data yang lebih representatif dan valid sehingga menghasilkan kesimpulan yang lebih komprehensif.

Keywords
Masurai, Geokimia, vulkanik, LTJ, carbon dating

Topic
Kebumian

Link: https://ifory.id/abstract/fyXWECucGzTa


KENDALI TERMODINAMIKA PADA PROSES METALURGI EKSTRAKTIF MANGAN
Regina Seran(a*), Lilik Hendrajaya(b)

Show More

Corresponding Author
Regina Seran

Institutions
a) Bandung Institute of Technology
Jalan Ganesha 10, Bandung 40132, Indonesia
*reginaseran[at]gmail.com
b) Bandung Institute of Technology
Jalan Ganesha 10, Bandung 40132, Indonesia

Abstract
Mineral mangan merupakan bahan galian tambang yang sangat besar potensinya di Indonesia. Mangan banyak digunakan dalam industri besi dan baja serta baterai. Pengolahan mangan diproses dengan beberapa cara, salah satunya metalurgi ekstraksi. Dalam metalurgi ekstraksi terbagi atas tiga cara yaitu secara pirometalurgi, hidrometalurgi dan elektrometalurgi. Dalam proses metalurgi ini ada aspek-aspek termodinamika yang mempengaruhi. Termodinamika kesetimbangan dari suatu reaksi kimia (potensial gibbs) diperlukan untuk melihat variabel termodinamika apa saja yang perlu dikendalikan dalam proses tersebut. Energi bebas gibbs (ΔG) bergantung temperatur (T). Data termodinamika di plot dalam bentuk diagram yaitu diagram perubahan Energi Bebas Gibbs (ΔG) terhadap temperatur. ΔG yang bernilai negatif menunjukkan bahwa reaksi dapat terjadi secara spontan tanpa energi dari luar. Sementara itu reaksi yang memiliki ΔG positif menunjukkan reaksi tidak akan terjadi secara spontan.

Keywords
mangan, metalurgi ekstraktif, termodinamika

Topic
Kebumian

Link: https://ifory.id/abstract/FC7ht64nqKXr


Komparasi Teknik Preparasi Sampel Batuan dengan Pressed Powder Pellet dan Fused Glass Bead untuk Analisis Unsur-unsur Utama menggunakan X-Ray Fluorescence (XRF)
Asep Rohiman dan Agus Saiful Arifin

Show More

Corresponding Author
Asep Rohiman

Institutions
Pusat Survei Geologi,
Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral,
Jl. Diponegoro no. 57 Bandung, Indonesia, 40122
Jl. Djunjunan No.236 Bandung, Indonesia, 40174

a) asep.rohiman[at]esdm.go.id (corresponding author)

Abstract
Komposisi unsur kimia dalam sampel batuan dapat dijadikan sebagai dasar untuk mengklasifikasikan jenis batuan, memprediksikan lingkungan pengendapan, umur batuan, dan lingkungan tektonik dimana batuan tersebut terbentuk. X-Ray Fluorescence merupakan salah satu instrumen yang digunakan untuk menganalisis sampel batuan. Kelebihan analisis menggunakan XRF yaitu proses analisis dapat dilakukan dengan lebih cepat, mudah, akurat, dan tidak merusak sampel. Namun, sebelum dilakukan pengukuran menggunakan instrumen X-Ray Fluorescence perlu didukung dengan proses preparasi sampel yang tepat.Pada penelitian ini telah dipelajari kondisi optimal dalam preparasi sampel standar batuan GBW 07105 dan JR-1. Adapun parameter yang dipelajari adalah variasi rasio komposisi binder Cellulose Mycro Crystalin dengan sampel standar, yaitu 1:4 dan 1:3. Teknik pencampuran sampel dilakukan dengan menggunakan penggerus mortar dan shaker. Optimalisasi preparasi sampel dilakukan dengan menggunakan teknik pressed powder pellet dan fused glass bead. Berdasarkan data hasil analisis diperoleh rasio binder terhadap sampel standar yang terbaik yaitu 1:3. Teknik preparasi pressed powder pellet merupakan teknik yang terbaik dalam menganalisis sampel menggunakan metode X-Ray Fluorescence. Studi lebih lanjut perlu juga dilakukan untuk melakukan analisis terhadap unsur-unsur minor dan jejak.

Keywords
unsur utama, pellet, glass bead, XRF, batuan, CMC, UTJ

Topic
Kebumian

Link: https://ifory.id/abstract/U8KQfbDJYyF2


LAND SUBSIDENCE RISK ON INFRASTRUCTURE AND BUILDING IN NORTH-WEST PART OF BANDUNG BASIN
Mary Born(*), Irwan Meilano, Irwan Gumilar

Show More

Corresponding Author
Born Mary

Institutions
*GREAT Program, Institute of Technology Bandung
Email: bornmary11[at]gmail.com

Abstract
The land subsidence risk map of Bandung and Cimahi city has been constructed by the combination of sevens availabole data then grounp into three gorupes such as land subsidence hazard , vulnerability and caapacity of prevention and reduction with Analytical Hierachy Process (AHP) method and Geographic information system (GIS) . Hazard risk analysis of land subsience is so complecated issue aiming at identifying the zone of very high, high, moderate, low and very low, account for 4.26%, 15.92%, 12.15%, 18.60% and 49.07% respectively of the total research area 208.95301km2. The very high risk of land subsidence region is the area of the very high vulnerability, high hazard and low capacity of prevention as in south Cimahi district then, southern district of Bandung City such as Bandung Kulon, Bandung Kidul, BabakanCiparay, Bojong Loa Kidul, Rankasari, and South Cimahi district etc. as high risk regions and moderate risk regions represent in the central of study area such as, central Cimahi, Kiaracondong, Lengkong, Batununggal. In contrast, mostly, the very low risk of land subsidence regions were indicated in the the area of low potential of land subsidence, very low in vulnerability and high capacity of prevention and reduction as at the northern part of research area.

Keywords
Land subsidence risk map, Analytic Hierarchy Process (AHP), Geographic Information System (GIS)

Topic
Kebumian

Link: https://ifory.id/abstract/juCBZPcnT3QF


Metode Analitik Interpretasi Anomali Self � Potential Model Fixed Geometri Menggunakan Metode Least-Square, Gauss-Newton, dan Levenberg-Marquardt
Fajriani (a*), Wahyu Srigutomo (a)

Show More

Corresponding Author
FAJRIANI FAJRIANI

Institutions
a) Fisika Bumi dan Sistem Kompleks, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung
Jalan Ganesha 10, Bandung 40132, Indonesia
*fajriani.nst[at]gmail.com

Abstract
Metode Self Potensial (SP) digunakan untuk mengidentifikasi struktur bawah permukaan, baik yang berkaitan dengan model kontinu maupun model fixed geometri. Dalam model fixed geometri, metode SP berkaitan dengan bentuk geometri sederhana benda seperti bola, silinder, dan lempeng. Implementasi metode ini menentukan nilai parameter-parameter seperti kedalaman, sudut polarisasi, moment dipol listrik dan bentuk geometri benda yang terpendam. Estimasi parameter model tersebut menggunakan metode inversi linier dengan pendekatan non-linier yaitu metode least-square, metode Gauss Newton, dan metode Levenberg-Marquardt. Ketiga algoritma diatas diuji menggunakan model sintetik tanpa gangguan dan model yang menggunakan variasi gangguan sebesar 5%, 10%, dan 25%. Ketiga metode inversi ini menunjukan hasil yang cukup mendekati dengan model sintetik.

Keywords
Anomali Self-Potential, Least-Square, Gauss-Newton, Levenberg-Marquardt

Topic
Kebumian

Link: https://ifory.id/abstract/FDUyVXdWmPt7


PEMODELAN AKUIFER AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE
Sari Dewi Tarigan*, Alamta Singarimbun

Show More

Corresponding Author
Sari Dewi Tarigan

Institutions
Institut Teknologi Bandung

Abstract
Air merupakan kebutuhan pokok yang tidak terlepas dari kehidupan manusia. Air yang biasa digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari diambil dari dalam tanah dan disebut air tanah. Salah satu metode geofisika yang dapat digunakan untuk mengetahui keberadaan air tanah adalah metode geolistrik. Metode geolistrik tahanan jenis mempelajari keadaan bawah permukaan bumi dengan menganalisis nilai resistivitas lapisan bawah permukaan bumi sehingga dapat diketahui keberadaan air tanahnya. Penelitian ini bertujuan untuk memodelkan keberadaan air tanah (akuifer) berdasarkan data nilai tahanan jenis lapisan bawah permukaan bumi. Metode yang digunakan untuk pemodelan akuifer air tanah yaitu metode geolistrik tahanan jenis dengan menggunakan konfigurasi Dipole-dipole dan dapat ditampilkan pencitraannya dengan menggunakan Software Res2Dinv. Pemodelan ini ditunjukkan untuk melihat karakteristik dan sifat fisis akuifer air tanah sehingga dapat memperkenalkan pembelajaran fisika tentang kelistrikan melalui metode geolistrik tahanan jenis.

Keywords
Air tanah, Metode geolistrik, Konfigurasi Dipole-dipole, Software Res2Dinv

Topic
Kebumian

Link: https://ifory.id/abstract/naeF9LmQVjJP


Pemodelan Distribusi Resistivitas Bawah Permukaan pada Survei Geolistrik Menggunakan Metode Finite Difference
Dian Nur Aini (a*), Alamta Singarimbun (b)

Show More

Corresponding Author
Dian Nur Aini

Institutions
a) Departemen Fisika FMIPA ITB
Jalan Ganesha 10, Bandung 40132, Indonesia
*dianaini16[at]gmail.com

b) Departemen Fisika FMIPA ITB
Jalan Ganesha 10, Bandung 40132, Indonesia

Abstract
Dilakukan pemodelan ke depan (Forward Modelling) distribusi resistivitas bawah permukaan menggunakan metode numerik Finite Difference. Sebagai perbandingan, digunakan pula metode rumusan analitik integral fungsi Bessel dan metode bayangan dari penyelesaian persamaan Laplace untuk model bumi berlapis. Rumusan tersebut didapatkan dari penerapan dua syarat batas yakni: pertama, rapat arus bernilai nol di permukaan bumi, dan kedua, syarat kontinyuitas pada batas antar lapisan bawah permukaan yang ditinjau harus terpenuhi. Dari penurunan rumus untuk model bumi satu, dua, tiga, empat dan lima lapisan, maka didapatkan rumus umum suatu fungsi resistivitas untuk model bumi n lapisan. Selanjutnya dilakukan pemrograman komputer untuk mendapatkan model bumi yang diharapkan dengan menggunakan dua metode pemodelan, yakni metode numerik dan metode analitik. Terakhir dilakukan perbandingan hasil pemodelan dari dua metode analitik tersebut dengan cara analisis kurva resistivitas semu yang disebandingkan dengan kurva potensial yang diperoleh dari metode Finite Difference. Sehingga diperoleh kesimpulan bahwa metode bayangan memiliki akurasi lebih tinggi dari metode integral fungsi Bessel.

Keywords
Forward Modelling, Metode Bayangan, Metode Finite Difference, Metode Integral Fungsi Bessel, Resistivitas.

Topic
Kebumian

Link: https://ifory.id/abstract/PAvK7WFR6VZM


Pemodelan Inversi Gravity 2D pada Model Patahan dengan Metode Talwani
Trisha Gustiya,Wahyu Srigutomo, Ph.D.

Show More

Corresponding Author
Trisha Gustiya

Institutions
Institut Teknologi Bandung

Abstract
Metoda gravity merupakan salahsatu metoda geofisika yang digunakan untuk mengetahui struktur bawah permukaan bumi berdasarkan perbedaan rapat massa. Pemodelan inversi gravity 2D ini menggunakan metoda talwani. Sifat ambigu dalam pemodelan dihindari dengan menambahkan informasi a prior berupa bentuk geometri dan sifat fisis dari model bawah permukaan. Pemodelan inversi gravity diujikan terhadap data sintetik dengan model bawah permukaan berbentuk patahan. Metode ini dapat diaplikasikan pada distribusi massa yang linier.

Keywords
Gravity, rapat massa, talwani, patahan

Topic
Kebumian

Link: https://ifory.id/abstract/XHztQfNgWvAT


Pengukuran Karakter Fisik Kolom Air Menggunakan Teknologi Gelombang Akustik dan Studi Kasus Penerapannya Dalam Riset Geologi Kelautan
Taufan Wiguna*, Anan Fauzi, Alfi Rusdiansyah, Dwi Haryanto, Arifiyana

Show More

Corresponding Author
Taufan Wiguna

Institutions
Balai Teknologi Survei Kelautan, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Jl. M.H. Thamrin No.8, Jakarta 10340, Indonesia
*taufan.wiguna[at]bppt.go.id

Abstract
Dalam riset geologi kelautan, pengukuran karakter fisik (suhu dan salinitas) kolom air dibutuhkan untuk mendukung sebuah interpretasi dan analisis. Pengukuran tersebut dapat dilakukan dengan mudah, cepat, dan akurat dengan menggunakan teknologi gelombang akustik atau yang lebih dikenal sebagai instrumen CTD (Conductivity-Temperature-Depth). CTD dimasukkan ke air hingga kedalaman tertentu untuk mengambil data suhu, konduktivitas, dan tekanan secara realtime di tiap kedalaman. Nilai salinitas diperoleh dari konversi nilai konduktivitas sedangkan nilai kedalaman dikonversi dari nilai tekanan. Salah satu penerapan CTD yang pernah dilakukan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk riset geologi kelautan adalah penyelidikan gunung bawah laut (seamount) di sebelah barat Bengkulu. Data CTD menunjukkan tidak terjadi perubahan suhu pada kolom air. Data CTD mendukung analisis geologi dalam menyimpulkan kondisi gunung bawah laut tersebut.

Keywords
Conductivity Temperature Depth (CTD), geologi kelautan, Bengkulu Seamount

Topic
Kebumian

Link: https://ifory.id/abstract/4yvhjRmwe3QM


Peningkatan Kualitas Data Magnetotelurik Menggunakan Analisis Time Series dan Local Reference: Studi Kasus Lapangan Shale Gas Kutai, Kalimantan Timur
Istiqomah Dini Pratiwi (a*), Wahyu Srigutomo (a), Hidayat (b)

Show More

Corresponding Author
Istiqomah Dini Pratiwi

Institutions
a) Laboratorium Fisika Bumi, Kelompok Keilmuan Fisika Bumi dan Sistem Kompleks, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung
Jalan Ganesha no. 10 Bandung, 40132, Indonesia
*istiqomahdinip13[at]gmail.com
b) Pusat Survei Geologi, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Jalan Diponegoro no. 57 Bandung, 40144, Indonesia

Abstract
Struktur geologi bawah permukaan suatu daerah dapat diketahui melalui survei geofisika. Salah satu metode survei geofisika adalah metode magnetotelurik yang memanfaatkan medan elektromagnetik bumi untuk memetakan struktur geologi bawah permukaan berdasarkan distribusi resistivitas material bawah permukaan. Adanya sumber gangguan elektromagnetik di daerah penelitian menyebabkan rendahnya kualitas data. Pada makalah ini, kami akan meningkatkan kualitas data hasil survei magnetotelurik dengan menggunakan analisis time series dan local reference sehingga diperoleh data dengan kualitas tinggi untuk merepresentasikan kondisi bawah permukaan yang sebenarnya.

Keywords
koherensi, local reference, magnetotelurik, resistivitas, time series

Topic
Kebumian

Link: https://ifory.id/abstract/w4FUGcPxVYAt


PERBANDINGAN FASE BULAN DAN JARAK BULAN KE BUMI PADA KEJADIAN ERUPSI GUNUNG BERAPI DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN UJI KRUSKAL WALLIS
Dwima Rindy Atika* dan RB. Fajriya Hakim

Show More

Corresponding Author
Dwima Rindy Atika

Institutions
Program Studi Statistika, Universitas Islam Indonesia
*dwimarindy[at]gmail.com

Abstract
Erupsi gunung berapi merupakan bencana alam yang sangat berbahaya. Letusan gunung berapi merupakan salah satu bencana alam yang banyak menimbulkan berbagai kerusakan dengan total kerugian yang besar karena dapat menghancurkan areal pemukiman dan pertanian penduduk, dampak lainnya seperti pencemaran udara oleh gas beracun serta memicu penyebab banjir lahar dingin yang dapat merusak infrastruktur umum. Banyaknya gunung berapi yang masih aktif di Indonesia sampai saat ini adalah sebanyak 129 gunung berapi. Penelitian ini mencoba meneliti keterkaitan antara kejadian gunung berapi dengan posisi bulan, mengingat banyak kejadian erupsi pada saat bulan purnama. Pada penelitian ini, dilakukan pendekatan statistika untuk melihat perbedaan pada fase bulan dan jarak bulan ke bumi pada kejadian erupsi gunung berapi. Pendekatan statistika yang digunakan adalah uji Kruskal Wallis. Dari hasil pengujian, diperoleh bahwa terdapat perbedaan pada setiap fase bulan dengan kejadian erupsi gunung berapi di Indonesia.

Keywords
Erupsi Gunung Berapi, Fase Bulan, Jarak Bulan ke Bumi, Uji Kruskal Wallis

Topic
Kebumian

Link: https://ifory.id/abstract/Lea3PwFMuDRh


Perhitungan Koreksi Tidal dengan Menggunakan Bahasa Pemrograman Scilab untuk Pengolahan Awal Data Gravimeter Relatif
Eko Januari Wahyudi, Indra Gunawan, M. Hidayat, dan Pujiyanti Sri Lestari

Show More

Corresponding Author
Eko Januari Wahyudi

Institutions
Institut Teknologi Bandung

Abstract
Formula percepatan gravitasi tidal akibat Bulan dan Matahari membantu kita untuk menghitung koreksi tidal secara teoritis pada setiap waktu dan titik di permukaan Bumi. Aplikasi dari perhitungan percepatan gravitasi tidal tersebut sangat umum dilakukan pada tahap awal pengolahan gravimeter relatif. Pada pekerjaan ini, kami menyusun program koreksi tidal dengan menggunakan bahasa pemrograman scilab. Hasil perhitungan pada program tersebut selanjutnya diperbandingkan dengan nilai variasi tidal yang diamati dengan gravimeter kontinu (gPhone). Pola kurva yang ditunjukkan dari perbedaan nilai variasi tidal yang teramati dan perhitungan teoritis masih terlihat sebagai osilasi yang harmonik dengan rentang -6 sampai 6 μGal. Pola tersebut menunjukkan pengaruh ocean tidal loading (OTL) yang belum diperhitungkan pada pekerjaan ini.

Keywords
koreksi tidal, gravimeter relatif, gravity.

Topic
Kebumian

Link: https://ifory.id/abstract/6Adam27DbTXB


Perubahan Jumlah Titik Kontak dan Porositas dalam Pembentukan Asteroid 2-D
Sparisoma Viridi, Budi Dermawan

Show More

Corresponding Author
Sparisoma Viridi

Institutions
Prodi Fisika, FMIPA, Institut Teknologi Bandung
Prodi Astronomi, FMIPA, Institut Teknologi Bandung

Abstract
Simulasi pembentukan asteroid dilakukan dengan menggunakan partikel-partikel butiran berbentuk lingkaran dengan berbagai ukuran. Dua jenis gaya interaksi digunakan, gaya atraktif dan repulsif antar partikel. Gaya atraktif yang diperankan oleh gaya gravitasi bersifat rentang jauh, sementara gaya repulsif yang diperankan oleh gaya normal bersifat rentang pendek, hanya sejauh ukuran partikel butiran. Pada gaya kedua ini terdapat suku didipasi yang dapat mengakomodasi kehilangan energi akibat tumbukan, bahkan sampai bila terdapat deformasi permanen. Nilai (G sim 10^{-11}), (k_N sim 10^4), dan (gamma_N sim 0.5) digunakan secara umum. Kontaktopi atau jumlah titik kontak (C) dan porositas (phi) dari asteroid yang terbentuk dilaporkan. Teramati bahwa (C) bertambah dan (phi) berkurang dengan bertambahnya waktu (t). Pada suatu saat tercapai nilai saturasi (C_{ m sat}) dan (phi_{ m sat}). Pengaruh dari konstanta-konstanta gaya normal seperti (k_N) dan (gamma_N) saat divariasikan juga disampaikan.

Keywords
asteroid, granular particle, gravitational force, normal force

Topic
Kebumian

Link: https://ifory.id/abstract/VqAnxJupyh94


Perumusan Persamaan Solusi Lengkap pada Metode Controlled Source Audio-frequency Magnetotelluric (CSAMT)
Husnul Hamdi (a*), Doddy Sutarno (a), Wahyu Srigutomo (a), Enjang Jaenal Mustopa(a)

Show More

Corresponding Author
Husnul Hamdi

Institutions
(a) Institut Teknologi Bandung
*husnulhamdi89[at]gmail.com

Abstract
Salah satu metode elektromagnetik yang digunakan pada pencitraan bawah permukaan bumi adalah metode Controlled Source Audio-Frequency Magnetotelluric (CSAMT). Metode CSAMT menggunakan sumber buatan berupa arus yang diinjeksikan kedalam bumi. Keberadaan sumber buatan membuat jarak antara sumber dengan receiver relatif lebih dekat jika dibandingkan dengan sumber telurik alami yang berada pada jarak sangat jauh. Pengukuran CSAMT harus dilakukan pada jarak pengukuran yang ideal pada zona jauh agar memenuhi asumsi gelombang bidang. Pengukuran pada jarak ideal pada zona jauh sulit untuk dipenuhi karena keterbatasan daya pancar dari sumber. Akibatnya data CSAMT pada zona dekat dan transisi perlu dikoreksi dari pengaruh efek sumber. Penerapan asumsi gelombang bidang dengan proses koreksi ini juga mengakibatkan hilangnya sebagian informasi data CSAMT pada zona dekat dan transisi. Dengan demikian diperlukan suatu teknik yang dapat mengatasi kondisi ini. Salah satu teknik yang digunakan adalah menggunakan persamaan solusi lengkap yang mampu mencakup semua zona pengukuran sehingga tidak diperlukan lagi koreksi data. Pada penelitian ini berhasil diperoleh persamaan solusi lengkap untuk menentukan persamaan medan listrik dan medan magnet.

Keywords
CSAMT, solusi lengkap, zona jauh

Topic
Kebumian

Link: https://ifory.id/abstract/bLN49UrA73fa


SKENARIO PENGELOLAAN LAHAN UNTUK TANAMAN SERAI WANGI, JERUK LEMON DAN AREN BERBASIS METEOROLOGI DAN KEEKONOMIAN (Studi Kasus: Kecamatan Gununghalu, Kabupaten Bandung Barat)
Dr. Plato Martuani Siregar (a*) , Diema Octaviani(b*)

Show More

Corresponding Author
Plato Martuani Siregar

Institutions
a) Meteorology Department, Bandung Institute of Technology
Jalan Ganesha 10, Bandung 40132, Indonesia
*paltirajass[at]gmail.com
b) Meteorology Department, Bandung Institute of Technology
Jalan Ganesha 10, Bandung 40132, Indonesia
*diemaoctaviani[at]students.itb.ac.id

Abstract
Kecamatan Gununghalu Kabupaten Bandung Barat merupakan wilayah yang menjadi salah satu penghasil komoditas tanaman kopi, serai wangi, dan aren dengan kondisi curah hujan sekitar 2500-3000 mm/tahun. Meskipun memiliki wilayah yang luas, Gununghalu juga memiliki struktur tanah dengan kemiringan di bawah 40% seluas 2.584 Ha yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Petani disekitar wilayah ini sebagian masih merasa lahan satu hektarnya kurang ekonomik karena keuntungan hanya menghasilkan Rp 7 juta/tahun,jadi sangat penting dilakukan penelitian metoda-metoda skenario pengelolaan lahan melibatkan perhitungan parameter meteorologi dalam proses tumbuh,kembang dan produksi dengan maksimal agar diperoleh keuntung yang lebih besar. Pengerjaan dimulai dari pengolahan data curah hujan dan suhu permukaan untuk menghasilkan tabel kesesuaian iklim. Lalu data topografi dan jenis tanah diproses untuk menghasilkan tabel kesesuaian lahan. Kedua tabel tersebut digabungkan menggunakan metode pengharkatan sehingga akan menghasilkan peta kesesuaian lahan dan iklim yang baru. Untuk koreksi hasil,dipakai metoda citra satelit landsat 8 untuk memeriksa perhitungan produktivitas tanaman di lapangan yang sebenarnya dan hasil ini akan dimanfaatkan untuk rancangan skenario pengelolaan lahan,sementara keekonomian komoditi dihitung menggunakan manfaat langsung. Wilayah ini memiliki tipe iklim B berdasarkan iklim Schmidt-Fergusson,iklimnya dominan dikendalikan antara lain: monsun, MJO, ENSO dan siklon tropis. Selain itu, Kecamatan Gununghalu sendiri memiliki kelas kesesuaian lahan dan iklim S1(2942 Ha) dan S2 (8370 Ha) untuk tanaman lemon, serai wangi, dan aren. Dari keempat skenario pengelolaan lahan yang dilakukan dengan metoda manfaat langsung diperoleh hasil bahwa jeruk lemon memiliki nilai ekonomi Rp 480 juta per hektar/tahun, lalu setelah itu tanaman aren Rp 100 juta pertahun dan yang terakhir serai wangi Rp 10 juta pertahun.

Keywords
Gununghalu, curah hujan,lahan, iklim, keekonomian

Topic
Kebumian

Link: https://ifory.id/abstract/kgvpT4rbycWY


Studi equivalent layer source untuk mendapatkan upward continuation menggunakan data geomagnetik sintetik pada topografi yang berundulasi
Eko Januari Wahyudi, Samuel Belia, Stephen D. Simanjuntak

Show More

Corresponding Author
Eko Januari Wahyudi

Institutions
ITB

Abstract
Pada penelitian ini kami mempelajari algoritma komputasi dari teknik equivalent layer source untuk mendapatkan transformasi upward continuation data geomagnetik. Analisis dari prosedur perhitungan teknik equivalent layer source dan transformasi upward continuation dilakukan dengan contoh numerik dari data sintetik sederhana. Data sintetik dibangun dengan menggunakan diskritisasi model di bawah topografi yang terdiri dari sejumlah body prismatik. Perhitungan data sintetik dengan forward calculation dilakukan untuk dua set stasiun (pada elevasi topografi dan pada elevasi bidang datar di atas topografi tertinggi). Dua data set tersebut digunakan sebagai acuan data sintetik pada penelitian ini. Mekanisme untuk mendapatkan equivalent layer source adalah menggunakan perhitungan inversi dari input data sintetik (set stasiun pada elevasi topografi). Pada penelitian ini, kami melakukan eksplorasi dengan mencoba beberapa variasi dari parameter inversi serta jumlah lapisan atau jumlah model bawah permukaan pada skema perhitungan inversi. Berdasarkan penelitian ini, prosedur perhitungan untuk variasi topografi dapat diperoleh dengan baik menghasilkan model equivalent layer source dengan selisih response geomagnetik terhadap acuan data sintetik pada rentang -10 sampai +10 nT. Setelah model setara diperoleh, kami melakukan perhitungan forward calculation-nya untuk mendapatkan transformasi upward continuation pada set stasiun yang terletak di atas topografi (bidang datar). Berdasarkan transformasi upward continuation pada penelitian ini, kami mendapatkan selisih response geomagnetik terhadap acuan data sintetik pada rentang -10 sampai +10 nT. Secara kualitatif berdasarkan pengujian sintetik ini, kami mendapakan transformasi upward continuation yang memuaskan.

Keywords
equivalent layer source, upward continuation, geomagnetik, forward calculation, inversi

Topic
Kebumian

Link: https://ifory.id/abstract/KCfdZGWvzLub


Page 1 (data 1 to 30 of 30) | Displayed ini 30 data/page

Featured Events

<< Swipe >>
<< Swipe >>

Embed Logo

If your conference is listed in our system, please put our logo somewhere in your website. Simply copy-paste the HTML code below to your website (ask your web admin):

<a target="_blank" href="https://ifory.id"><img src="https://ifory.id/ifory.png" title="Ifory - Indonesia Conference Directory" width="150" height="" border="0"></a>

Site Stats