Event starts on 2019.10.10 for 2 days in Jakarta
https://ffs.uhamka.ac.id/conference/pokjanastoi | https://ifory.id/conf-abstract/h8t7eabRj
Page 3 (data 61 to 90 of 116) | Displayed ini 30 data/page
Corresponding Author
Dina Rahmawanty
Institutions
1,2,3Program Studi Farmasi,FMIPA,Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru
dinarahmawanty[at]gmail.com
Abstract
ABSTRACT Bangkal stem bark (N. subdita) contains secondary metabolite compounds from polyphenols such as flavonoids, saponins, steroids, and tannins which have the potential as natural antioxidants. Antioxidants have a function to protect the body from the bad effects of free radicals that can cause skin damage. This study aimed to determine the IC50 value of methanolic extracts of Bangkal stem bark before being formulated with after being formulated into antioxidant lotions and to determine effect of emulgator concentration to antioxidant activity of lotion. In this study lotion was formulated with different concentration of stearic acid : FI (2%), F2 (3%) & FII (5%). Determination of antioxidant activity was carried out using the DPPH method and ascorbic acid as a comparison. The result of IC50 value of methanolic extract of N. subdita stem bark is 34.1787 ± 0.2781 ppm, which is classified as a very active antioxidant. The result shows that the increase of stearic acid concentration affect the antioxidant activity, the higher concentration of stearic acid, the greater IC50 value. The results for lotions FI,FII& FIII IC50 value are 61.5593 ± 0.2673 ppm, 66.8051 ± 0.2317 ppm & 72.6253 ± 2.3117 ppm, respectively. All formulas have IC50 range 50-100 ppm which are classified as active antioxidants. Based on the research it can be conclude that the methanolic extract of N. subdita stem bark has a very active antioxidant activity and the lotions classified as active antioxidant. Keywords : Antioxidant, Lotion, Emulgator, Bangkal (Nauclea subdita) ABSTRAK Kulit batang bangka (N. subdita) mengandung senyawa metabolit sekunder dari golongan polifenol seperti flavonoid, saponin, steroid, dan tanin yang berpotensi sebagai antioksidan alami. Antioksidan memiliki fungsi untuk melindungi tubuh dari pengaruh buruk radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan kulit. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan nilai IC50 ekstrak metanol kulit batang bangkal sebelum diformulasikan dengan sesudah diformulasikan menjadi lotion antioksidan dan menentukan pengaruh konsentrasi emulgator terhadap aktivitas antioksidan lotion. Dalam penelitian ini lotion diformulasikan dengan variasi konsentrasi asam stearat yaitu FI (2%), F2 (3%) & FII (5%). Penentuan aktivitas antioksidan dilakukan menggunakan metode DPPH dan asam askorbat sebagai pembanding. Hasil nilai IC50 ekstrak metanol kulit batang N. subdita yaitu 34,1787 ± 0,2781 yang tergolong sebagai antioksidan sangat aktif. Hasil peneltian menunjukkan peningkatan konsentrasi asam stearat mempengaruhi aktivitas antioksidan, semakin tinggi konsentrasi asam stearat semakin besar nilai IC50. Hasil IC50 lotion pada FI, FII & FII berturut-turut 61,5593±0,2673 ppm, 66,8051 ± 0,2317 ppm & 72,6253 ± 2,3117 ppm. Ketiga formula memiliki rentang nilai IC50 50-100 ppm yang tergolong sebagai antioksidan aktif. Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol kulit batang N. subdita
Keywords
Antioksidan, Lotion, Emulgator, Bangkal (Nauclea subdita)
Topic
Teknologi Formulasi Sediaan Bahan Alam
Corresponding Author
Rini Prastiwi
Institutions
1Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi dan Sains, Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA, Jakarta
Abstract
Asam klorogenat adalah senyawa golongan fenol yang jumlahnya terbanyak yang ada pada biji kopi dan memiliki khasiat sebagai antihiperglikemia, meningkatkan daya ingat, dan hepatoprotektor terhadap keracunan arsenik trioksida. Pada penelitian ini dilakukan optimasi pelarut untuk ekstrasi biji kopi hijau jenis robusta dan kopi arabika terhadap kadar fenolik total dan kadar asam klorogenat. Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi dengan variasi pelarut etanol 50%, 70% dan 96%. Parameter yang diamati adalah kadar fenolik total dan kadar asam klorogenat. Identifikasi mutu ekstrak dilakukan terhadap organoleptis, kandungan senyawa kimia, kadar air serta kadar abu. Penetapan kadar fenol total menggunakan microplate reader, sedangkan asam klorogenat menggunakan KLT densitometry. Hasil penelitian diperoleh nilai fenolik total pada kopi robusta yang paling tinggi yaitu ekstrak etanol 70%, 50%, dan 96% dengan rata-rata kadar 967,54 mgGAE/g, 851,45 mgGAE/g, dan 739,86 mgGAE/g. Sedangkan pada biji kopi hijau arabika yang paling tinggi pada etanol 50% dengan nilai fenolik total 915,12 mgGAE/g, etanol 70% 845,65 mgGAE/g, dan etanol 96% 716,67 mgGAE/g. Rata-rata persentase kadar asam klorogenat pada kopi robusta ekstrak etanol 50% sebanyak 16,57%, etanol 70%: 17,60%, dan etanol 96% :15,03%. Sedangkan pada kopi arabika dengan pelarut etanol 50%, 70% dan 96% berturut-turut adalah 16,36%, 15,98% dan 9,81 %. Hasil kadar fenolik total dan kadar asam klorogenat yang diperoleh kemudian diuji menggunakan uji ANOVA satu arah dan Tukey dengan taraf kepercayaan 95%. Pelarut yang optimum untuk kadar fenolik total dan asam klorogenat pada kopi robusta adalah etanol 70%, sedangkan pada kopi arabika pelarut yang paling bagus adalah etanol 50%.
Keywords
Coffea canephora, Coffea Arabica ,fenol, asam klorogenat
Topic
Farmakognosi dan Fitokimia
Corresponding Author
Dwi Arymbhi Sanjaya
Institutions
a) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bali, Jalan Tukad Balian no.180, Denpasar 80227, Bali, Indonesia
*arymbhi[at]gmail.com
Abstract
Lontar Usada Pemunah Cetik merupakan salah satu catatan pengobatan Bali yang berisi tentang gejala terkena racun (cetik) serta penawarnya. Salah satu jenis cetik yaitu cetik kerikan gangsa dari tembaga, timah, dan arsenik yang bersifat toksik. Jenis tanaman yang digunakan untuk mengatasi keracunan tersebut yaitu campuran bawang putih (Allium sativum), sereh (Cymbopogon citratus), dan kelapa (Cocos nucifera L). Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh ekstrak bawang putih dan sereh yang dicampur air kelapa terhadap jumlah leukosit dan eritrosit tikus putih jantan yang terpapar racun tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian pra-eksperimental dengan pendekatan the one group pretest posttest. Penelitian ini dilakukan dengan mengukur jumlah leukosit dan eritrosit 8 ekor tikus jantan yang terpapar logam berat sebelum dan sesudah diberikan campuran ekstrak. Jumlah leukosit sebelum dan sesudah diberikan campuran ekstrak bawang putih, sereh dan air kelapa diuji secara statistik dengan uji T-berpasangan. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan pemberian ekstrak bawang putih, sereh dan air kelapa terhadap penurunan jumlah leukosit tikus putih jantan (p = 0,001 dan r = 0,667) dan ada pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan jumlah leukosit tikus putih jantan (p = 0,001 dan r = 0,935). Namun, diperlukan uji lebih lanjut dengan metodelogi yang lebih baik.
Keywords
usada; kerikan gangsa; logam berat; sereh; bawang putih; kelapa
Topic
Etnomedisin dan Etnofarmakologi
Corresponding Author
Mohamad Rafi
Institutions
Pusat Studi Biofarmaka Tropika LPPM IPB
Departemen Kimia FMIPA IPB
Abstract
Tumbuhan obat mengandung beragam senyawa kimia yang dapat menyulitkan upaya pengendalian mutu untuk menunjukkan ciri spesifiknya. Analisis sidik jari kromatografi lapis tipis (KLT) dapat menghasilkan pola pemisahan multikomponen yang khas bagi setiap tumbuhan. Salah satu tumbuhan obat yang banyak digunakan dalam jamu yaitu kencur (Kaempferia galanga). Pada penelitian ini, kami mengembangkan metode analisis sidik jari KLT rimpang kencur untuk kendali mutunya. Analisis sidik jari KLT kencur menggunakan pelat silika gel F254 sebagai fase diam, pelarut kloroform:toluena (9:1) sebagai fase gerak dan dapat memisahkan 11 pita pada sinar ultraviolet 366 nm. Senyawa etil p-metoksisinamat dipilih sebagai penciri dan terdeteksi sebagai pita berwarna ungu pada sinar tampak (RF = 0.85) setelah derivatisasi menggunakan larutan asam sulfat 10% (v/v). Validasi metode menghasilkan pola pemisahan ekstrak rimpang kencur stabil dalam kromatografi, pada pelat dan larutan selama 3 jam serta secara visualisasi. Spesifitas menghasilkan pita berwarna ungu (RF = 0.85) pada profil KLT rimpang kencur yang identik dengan senyawa penciri. Uji presisi dan presisi antara menunjukkan keterulangan pola pemisahan dengan selisih nilai RF masing-masing 0.00-0.01 dan 0.00-0.02. Uji ketegaran menunjukkan hasil yang baik terhadap penurunan jarak pengembangan dan perubahan jenis bejana kromatografi. Metode sidik jari KLT yang dikembangkan dapat digunakan untuk kendali mutu rimpang kencur.
Keywords
kencur; kaempferia galanga; analisis sidik jari; KLT
Topic
Teknologi Panen dan Kontrol Kualitas
Corresponding Author
Tofan Aries Mana
Institutions
Balai Besar Litbang Tanaman Obat dan Obat Tradisional Tawangmangu, Indonesia.
Abstract
Tanaman menghasilkan senyawa alami yang baik dengan aktivitas farmakologis yang potensial. Tanaman obat Indonesia, alang-alang (Imperata cylindrica) secara empirik digunakan untuk pengobatan beberapa penyakit. Namun, alang-lang IC sering disebut sebagai tanaman yang tidak berguna dalam beberapa tahun terakhir. Meskipun beberapa informasi dianggap berasal dari IC dalam praktik alternatif, beberapa dari mereka dikonfirmasi berada di unit perawatan kesehatan resmi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang pemanfaatan IC di Rumah Riset Jamu "Hortus Medicus" yang untuk mengobati beberapa penyakit degeneratif. Metode sampling purposive dilakukan dengan 215 resep yang mengandung IC sebagai salah satu komponen untuk perawatan pasien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 40,93% resep IC untuk hipertensi (HT), masing-masing 27,44% untuk diabetes melitus (DM) dan nefrolitiasis (NR), 14,88 untuk hiperkolesterolemia (CH), dan 14,42% untuk perlindungan hepatoprotektor (HE) perawatan. Tanaman obat yang sering dikombinasi dengan IC adalah pegagan untuk HT, brotowali untuk DM dan tempuyung untuk NR, jati belanda untuk CH, dan jombang untuk resep HE. Kombinasi IC dan tanaman obat lain diresepkan untuk pengobatan beberapa penyakit degeneratif.
Keywords
alang-lang, peresepan, penyakit degeneratif
Topic
Farmakologi dan Klinik TOOT
Corresponding Author
Anila Impian Sukorini
Institutions
1Departemen Farmasi Komunitas, Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga, Surabaya
Abstract
Penggunaan obat bahan alam oleh lansia dan anak-anak semakin meningkat, di sisi lain produksi dan distribusi obat bahan alam di Indonesia semakin marak. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penggunaan obat bahan alam oleh lansia dan anak-anak di Surabaya. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner tentang jenis obat bahan alam dan tujuan penggunaannya. Responden adalah anggota posyandu lansia dan ibu dari anggota posyandu balita yang terpilih secara purposive. Jawaban responden selanjutnya diagregasikan dan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi. Sebanyak 232 responden (116 lansia dan 116 ibu dari balita) berpartisipasi sebagai responden secara sukarela. Hasil penelitian menunjukkan bahwa obat bahan alam digunakan oleh 74,1% lansia dan 50,9% anak-anak. Obat bahan alam lebih banyak digunakan oleh lansia sebagai upaya penyembuhan daripada pencegahan. Upaya penyembuhan yang dimaksud meliputi pengobatan untuk penyakit kronis (hipertensi, hiperkolesterolemia, hiperurisemia, dan diabetes). Enam produk jadi yang digunakan oleh responden teregistrasi sebagai jamu dan obat herbal terstandar. Satu produk yang digunakan oleh lansia merupakan produk yang ditarik ijin edarnya karena mengandung bahan kimia obat. Dapat disimpulkan bahwa responden lebih banyak menggunakan obat bahan alam dalam bentuk ramuan tradisional. Sebagian lansia menggunakan obat bahan alam sebagai terapi komplementer untuk penyakit kronis.
Keywords
obat bahan alam, lansia, anak
Topic
Farmasi Klinis dan Komunitas
Corresponding Author
Hanni Prihhastuti Puspitasari
Institutions
1Departemen Farmasi Komunitas, Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga, Surabaya
2Departemen Farmakognosi dan Fitokimia, Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga, Surabaya
Abstract
Konsumsi herbal bukan merupakan hal asing bagi masyarakat Indonesia. Meski terbuat dari bahan alam, obat golongan ini berpotensi membahayakan apabila digunakan pada pasien penyakit kronis yang sedang mengkonsumsi obat modern/sintetis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan obat herbal pada pasien penyakit kronis. Untuk itu, dilakukan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus pada lima pasien hipertensi di Wilayah Surabaya yang diketahui pernah mengonsumsi obat herbal selain obat antihipertensi yang diperoleh dari resep dokter. Disamping memperoleh obat antihipertensi, tiga informan juga mendapatkan resep untuk penanganan kondisi kronis lain seperti diabetes mellitus dan dislipidemia. Tiga informan lebih memilih penggunaan ramuan tradisional demi pertimbangan jaminan keamanan karena jenis dan sumber bahan yang digunakan dapat diketahui. Dua informan lebih menyukai penggunaan produk jamu karena pertimbangan kepraktisan. Tiga informan telah mendiskusikan atau bahkan mendapatkan rekomendasi penggunaan herbal tersebut dari dokter yang meresepkan obat, sedangkan dua informan tidak pernah membicarakan dengan dokter karena kekuatiran akan larangan dokter. Semua informan menggunakan herbal bergantian dengan obat yang diresepkan dokter, kadang kala informan yang menggunakan herbal sebagai pengganti obat dokter. Dapat disimpulkan bahwa adanya penggunaan herbal pada pasien penyakit kronis tanpa pengawasan dokter dapat berpotensi membahayakan, terutama ketika ditujukan sebagai pengganti obat dari resep dokter.
Keywords
obat herbal, hipertensi, diabetes mellitus, dislipidemia
Topic
Farmasi Klinis dan Komunitas
Corresponding Author
Desy Muliana Wenas
Institutions
(a) Laboratorium Farmakologi, Fakultas Farmasi, Insititut Sains dan Teknologi Nasional, Jakarta
Abstract
Some part of banana could be used for traditional medicine. The corm of banana contains more potential phytochemical than the stem sap or the fruit skin. Therefore, the corm of banana is being studied. The aim of this research is to determine the effect of Banana Corm Extract (KBCE) on aloxan-induced rat. The banana corm was being dried, powdered and extracted using 70% ethanol by maceration method for 24 hours for 3 times. Extract with concentration of 10%, 15%, 20%, glibenclamide as positive control, CMC-Na as negative control are prepared. Six groups of 4 male wistar rats, were wounded and given the treatment respectively 5 ointments and 1 without any treatment. The ointments were applied twice a day for 10 days. The wound is measured every day until 10 day to calculate the percentage of wound healing. The result is analyzed using ANOVA statistical method. The 20% concentration of banana extract can help reduce blood sugar rate better than the positive control. Therefore, banana corm extract can be considered as potential drug for diabetic.
Keywords
aloxan, banana corm extract, blood sugar rate, rat
Topic
Farmakologi dan Klinik TOOT
Corresponding Author
Wahyunia Likhayati Septiana
Institutions
a) Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jakarta
b) Mahasiswa PSSK Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jakarta
c) Departemen Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Gunadarma
d) Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jakarta
Abstract
Hiperkolesterolemia-diabetes dapat membuat cedera endotel yang dapat berakibat pada pembentukan aterosklerosis yang diawali dengan terbentuknya sel busa. Penelitian akan melihat efektivitas latihan fisik dan ekstrak daun sirsak (Annona muricata) terhadap penurunan sel busa. Penelitian ini menggunakan studi eksperimen dengan rancangan the post test-only control group design dengan menggunakan 28 ekor tikus galur wistar yang secara random dibagi ke dalam 7 kelompok masing-masing terdiri dari 4 ekor. Kelompok I (KN1) diberikan pakan standar, kelompok II (KN2) diberikan pakan aterogenik dan aloksan, sedangkan kelompok III (KP1), IV (KP2), V (P1), VI (P2), dan VII (P3) diberikan pakan aterogenik dan aloksan lalu diberikan perlakuan sesuai kelompoknya. Kelompok KP1 diberikan simvastatin, KP2 diberikan metformin, P1 diberikan latihan fisik, P2 diberikan ekstrak daun sirsak (EDS), dan P3 diberikan kombinasi latihan fisik dan EDS. Diakhir penelitian, tikus dieutanasia dan diambil organ aorta untuk dilakukan pembuatan preparat agar melihat gambaran sel busa. Hasil Uji Kruskall-Wallis dan Uji Pos Hoc Mann-Whitney menunjukkan nilai signifikansi (p<0,05) artinya terdapat perbedaan signifikan antara kelompok KN2 dengan P1, P2, P3 sedangkan antara kelompok KP1 dan KP2 dengan P1, P2, P3 didapatkan (p>0,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah latihan fisik, EDS dan kombinasinya memiliki efek untuk menurunkan pembentukan sel busa aterosklerosis.
Keywords
Hiperkolesterolemia, diabetes, latihan fisik, ekstrak daun sirsak, sel busa
Topic
Bioteknologi dan Molekular Tanaman Obat
Corresponding Author
Hendy Suhendy
Institutions
STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya
Abstract
Golongan senyawa fenol dan flavonoid pada umbi dua varietas ubi jalar yang diekstraksi dengan metode panas merupakan kontributor utama aktivitas antioksidan. Senyawa fenol dan flavonoid dipengaruhi oleh adanya pemanasan. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh suhu ekstraksi terhadap fenol dan flavonoid total dua varietas umbi ubi jalar. Penelitian diawali dengan pengumpulan dan pembuatan simplisia dua varietas umbi yaitu umbi kulit luar berwarna ungu, bagian dalam berwarna ungu (UU) dan umbi kulit luar berwarna ungu, bagian dalam berwarna orange (UO). Simplisia diekstraksi menggunakan refluks dan maserasi dengan pelarut etil asetat sehingga diperoleh empat ekstrak yaitu ekstrak etil asetat umbi ubi jalar ungu-ungu maserasi (UUM), ungu-ungu refluks (UUR), ungu-orange maserasi (UOM) dan ungu-orange refluks (UOR). Fenol total dihitung menggunakan metode Folin Ciocalteu sedangkan flavonoid total menggunakan metode Chang. Fenol total ekstrak etil asetat UUM, UUR, UOM dan UOR secara berturut-turut adalah 7,50; 6,79; 4,85 dan 5,87 (g GAE/100 g). Flavonoid total ekstrak etil asetat UUM, UUR, UOM dan UOR secara berturut-turut adalah 16,24; 19,84; 9,65 dan 16,50 (g QE/100 g). Perbedaan suhu ekstraksi hanya mempengaruhi flavonoid total pada umbi ubi jalar UU dan UO. Refluks adalah metode yang paling baik untuk menyari senyawa-senyawa flavonoid umbi UU dan senyawa-senyawa fenol dan flavonoid umbi UO.
Keywords
Umbi, Fenol, Flavonoid, Ekstraksi, Ipomoea batatas
Topic
Farmakognosi dan Fitokimia
Corresponding Author
Dhigna Luthfiyani Citra Pradana
Institutions
Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta
Abstract
Infusa daun Kelor (Moringa oleifera) memiliki kandungan senyawa aktif fenol, flavonoid dan tannin yang dapat berperan sebagai antioksidan, mencegah hiperglikemia dan hiperlipidemia. Secang (Caesalpinia sappan L.) mengandung brazilin yang dapat menurunkan glukosa darah. Banyak orang berpendapat bahwa teh merupakan infusa yang dibuat dengan cara menyeduh dengan air panas pada bagian daun, pucuk daun atau tangkai daun yang dikeringkan dari tanaman teh (Camellia sinensis). Oleh karena itu penamaan infusa dari daun kelor dan kulit batang secang yang dikeringkan ini yaitu teh daun kelor dan teh secang. Pada penelitian ini dilakukan secara eksperimental dengan rancangan acak lengkap. Total flavonoid dalam teh daun kelor lebih banyak dari pada teh secang yaitu sebanyak 7,79 mg/g. IC50 dengan parameter DPPH dan teknik analisis spektrofotometri pada rentang konsentrasi 10 ppm, 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, 200 ppm dalam teh secang menghasilkan < 10 ppm sedangkan pada teh daun kelor konsentrasi 200 ppm persentase hambatannya masih pada 45%. Hasil uji kesukaan pada teh daun kelor dan teh secang dilakukan pada 20 panelis berupa bau 60% lebih suka teh daun kelor, kemudian pada warna 70% lebih suka warna pada teh secang dan pada rasa 70% suka pada teh daun kelor
Keywords
teh daun kelor, teh batang secang, antioksidan
Topic
Farmakognosi dan Fitokimia
Corresponding Author
Umi Cahyaningsih
Institutions
1) Fakultas Kedokteran Hewan,Institut Pertanian Bogor,
Bogor
2) Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Khairun, Ternate
Abstract
Leukosit terdiri dari limfosit, monosit, neutrofil, eosinofil dan basofil yang merupakan sel darah putih berfungsi sebagai salah satu sistem pertahanan tubuh. Adanya Plasmodium dapat mengganggu pertahanan tubuh. Malaria pada mencit disebabkan oleh Plasmodium berghei yang dapat digunakan sebagai model untuk penelitian malaria pada manusia. Saat ini tanaman Artemicia annua sebagai antimalaria tetapi sudah mulai resisten. Oleh karena itu perlu mencari alternatif pengganti untuk obat antimalaria. Cengkeh varietas afo merupakan cengkeh tertua di dunia terdapat di Maluku Utara, secara in vitro dapat menghambat pertumbuhan Plasmodium. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui persentase jenis leukosit pada mencit yang diinfeksi Plasmodium berghei dan diberi fraksi cengkeh varietas afo. Penelitian ini menggunakan 25 ekor mencit (Mus musculus) yang diinfeksi dengan Plasmodium berghei 1x106 dan dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan, yaitu 1) kontrol negatif (tidak diobati), 2) kontrol positif (diberi Piperaquine), 3) kelompok P25 (diberi fraksi dosis 25 mg/kg BB), 4) kelompok P50 (dosis 50 mg/kg BB), dan 5) kelompok P100 (dosis 100 mg/kg BB). Mencit diberi fraksi etil asetat cengkeh varietas afo selama empat hari dan diberikan 24 jam setelah mencit diinfeksi P. berghei. Darah diambil pada bagian ujung ekor mencit setiap 24 jam sejak hari ke 0 sampai hari ke 7. Preparat ulas darah dibuat menggunakan pewarnaan Giemsa, kemudian diperiksa menggunakan mikroskop dengan pembesaran 1000 kali untuk menghitung persentase jenis leukosit. Hasil penelitian ini menunjukan pada hari ke 4 dan ke 5 setelah infeksi, perlakuan P50 dan P100 terjadi penurunan persentase neutrofil karena fraksi cengkeh mengandung karyofilen yang dapat menghambat pertumbuhan Plasmodium. Persentase limfosit meningkat pada perlakuan P50 dan P100 karena fraksi cengkeh ini mengandung flavonoid yang dapat meningkatkan proliferasi limfosit. Pemberian fraksi etil asetat cengkeh varietas afo mempengaruhi nilai persentase neutrofil dan limfosit pada mencit yang di infeksi Plasmodium berghei.
Keywords
Leukosit, fraksi etil asetat cengkeh varietas afo, Plasmodium berghei
Topic
Farmakologi dan Klinik TOOT
Corresponding Author
Lusi Indriani
Institutions
1,3Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pakuan, Bogor
2Departemen Anatomi Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor
Abstract
Pemanfaatan tanaman obat dengan khasiat antiinflamasi perlu dilakukan untuk menemukan alternatif pengobatan dengan efek samping yang relatif lebih kecil, seperti ramuan herbal daun binahong, rimpang jahe, dan kunyit. Agar penggunaannya optimal, diperlukan mencari kombinasi dosis yang efektif dari ekstrak etanol daun binahong, rimpang jahe, dan kunyit sebagai antiinflamasi. Penggunaan beberapa macam bahan ditujukan untuk menetralisir bahan yang tidak diperlukan dan memperkuat fungsi ramuan yang dibuat. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis efektif kombinasi ekstrak etanol daun binahong, jahe dan kunyit sebagai antiinflamasi pada 35 ekor mencit putih jantan galur Mus musculus. Pengujian efek antiinflamasi campuran ekstrak dilakukan dengan cara mengukur volume udem telapak kaki mencit setelah diinduksi karagenan 1% dengan alat pletismometer. Hewan uji dibagi menjadi 7 kelompok perlakuan yaitu kelompok dosis 1 (1,5:0,3:2,5 mg/20gBB), dosis 2 (3:0,3:2,5 mg/20gBB), dosis 3 (1,5:0,6:2,5 mg/20gBB), dosis 4 (1,5:0,3:5 mg/20gBB), dosis 5 binahong dosis tunggal (3 mg/20gBB), kontrol negatif (Na CMC 0,5%) dan kontrol positif (Natrium Diklofenak 0,182 mg/20gBB) dengan waktu pengamatan pada menit ke-30, 60, 120, 180, dan 240. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis 4 dengan kandungan binahong-jahe-kunyit (1,5:0,3:5 mg/20gBB) memberikan efek antiinflamasi yang paling baik dengan potensi antiinflamasi sebesar 85,232%.
Keywords
Antiinflamasi, Ramuan Herbal, Binahong, Jahe, Kunyit
Topic
Farmakologi dan Klinik TOOT
Corresponding Author
megawati megawati
Institutions
1Research Center for Chemistry, Indonesian Institute of Sciences
Abstract
Fenolik merupakan bagian kelompok senyawa polifenol yang banyak terdapat pada tanaman dan berfungsi antara lain sebagai antioksidan. Aktivitas antioksidatif fenolik bersumber pada kemampuan mendonorkan atom hidrogennya. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa senyawa fenolik mempunyai aktivitas antioksidan yang beragam. Tanaman Macarangga merupakan salah satu sumber senyawa fenolik dan mempunyai berbagai aktivitas Pada penelitian telah dilakukan penentuan kadar fenolik, total flavonoid, uji aktivitas antioksidan dan antidiabetes pada daun Macarangga hispida. Hasil uji aktivitas antioksidan (IC50) dari fraksi etil asetat daun M.hispida mempunyai nilai IC50 .26,92μg/mL, kadar fenolik 25,41 mg equivalent galic acid/100mg ekstrak dan hambatan α-glukosidase 21,91 μg/mL dan nilai total flavonoid 21,11 ± 0.94b/b. Hasil uji aktivitas antioksidan dan antidiabetes sejalan dengan kandungan total fenol dan flavonoid.
Keywords
Macaranga hispida,antioksidan, α-glukosidase,kadar fenolik dan kadar flavonoid
Topic
Bioteknologi dan Molekular Tanaman Obat
Corresponding Author
Galuh Ratnawati
Institutions
a). Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional, Karanganyar
* galuhratnagaluh[at]gmail.com
b). Bagian Farmakologi dan Farmasi Klinik, Fakultas Farmasi, Universitas Wahid Hasyim, Semarang
c). Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Abstract
Asma merupakan penyakit peradangan kronik saluran pernafasan yang ditandai mengi, batuk, dan rasa sesak di dada yang berulang. Gejala biasanya timbul pada malam atau menjelang pagi hari karena adanya penyumbatan saluran pernafasan. Asma masih menjadi permasalahan kesehatan di seluruh dunia, yang diderita anak-anak sampai orang dewasa. Masyarakat telah banyak menggunakan tanaman obat sebagai antiasma. Penelitian dilakukan untuk mengetahui potensi ramuan herba antiasma yang terdiri dari simplisia daun sembung, biji kemukus, akar teki, dan herba patikan kebo terhadap sistem pernafasan hiperresponsif yang diperantarai histamin pada model asma in vitro dan in vivo. Ramuan uji terdiri dari 3 ramuan dengan perbandingan tertentu. Penelitian in vitro dan in vivo berturut-turut menggunakan marmut dengan teknik organ terisolasi menggunakan transduser isotonik, dan marmut yang disensitisasi dengan ovalbumin dan diberikan perlakuan pemberian infusa ramuan herba, kemudian diambil organ trakheanya untuk dibuat preparat histopatologi dengan metode pewarnaan toluidine blue (pemarnaan sel mast). Nilai pD2 pengaruh pemberian histamin pada trakea marmut adalah 6,08 ± 0,13. Hasil uji aktivitas antiasma secara in vitro menunjukkan pretreatment dengan 100 mL ramuan 1 menekan nilai tersebut menjadi 4,32 ± 0,06. Nilai ini sebanding dengan kontrol positif menggunakan pretreatment difenhidramin HCl. Pada uji relaksasi ketiga ramuan terbukti tidak menunjukkan aktivitas relaksan. Pada uji secara in vivo, pengamatan terhadap histopatologi trakhea marmut uji menunjukkan bahwa ramuan herba tidak menghambat degranulasi sel mast. Ramuan antiasma 1 menurunkan kontraksi otot polos trakhea marmut. Ramuan 3 menimbulkan relaksasi paling besar pada otot polos trakhea marmut.
Keywords
antiasma, teknik organ terisolasi, ovalbumin, antagonis reseptor H1
Topic
Farmakologi dan Klinik TOOT
Corresponding Author
Setyowati Retno Djiwanti
Institutions
Laboratorium Proteksi Tanaman, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Jalan Tentara Pelajar No. 3, Bogor 16111
Abstract
ABSTRACT Abstract Exploration of several usage of medicinal plants could support the preservation and sustainable utility of these crops. Some research results shown that bitter leaf plant (Vernonia amygdalina) could be used as medicinal herb and or botanical insecticide as well. Several workers have demonstrated the possible application of powder or extracts from bitter leaf plant materials to control storage pests Callosobruchus maculatus (stored cowpea bruchid) dan Sitophilus zeamais (the maize weevil). There was no progeny development of the bruchid in samples treated with bitter leaf powder. The leaf powder was mixed with cowpea seeds, to prevent oviposition and hatching of the eggs, and adult emergence of bruchid, even caused 100% mortality of adult cowpea bruchid after 72 hours of exposure, thereby helping in their management. The effectiveness of V. amygdalina in the control of S. zeamais causing also 100% mortality. Other essential oil of V. amygdalina (0.3%) was able to protect maize from the maize weevil by evoking a high repellant action against weevil, then reducing the number of weevil progeny production, without damaging the grain. The main insecticidal properties of V. amygdalina were identified as chemical compounds like sesquiterpene lactones containing vernodalin, vernodalol and 11, 13-dihydrovernodalin, which act as an insect feeding deterrent. All the tested plant parts powders were toxic, however the leaf powder was more toxic to cowpea bruchid. Its possible application in Indonesia in controlling the storage pests, were needed to be evaluated to support the efficient and eco-friendly plant pest and disease control program. ABSTRAK Abstrak Penggalian berbagai macam pemanfaatan tanaman obat dapat menunjang usaha pelestarian dan pemanfaatan berkelanjutan tumbuhan obat tersebut. Berbagai hasil penelitian menunjukkan, bahwa selain sebagai tanaman obat, tanaman daun afrika (Vernonia amygdalina) dapat pula dimanfaatkan sebagai insektisida nabati. Beberapa peneliti telah mendemonstrasikan kemungkinan aplikasi tepung atau ekstrak dari bahan tanaman daun afrika dalam pengendalian hama gudang Callosobruchus maculatus (kumbang kacang tunggak/merah) dan Sitophilus zeamais (kumbang biji jagung). Pada sampel kacang yang diperlakukan dengan tepung daun afrika, tidak terlihat adanya perkembangan populasi kumbang kacang. Tepung daun afrika yang dicampur dengan biji kacang, mencegah peletakan telur dan penetasan telur, sehingga menekan munculnya/ lahirnya kumbang dewasa, bahkan dapat menyebabkan 100% mortalitas kumbang dewasa setelah perkauan selama 72 jam.. Demikian pula pada pengendalian kumbang jagung S. zeamais, tepung daun afrika menyebabkan 100% mortalitas kumbang jagung dewasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak atsiri daun afrika memberikan efek penolakan makan terhadap kumbang jagung sehingga menekan jumlah produksi keturunan kumbang dewasa, tanpa menyebabkan kerusakan pada biji jagung. Bahan insektisida
Keywords
bitter leaf, botanical insecticide, storage pests, control.
Topic
Budidaya Tanaman Obat
Corresponding Author
Zuhratus Saleh
Institutions
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS JAMBI
Abstract
Hutan Kota Bagan Pete merupakan salah satu Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Jambi. Fungsi RTH sangat bermanfaat sebagai penyangga kehidupan perkotaan. Masyarakat melayu merupakan salah satu etnis yang banyak tinggal di Kota Jambi. Masyarakat melayu di Kota Jambi termasuk sering berinteraksi dan mengetahui serta memanfaatkan tumbuhan secara tradisional dan modern. Penelitian ini bertujuan untuk melihat potensi tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat melayu jambi di Hutan Kota Bagan Pete Kota Jambi. Penelitian ini dilakukan di Hutan Kota Bagan Pete Kota Jambi dari Bulan April-Agustus 2019. Metode yang digunakan adalah eksplorasi langsung terhadap vegetasi tumbuhan yang terdapat di Hutan Kota Bagan Pete serta wawancara mendalam kepada narasumber yang dianggap sesuai mewakili masyarakat etnis melayu Kota Jambi. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 68 jenis tumbuhan yang ditemukan selama proses eksplorasi dan 28 jenis tumbuhan diantaranya yang tergabung dalam 21 famili tumbuhan dimanfaatkan oleh masyarakat melayu Kota Jambi sebagai tumbuhan obat. Bagian daun merupakan bagian tumbuhan yang paling banyak dimanfaatkan sebanyak 50%. Tumbuhan obat tersebut antara lain berfungsi sebagai obat sakit mata, diare, afrodisiak, darah tinggi dan beberapa jenis penyakit lainnya.
Keywords
Kata Kunci : Tumbuhan Obat, Etnis Melayu, Hutan Kota
Topic
Etnomedisin dan Etnofarmakologi
Corresponding Author
Neny Purwitasari
Institutions
a) Departemen Farmakognosi dan Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Jl. Mulyorejo, Surabaya 60115 Indonesia
b) Departemen Farmasi Komunitas Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Jl. Mulyorejo, Surabaya 60115 Indonesia
Abstract
Tanaman obat masih menjadi pilihan dari banyak orang, terutama para lanjut usia (lansia) untuk mengatasi penyakit ringan maupun penyakit kronis. Beberapa tanaman dapat dipakai untuk mengatasi gejala penyakit kronis seperti asam urat, hipertensi, diabetes dan kolesterol. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui rasionalitas penggunaan tanaman obat pada lansia di Surabaya sebagai obat komplementer untuk mengatasi gejala penyakit kronis. Metode yang digunakan adalah survei menggunakan kuisioner pada peserta Posyandu lansia pada lima Puskesmas yang terpilih secara acak di Kota Surabaya. Sebanyak 116 lansia melengkapi kuesioner, 86 diantaranya (74,1%) menggunakan tanaman obat untuk terapi komplementer. Dari 86 responden tersebut, 28 diantaranya menggunakan tanaman obat untuk mengatasi gejala penyakit kronis seperti asam urat, hipertensi dan kolesterol (masing-masing dilaporkan oleh 12,8% responden), serta diabetes (3,5%). Tanaman yang paling banyak digunakan antara lain seledri (Apium graveolens L), bawang putih (Allium sativum), buah mengkudu (Morinda citrifolia), daun salam (Syzygium polyanthum) yang terbukti secara ilmiah. Cara pengolahan dan takaran masih belum konsisten. Kesimpulannya, meskipun tanaman obat tersebut terbukti secara ilmiah, cara pengolahan dan takaran perlu mendapatkan perhatian untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Keywords
Tanaman Obat, Penyakit Kronis, Rasionalitas, Komplementer
Topic
Farmakognosi dan Fitokimia
Corresponding Author
Yunita Intan Ryandini
Institutions
a) Mahasiswa Program Doktor Ilmu Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya, Malang
b) Departemen Biokimia Biomolekuler, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya, Malang
*kanamardhiyyah[at]ub.ac.id
c) Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur UPT Laboratorium Herbal Materia Medica Batu
Abstract
Antioxidant prevents oxidative stress. One of the antioxidant source is plant. Red and White Galanga are herbal plants that are easy to grow and they may have antioxidant activity. The aim of this study was to compare antioxidant activity and phytochemistry screening of Red Galangal (Alpinia purpurata K. Schum) and White Galangal (Alpinia galanga L.). The method of this study used was the DPPH method and qualitative analysis. The results of this study showed that the value of antioxidant activity of Red Galangal was significantly higher than White Galangal (p <0.05). The results of phytochemistry screening showed that Red Galangal contained alkaloids, flavonoids, phenolics, tannins, saponins, and triterpenoids. While White Galangal contained alkaloids, flavonoids, phenolics, tannins, and triterpenoids. It is can be concluded that Red Galangal is more effective than White Galangal.
Keywords
antioxidant, phytochemistry, galanga
Topic
Farmakognosi dan Fitokimia
Corresponding Author
Maratu Soleha
Institutions
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Abstract
Bioprospecting merupakan salah satu cara meneliti tanaman obat untuk mendapatkan manfaat dari efek farmakologis dan memberi nilai tambah dari sisi perekonomian. Efek farmakologis dari di uji secara experimental. Nilai ekonomis juga dapat di lihat dari kebutuhan obat berdasarkan prevalensi penyakit. Di Indonesia kebutuhan artemisinin untuk pengobatan malaria cukup besar dengan prevalensi malaria tahun 2013 adalah 6,0 persen. Tanaman artemisinin yang berasal dari China dapat tumbuh di Indonesia sehingga dapat di kembangkan lebih lanjut pemanfaatanya. Artemisinin yang memponyai struktur jembatan peroksida banyak di teliti adalah melalui pembentukan radikal bebas sehingga dapat menyebabkan kematian sel(Apotosis) Di samping untuk pengobatan malaria artemisinin artemisini diketahui memiliki antibakteri, antijamur, antileishmanial, antioksidan, antitumor, dan aktivitas anti-inflamasi. Artemisinin di gunakan sebagai antimalaria saat ini sesuai dengan guideline dari WHO dalam bentuk Artemisinin combination therapy (ACTs) dengan pipegauin atau pirimetamin. Artemisinin sebagai anti kanker telah di uji klinik skala pilot. Artmisinin sebagai antibiotik susceptible pada beberapa bakteri gram negative dan positif, E.coli dan H. Pilory. Artemisini juga telah diuji khasiatnya sebagai anti inflamasi dan anti oksidan.
Keywords
Artemisinin, Antimalaria, Kanker, Antibiotik, Jembatan peroksida
Topic
Farmakologi dan Klinik TOOT
Corresponding Author
Fitri Yuniarti
Institutions
1Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka
Jl Delima II/IV Klender, Jakarta Timur, 13460
Abstract
ABSTRACT Lactic Acid Bacteria (BAL) are often found naturally in food ingredients such as vegetables and fruits. Cabbage fermentation is one of the best sources of Lactic Acid Bacteria which contain antibacterial compounds such as bacteriocin, hydrogen peroxide, and organic acids. This study purpose are to isolate BAL, screen the antibacterial activity, and identification of molecular of selected isolates. This study was initiated with Lactic Acid Bacteria isolation from cabbage fermentation, followed by screening for antibacterial activity by disc diffussion method and identification of molecular isolates which having the highest antibacterial activity by PCR method. After isolation, 6 isolates were obtained: K31, K32, K33, K34, K35 and K36. The result of antibacterial activity test showed that K32 isolate had the highest activity against bacterium of Shigella dysenteriae. Molecular identification with PCR method and sequencing of amplification results showed that K32 isolates having 99% similarity level to lactobacillus buchneri JCM 115 strain. From the results of the study it can be concluded that cabbage fermentation contains Lactic Acid Bacteria which have antibacterial activity against Shigella dysenteriae.
Keywords
Cabbage Fermentation, Lactic Acid Bacteria, Antibacterial, Shigella dysenteriae, PCR
Topic
Bioteknologi dan Molekular Tanaman Obat
Corresponding Author
Rosany Tayeb
Institutions
1Faculty of Pharmacy, Hasanuddin University, Indonesia
Abstract
Penggunaan kombinasi obat antituberkulosis kombinasi dosis tetap (OAT-KDT) yang terdiri dari Rifampisin, Isoniazid, Ethambutol dan Pirazinamida sebagai lini pertama pengobatan tuberkulosis dapat menimbulkan efek yang merusak organ seperti hati dan ginjal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian sediaan Tea Bag daun Paliasa (Kleinhovia hospita L.) terhadap salah satu faktor kerusakan hati yakni Malondialdehida (MDA) pada tikus yang diinduksi dengan OAT-KDT. Sebanyak 15 ekor tikus (Rattus norvegus) dikelompokkan menjadi 5 kelompok yang masing-masing terdiri atas 3 ekor. Kelompok I diberikan 1% NaCMC sebagai control negatif. Kelompok II diberikan suspensi OAT-KDT 178 mg/200 g BB dalam NaCMC. Kelompok III diberikan sediaan tea bag Paliasa kemudian diberikan suspensi OAT-KDT 4 jam setelah pemberian sediaan tea bag Paliasa. Kelompok IV diberikan sediaan tea bag Paliasa pada 4 jam sebelum dan sesudah pemberian suspensi OAT-KDT. Sedangkan kelompok V diberikan suspensi Curcuma. Perlakuan dilakukan selama 28 hari secara peroral. Setelah 24 jam pemberian, organ hati diambil dan kadar MDA diukur dengan spektrofotometri UV/Vis. Hasil pengukuran kadar MDA pada organ hati tikus menunjukkan bahwa pemberian OAT-KDT selama 28 hari dapat meningkatkan kadar MDA hati tikus sedangkan sediaan tea bag Paliasa mampu menurunkan kadar MDA hati tikus dibandingkan dengan kontrol negatif. Baik satu kali maupun dua kali pemberian sediaan tea bag Paliasa memperlihatkan penurunan MDA yang signifikan. Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa pemberian sediaan Tea Bag Paliasa efektif sebagai hepatoprotektif pada pemberian OAT-KDT selama 28 hari secara in vivo.
Keywords
Tea Bag Paliasa, MDA, OAT-KDT, hepatoprotektor
Topic
Teknologi Formulasi Sediaan Bahan Alam
Corresponding Author
Mery Budiarti
Institutions
Balai Besar Litbang Tanaman Obat dan Obat Tradisional
Abstract
Pendekatan etnomedisin dalam pengembangan bahan baku obat merupakan salah satu upaya yang telah umum dilakukan untuk pemberantasan suatu penyakit. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia memiliki database tumbuhan obat yang disusun berdasarkan riset tumbuhan obat dan jamu (RISTOJA). Informasi tumbuhan obat malaria menjadi salah satu data yang terkumpul dalam database tersebut, yaitu sebanyak 236 spesies. Inovasi obat malaria adalah suatu tantangan tersendiri karena semakin meluasnya persebaran kasus resistensi dan keterbatasan obat malaria yang efektif. Penelitian ini melibatkan dari 20 spesies tumbuhan yang diperoleh dari database RISTOJA yang masing-masing diekstrak dengan diklorometana dan metanol. Ekstrak tersebut kemudian dilakukan skrining awal terkait aktivitasnya sebagai antimalaria melalui penetapan aktivitas penghambatan polimerisasi hem. Hasil skrining menunjukan bahwa terdapat 4 spesies tumbuhan yang memiliki aktivitas antimalaria tinggi dengan nilai IC50 kedua jenis ekstrak mendekati nilai IC50 klorokuin fosfat (kontrol positif). Empat spesies tumbuhan obat tersebut diantaranya Bambusa vulgaris, Kaempferia galanga, Momordica charantia L. dan Sida rhombifolia.
Keywords
malaria, polimerisasi hem, RISTOJA
Topic
Etnomedisin dan Etnofarmakologi
Corresponding Author
Asnah Marzuki
Institutions
1 Laboratorium Kimia Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, Jalan Perintis Kemerdekaan Km 10, Tamalanrea, Makassar
2 Laboratorium Farmakologi, Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, Jalan Perintis Kemerdekaan Km 10, Tamalanrea, Makassar
3 Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Fakultas Farmasi,Universitas Hasanuddin, Jalan Perintis Kemerdekaan Km 10, Tamalanrea, Makassar
Abstract
Telah dilakukan penelitian skrining toksisitas fraksi dari ekstrak etanol kulit batang Banyuru (Ptorespermum celebicum Miq.) dengan metode Brine Shrimp Lethality Test. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui toksisitas hasil fraksi dari ektrak kulit batang Banyuru(Ptorespermum celebicum Miq.) terhadap larva Artemia salina berdasarkan nilai LC50 yang didapatkan dari analisis probit. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol dan diuji toksisitasnya. Nilai LC50 ekstrak awal yaitu 59,02 µg/mL. Ekstrak awal kemudian dipartisi dengan n-heksan dan metanol serta diuji toksisitasnya. Ekstrak larut n-heksan dan larut metanol memiliki nilai LC50 yaitu 86,01 µg/mL dan 49,51 µg/mL. Hasil partisi larut metanol difraksinasi dengan menggunakan metode kromatografi cair vakum dan dihasilkan enam fraksi yaitu fraksi A, B, C, D, E, dan F dengan nilai LC50 berturut-turut yaitu 312,60 µg/mL; 52,45 µg/mL; 15,15 µg/mL; 25,54 µg/mL; 85,18 µg/mL dan 59,03 µg/mL. Fraksi C memiliki nilai LC50 yang sangat tinggi yaitu 15,15 µg/mL dibandingkan fraksi lainnya sehingga sebagai kesimpulan fraksi C paling toksik.
Keywords
Pterospermum Celebicum Miq., Fraksinasi ,Brine Shrimp Lethality Test.
Topic
Farmakognosi dan Fitokimia
Corresponding Author
Pramulani Mulya Lestari
Institutions
Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA, Jakarta
Abstract
Pati sagu digunakan sebagai gelling agent dalam pembuatan gel blush on ekstrak kayu secang karena warnanya yang jernih, dan dapat menghasilkan struktur gel yang kuat serta mudah didapatkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh peningkatan konsentrasi pati sagu terhadap stabilitas fisik sediaan gel blush on ekstrak kayu secang. Gel blush on dibuat dalam 4 formula dengan masing-masing konsentrasi pati sagu sebesar 4%, 5%, 6% dan 7%. Tiap formula dievaluasi selama 4 minggu penyimpanan yang meliputi uji organoleptis, homogenitas, pH, viskositas, sifat alir, daya lekat, daya sebar, freeze-thaw selama 6 siklus, dan sentrifugasi. Hasil penelitian menunjukkan sediaan gel blush on ekstrak kayu secang memiliki warna merah bertekstur kental dan tidak berbau, homogen, pH berkisar 6,2 - 6,4, viskositas 10.000 - 15.000 Cps dengan sifat alir tiksotropik plastis, daya lekat berkisar 2-3 detik, daya sebar 5-6 cm, pada uji freeze-thaw dan sentrifugasi tidak terlihat terjadinya pemisahan fase. Maka, dapat disimpulkan bahwa peningkatan konsentrasi pati sagu sebagai gelling agent dapat meningkatkan stabilitas fisik sediaan gel blush on ekstrak kayu secang dan seluruh formula memenuhi syarat sebagai gel yang baik.
Keywords
Pati sagu, gel blush on, kayu secang
Topic
Teknologi Formulasi Sediaan Bahan Alam
Corresponding Author
PURWANTININGSIH PURWANTININGSIH
Institutions
1Laboratorium Farmakologi & Toksikologi, Departemen Farmakologi & Farmasi Klinik, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
2Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi Farmasi, Fakultas Farmas,i Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Abstract
Kepel leaves ethanol extract (Stelochocarpus burahol) was reported to have a potency to reduce blood uric acid levels in rats and was not significantly different from allopurinol (P <0.05). This study aimed to identify the standard parameters of simplicia and ethanol extract of Kepel leaves for the medicinal raw materials development. The simplicia standardization was carried out to determine the non-specific and specific parameters and the chemical contained. Non-specific parameters were consisted of water content, loss of drying, ash content, water soluble extractive and ethanol soluble extractive concentration, heavy metal contamination, microbes and pesticides. Specific parameters were included a TLC profile and the total flavonoid content. The total flavonoid contain was calculated to be equivalent to the number of quercetin in gram per 100 g of the sample. The results showed that the simplicia and the ethanol extract of Kepel leaves were appropriate to the standards set for both non-specific and specific parameters. Based on the examination, the simplicia contained the total flavonoid of 0.52% w/w, while the viscous and dry extract of Kepel leaves were contained of 13.04% w/w and 11.02% w/w, respectively.
Keywords
ethanol extract, kepel leaves (Stelochocarpus burahol), standard parameter
Topic
Farmakognosi dan Fitokimia
Corresponding Author
Aprilita Rina Yanti Eff
Institutions
Departement of Pharmacy, Faculty of Health Sciences, Esa Unggul University Jakarta
Abstract
Jamu is a native Indonesian medicine that has been used since time ancient to overcome various diseases, including hypertension and diabetes mellitus. Standardization of herbal medicine represents a critical stage in the development of native Indonesian medicines. This study aims to standardize and assay the antidiabetic activity of antihypertensive jamu. Antihypertensive jamu was extracted by maceration using ethanol. Standardization includes non-specific parameters and specific parameters, assays of antidiabetic, antihypertensive, and antioxidant activity. Examination Non-specific parameters in the form of examination of water content, ash content, acid insoluble ash content, the level of substances dissolved in alcohol and water, Coliform microbial contamination, and mold/yeast rates. Specific parameters include organoleptic (color and texture), chemical content, identification of infrared spectrum, antioxidant activity with DPPH method, an alpha-glucosidase enzyme inhibitor, and Angiotensin-converting enzyme inhibitor activity. The results showed that antihypertensive jamu met the requirements of both specific and non-specific parameters, possessed activities of alpha-glucosidase enzyme inhibitor, Angiotensin-converting enzyme inhibitor and antioxidant with IC50 values of 49.95 ppm, 11.4 ppm, and 103.75 ppm respectively. Antihypertensive jamu meet the parameters of the requirements according to the Indonesian Herbal Pharmacopoeia standards and possess antihypertensive, antidiabetic, and antioxidant activities.
Keywords
Herbal medicine, antihypertensive, antidiabetic, standardization
Topic
Etnomedisin dan Etnofarmakologi
Corresponding Author
Ruslin Ruslin
Institutions
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HALU OLEO, KENDARI SULAWESI TENGGARA
Abstract
Lansau adalah salah satu ramuan tradisional suku Muna Sulawesi Tenggara terdiri dari 44 jenis tanaman, ramuan ini telah dipercaya oleh masyarakat setempat sebagai ramuan obat berkhasiat untuk mengobati berbagai macam penyakit yang ada di masyarakat, Pengobatan secara tradisional dengan menggunakan lansau khususnya masyarakat suku Muna telah berlansung selama ratusan tahun secara turun temurun secara etnomedisin dengan sasaran terapi pada penyakit dalam. Ramuan lansau saat ini telah dikaji secara ilmiah oleh tim peneliti Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo Kendari Sulawesi Tenggara sejak tahun 2015 sampai sekarang, Hasil kajian secara ilmiah sejauh ini ramuan lansau memiliki aktivitas sebagai antidiabets, antihiperlipidemia serta perbaikan fungsi ginjal dan telah dipublikasikan pada jurnal internasional. Ramuan lansau saat ini telah dikemas dalam bentuk teh lansau dan mendapat respon pasar yang sangat tinggi.
Keywords
Lansau, Teh Lansau, antidiabetes, antihierlipidemia, ginjal
Topic
Farmakologi dan Klinik TOOT
Corresponding Author
Wahyu Hidayati
Institutions
1IFakultas Farmasi dan Sains, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA (UHAMKA), Jakarta
2Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta
Abstract
Syzigium polyantha WIGHT. banyak dan mudah dijumpai di Indonesia, selain itu bagian daun tanaman ini juga digunakan sebagai bumbu masakan oleh masyarakat Indonesia. Tanaman ini secara empiris juga telah digunakan sebagai tanaman obat. Penyakit kanker di Indonesia memiliki jumlah pasien yang sangat tinggi, selain itu angka kematian pasien kanker pun masih cukup tinggi. Oleh Karena itu, kami melakukan penelitian ini untuk mengetahui potensi daun salam sebagai agen terapeutik pada penyakit kanker. Pada penelitian ini kami menggunakan tiga macam pelarut dengan tingkat kepolaran yang berbeda, yaitu etanol 96%, etil asetat, dan n-heksan. Ketiga ekstrak yang diperoleh kemudian diidentifikasi senyawa metabolit yang dikandungnya dan selanjutnya diuji aktivitas sitotoksisitasnya terhadap tiga jenis kanker yang berbeda, yaitu sel kanker payudara, leukemia, dan serviks. Ketiga ekstrak tersebut memiliki tingkat sitotoksisitas yang berbeda pada setiap jenis sel kanker, dimana pada sel kanker leukemia lebih sensitif terhadap ekstrak etil asetat, sel kanker serviks sensitif terhadap ekstrak etanol, sedangkan sel kanker payudara sensitif terhadap ekstrak n-heksan. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan uji antikanker lainnya, baik secara in vitro maupun in vivo.
Keywords
Syzigium polyantha, kanker, sitotoksik, daun salam
Topic
Bioteknologi dan Molekular Tanaman Obat
Corresponding Author
Marissa Angelina
Institutions
1 Pusat Penelitian Kimia LIPI, Kompleks Puspiptek Serpong Indonesia 15416
2 Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran,Universitas Indonesia-RSCM, Jalan Pengangsaan Timur No. 16 Jakarta Indonesia 10320
3 Departmen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-RSCM, Jl. Salemba Raya 6, Jakarta 10430, Indonesia
Abstract
Demam Dengue (DD) atau Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit akibat infeksi virus dengue (DENV). DENV yang merupakan virus RNA mempunyai 4 serotipe yaitu DENV-1, DENV-2, DENV-3 dan DENV-4 dan termasuk kedalam famili flavivirus yang ditransmisikan melalui nyamuk aedes aegypti. Diperkirakan hampir 390 juta orang terinfeksi DENV setiap tahun di seluruh dunia1. Sampai saat ini, belum ada agen anti-dengue yang tersedia, meskipun telah tersedia vaksin dengue DENVAXIATM, yang penggunaannya masih terbatas usia dan harga yang cukup mahal 2. Pencarian obat baru dapat dilakukan melalui beberapa aspek diantaranya melalui proses sintesis dan ekstraksi/ isolasi dari bahan alam. Ekstrak dari bahan alam dinilai dapat efektif untuk mengobati penyakit dan lebih aman dan relatif kurang toksik. Disini, kami memaparkan ulasan penelitian dalam pencarian obat anti virus dengue terutama dari bahan alam. Perlu penelitian lanjutan baik secara invivo pada hewan maupun uji klinis agar aktivitas dan keamanan bahan alam dapat dipertanggungjawabkan.
Keywords
Demam berdarah dengue, DENV, Dengvaxia, anti virus dengue
Topic
Etnomedisin dan Etnofarmakologi
Page 3 (data 61 to 90 of 116) | Displayed ini 30 data/page
Featured Events
Embed Logo
If your conference is listed in our system, please put our logo somewhere in your website. Simply copy-paste the HTML code below to your website (ask your web admin):
<a target="_blank" href="https://ifory.id"><img src="https://ifory.id/ifory.png" title="Ifory - Indonesia Conference Directory" width="150" height="" border="0"></a>
Site Stats