Event starts on 2019.10.10 for 2 days in Jakarta
https://ffs.uhamka.ac.id/conference/pokjanastoi | https://ifory.id/conf-abstract/h8t7eabRj
Page 2 (data 31 to 60 of 116) | Displayed ini 30 data/page
Corresponding Author
amelia febriani
Institutions
Intitut Sains dan Teknologi Nasional
Abstract
Daun afrika mengandung tanin, flavonoid dan alkaloid yang memiliki aktivitas antibakteri. Tujuan penelitian untuk memformulasi dan mengetahui aktivitas antibakteri sabun mandi padat yang mengandung ekstrak etanol daun afrika (Vernonia amygdalina Delile). Sabun mandi padat dibuat dengan metode cold process menggunakan NaOH serta campuran minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak zaitun, minyak biji bunga matahari dengan berbagai variasi konsentrasi ekstrak sebesar 1% (F1) , 3% (F2) dan 3% (F3). Sabun padat yang dihasilkan kemudian dilakukan evaluasi diantaranya yaitu uji organoleptik, uji pH, uji kadar air, uji asam lemak bebas, uji kekerasan, uji stabilitas busa, persentase busa yang hilang, uji hedonik dan uji aktivitas antibakteri. Hasil evaluasi menunjukkan pH sabun 9,37 - 9,72, kadar air 9,78% - 11,33%, asam lemak bebas 0,14% - 0,2%, kekerasan 18-21 mm/detik, tinggi busa 2,2 - 2,3 cm. Uji hedonik menunjukkan responden lebih menyukai F1 dinilai dari bentuk, aroma, warna, kemasan, bentuk kemasan, warna kemasan, dan kenampakan keseluruhan sabun. Hasil uji antibakteri menunjukkan F3 memiliki diameter daya hambat terbesar yaitu 13,83 mm. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sabun mandi padat ekstrak etanol daun afrika memiliki aktivitas antibakteri dan memenuhi mutu fisik sesuai syarat SNI No 3532-2016 tentang mutu sabun
Keywords
daun afrika, sabun padat, antibakteri, Staphylococcus aureus
Topic
Teknologi Formulasi Sediaan Bahan Alam
Corresponding Author
Ari Widayanti
Institutions
UHAMKA
Abstract
Biji klabet mengandung polifenol yang dapat berfungsi sebagai antioksidan alami. Polifenol merupakan senyawa yang bersifat polar dan berpartikel besar sehingga mempunyai keterbatasan dengan tingkat penetrasi yang buruk ke dalam membran biologis yang kaya akan lipid. Teknologi fitosom dapat meningkatkan penetrasi zat aktif ke permukaan kulit dengan terbentuknya nanovesikel dan mempunyai profil stabilitas yang lebih baik dibandingkan ekstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fitosom terhadap stabilitas fisik masker peel-off. Fitosom yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dengan metode hidrasi lapis tipis dengan perbandingan ekstrak dan lesitin 1:1 (F1) dan 1:2 (F2). Masker peel-off terdiri dari 4 formula yaitu Formula I (tanpa ekstrak dan fitosom), formula II (dengan ekstrak), formula III (dengan fitosom F1), dan formula IV (dengan fitosom F2). Hasil uji stabilitas menunjukkan bahwa formula masker peel-off yang mengandung fitosom lebih stabil ditunjukkan dengan tidak adanya perubahan secara organoleptis dan pemisahan fase serta tidak adanya perubahan pH dan viskositas yang signifikan. Berdasarkan analisa statistik pH dan viskositas dengan anava dua arah dengan taraf kepercayaan 95% (α = 0,05) didapatkan hasil adanya perbedaan pH dan viskositas antara formula I, II, III dan IV dan dapat dikatakan bahwa penggunaan ekstrak ataupun fitosom dalam formulasi sediaan mempengaruhi peningkatan pH dan viskositas masker peel off.
Keywords
Biji Klabet, Fitosom, Masker Peel-Off, Stabilitas.
Topic
Teknologi Formulasi Sediaan Bahan Alam
Corresponding Author
Rahmat Santoso
Institutions
Fakultas Farmasi
Universitas Bhakti Kencana
Bandung
Jl Soekarno Hatta No. 754 Bandung
Abstract
Minuman siap saji/instan merupakan salah satu produk olahan pangan yang berbentuk serbuk, mudah larut dalam air, praktis dalam penyajian dan memiliki daya simpan yang lama. Minuman siap saji ini umumnya digunakan oleh semua kalangan dari mulai anak kecil, remaja, hingga dewasa yang sebagian besar menyukai minuman. Kualitas minuman serbuk siap saji ini mengacu pada standar mutu SNI 01-4320-1996 tentang syarat mutu serbuk minuman tradisional. SNI tersebut mensyaratkan warna, bau dan rasa yang normal, kadar air maksimal 3%, kadar abu maksimal 1,5%, jumlah gula minimal 45% dan syarat mutu lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan alternatif dan solusi untuk membuat minuman siap saji dengan bahan dasar yang sering kita konsumsi dari hasil budidaya oleh masyarakat atau tumbuh sendiri. Bahan dasar tersebut yaitu dibuat dari daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) yang diekstraksi dengan cara digesti, campuran pati singkong dan pati kelapa, serta gula aren semut. Penggunaan pemanis gula pasir, digunakan juga sebagai kombinasi dengan gula aren semut. Dibuat lima formula ekstrak daun binahong dengan campuran pati dan kombinasi pemanis, menggunakan teknologi tepat guna sferonizer dengan 1.400 rpm dalam waktu 4 menit. Tahapan proses pembuatan minuman instan adalah : ekstruksi – sferonisasi – pengeringan – pengemasan, serta evaluasi partikulat secara umum (laju alir, distribusi ukuran partikel, uji kadar air, dan uji hedonik) Hasil menunjukkan bahwa formula 4 dengan komposisi ekstrak daun binahong 240 g, campuran pati singkong dan pati kelapa sama banyak 200 g, serta campuran gula aren semut dan gula pasir sama banyak 200 g, disukai oleh mayoritas responden, begitu juga dengan uji laju alir, uji distribusi ukuran partikel, dan uji kadar air memperlihatkan hasil yang signifikan. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, utamanya dalam peningkatan kapasitas dari skala laboratorium ke skala pilot, serta penyempurnaan desain teknologi sferonizer.
Keywords
Ekstrak daun binahong, kombinasi pati dan pemanis alami, teknologi sferonisasi
Topic
Teknologi Formulasi Sediaan Bahan Alam
Corresponding Author
Deni Rahmat
Institutions
Fakultas Farmasi, Universitas Pancasila
Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan, 12640, Indonesia
Abstract
Penyakit kardiovaskuler adalah penyakit yang disebabkan oleh gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah, salah satunya adalah penyakit jantung koroner. Salah satu tanaman yang dapat digunakan untuk pengobatannya yaitu nanas Palembang (Ananas comosus.(L.) Merr.). Dalam penelitian ini, telah dibuat tablet yang mengandung nanopartikel crude bromelin dari bonggol nanas. Untuk mendapatkan crude bromelin dilakukan ekstraksi dengan prinsip salting in and salting out. Crude bromelin yang telah mengendap diambil dan dikeringkan dengan metode freeze drying. Kemudian memformulasikan menjadi sediaan suspensi nanopartikel dengan metode gelasi ionik menggunakan tiomer HPC-sisteamin. Setelah didapat suspensi nanopartikel dilakukan pengeringan dengan metode freeze drying. Tablet dibuat dengan metode cetak langsung dengan pengisi avicel. Dari pembuatan suspensi nanopartikel didapatkan ukuran 203,1 nm dengan indeks polidispersitas 0,446. Bobot tablet crude bromelin dan nanopartikel yang dihasilkan mempunyai rentang 504,24±0,71 mg dan 53,31±0,26 mg, sedangkan waktu hancur keduanya 21,18 dan 9,67 menit, kekerasan keduanya 5,479 dan 1,268 Kg/cm2 dan friabilitas keduanya 0,06 dan 0,09%, berturut-turut. Dengan demikian formulasi tablet merupakan sediaan yang potensial untuk formulasi crude bromelin yang bisa dikembangkan untuk meningkatkan stabilitas crude bromelin.
Keywords
Crude bromelin, nanopartikel, tablet, tiomer, HPC-sisteamin
Topic
Teknologi Formulasi Sediaan Bahan Alam
Corresponding Author
Tyas Friska Dewi
Institutions
(a,b) Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional,
Abstract
Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang ditandai dengan hiperglikemia. DM dapat mengakibatkan disfungsi berbagai organ tubuh, seperti gangguan fungsi saluran cerna. Keluhan gangguan pencernaan pada pasien DM selain dapat diatasi dengan pengobatan modern juga dapat diatasi dengan memanfaatkan tanaman obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pemilihan jenis tanaman obat untuk mengatasi gangguan pencernaan pada pasien DM yang diresepkan pada RRJ Hortus Medicus pada bulan Januari 2017. Desain penelitian adalah potong lintang deskriptif retrospektif. Sampel berupa 49 resep pasien yang terdiagnosis oleh dokter menderita DM dan mengalami gangguan pencernaan, dan mendapatkan jamu dalam bentuk simplisia. Tanaman obat yang yang paling banyak diresepkan untuk mengatasi gangguan pencernaan pada pasien DM adalah brotowali (Tinospora crispa) 47 resep (95,92%), sembung (Blumea balsamifera) 44 resep (89,80%), kapulaga (Amomum compactum) 37 resep (75,51%), dan salam (Eugenia polyantha) 36 resep (73,47%). Pola peresepan antidiabetes yang paling banyak digunakan adalah kombinasi brotowali, sembung, kapulaga, dan salam, sebanyak 25 resep (51,02%).
Keywords
herbal, gangguan pencernaan, diabetes, pola peresepan
Topic
Farmakologi dan Klinik TOOT
Corresponding Author
Yeni Yeni
Institutions
a) Farmasi, Fakultas Farmasi dan Sains, Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA, Jakarta
*yeni[at]uhamka.ac.id
Abstract
Pancreatic ductal adenocarcinoma (PDAC) adalah salah satu kanker yang paling mematikan di dunia. Pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa PDAC sering ditandai dengan adanya mutan protein Kirsten Rat Sarcoma (KRAS) G12D, G12V dan G12R. Mutan tersebut merupakan target potensial untuk imunoterapi karena memiliki potensi sebagai neoantigen yang spesifik terhadap kanker. KRAS G12D, G12V dan G12R mengandung epitop imunogenik yang cocok untuk vaksinasi. Epitop KRAS G12D, G12V dan G12R dipresentasikan pada major histocompatibility complexes (MHC) kelas I. Epitop vaksin yang didesain secara rasional dapat menghasilkan respon imun yang terkendali. Dengan adanya perkembangan pustaka data struktural peptida dan pengetahuan yang lebih tentang proses presentasi MHC dan antigen, desain rasional vaksin peptida dapat meningkatkan efektifitas imunoterapi kanker. Sebelum melakukan prediksi aktivitas peptida terhadap MHC, peptida tersebut harus dibuat ke dalam struktur 3D, yaitu dengan Homology Modeling. Pada penelitian ini digunakan I-TASSER untuk melakukan Homology Modeling dengan aplikasi-aplikasi lain sebagai pendukung. Dengan penggunaan metode berbasis in silico dalam memprediksi epitop untuk memproduksi vaksin peptida yang telah didesain secara rasional dapat meningkatkan efikasi vaksin tersebut. Dari hasil penelitian didapatkan model 5 epitop yang memiliki Afinitas ikatan yang kuat dengan MHC I, yaitu KSFEDIHHYR, GIPFIETSAK, VVVGARGVGK, FYTLVREIRK dan VVVGADGVGK.
Keywords
Homology Modeling; Epitop; KRAS; Vaksin; PDAC
Topic
Bioteknologi dan Molekular Tanaman Obat
Corresponding Author
Maratu Soleha
Institutions
Badan Litbangkes Jakarta
Abstract
Tumbuhan jengkol (Pithecellobium lobatum Benth) merupakan salah satu tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai obat tradisional. Daun jengkol berkhasiat sebagai obat kudis, luka, bisul, dan kulit buahnya digunakan sebagai obat borok karena mengandung saponin, flavonoid, dan tannin. Pada penelitian lain di temukan khasiat kulit jengkol yang aktif menghambat bakteri MRSA. Pada Penelitian ini di lakukan uji terhadap kandungan ekstrak ethanol kulit Jengkol dengan kromatografi gas GCMS dengan membandingkan peak kromatogram dari spektrum yang di hasilkan dengan NIST Library. Berdasarkan prosentase kemiripan peak tunggal yang terbentuk dengan abundancy 90% maka metabolit yang terdapat dalam ekstrak tersebut adalah 1,2-Benzenedicarboxylic acid, mono (2-ethylhexyl) ester dengan kemiripan 90%, Phthalic acid, 2-ethylhexyl hexyl ester dengan kemiripan 68%, 1,2-Benzenedicarboxylic acid, diis ooctyl esters dengan kemiripan 60%uatu senyawa yang termasuk dalam golongan asam Phtalat salah satu derivate dari asam karboksilat . Berbagai derivate asam phtalat seringkali di gunakan sebagai plasticizer pada pembuatan PVC. Asam phtalat yang terbentuk cukup tinggi konsentrasinya dengan kemurnian yang tinggi. Ektrak ethanol daun jengkol dapat di kembangkan dengan pemurnian lebih lanjut untuk menghasilkan asam phtalat yang berasal dari tumbuhan
Keywords
Pithecellobium lobatum Benth, GCMS, Asam Phtalat
Topic
Farmakognosi dan Fitokimia
Corresponding Author
Tiya Novlita Renggani
Institutions
Laboratory of Pharmacology, Center of Pharmaceutical and Medical Technology, Agency for the Assessment and Application of Technology
Abstract
Cyclophosphamide is a chemotherapeutic agent which has immunosuppressant effect against the host immune system, so adjuvant which has immunostimulant effect is often needed, one of the example is the polysaccharide fraction contained in plant starch. Temulawak is a plant that is widely known to have immunostimulant effects, but its starch has not been widely studied. The purpose of this study was to determine the immunostimulant effects of temulawak starch in Sprague Dawley male rats which were induced by cyclophosphamide in vivo. Test animals were divided into 6 groups, namely normal control, cyclophosphamide control, levamisol as a known chemical, and temulawak starch in dose of 200, 400 and 800 mg/ gBW. For 56 days, the test animals are treated with test compounds. Cyclophosphamide induction of 1000 mg/kgBW was given i.p on days 16 and 18. Evaluation of the test animal model was seen from the number of leukocytes and platelets, while the evaluation of immunostimulant activity was seen from the parameters of rat body weight, spleen relative weight, and nitric oxide secretion. The results showed that there were no significant differences in the parameters of body weight and relative spleen weight, but there was an increase in the secretion of nitric oxide (NO) in the temulawak starch dose group of 200 mg / kg compared with the other groups. This increase in NO secretion is associated with an increase in non-specific immune response.
Keywords
immunostimulant activity, cyclophosphamide, temulawak starch, nitrit oxide
Topic
Farmakologi dan Klinik TOOT
Corresponding Author
Hanifah Rahmi
Institutions
(1)Faculty of Pharmacy and Science, Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA
Abstract
Green tea (Camellia sinensis (L.) Kuntze) leaf have polyphenol substance that can for inhibitory of tyrosinase enzyme. Tyrosinase enzyme is the one of important component that can be initiated to formation skin of melanin. Green tea leaf was formulated in dosage form of a gel with carbomer 934 as a gelling agent. This study aimed to determine the activity of tyrosinase enzyme with different concentrations of carbomer 934 in green tea leaf extract gel. This research used three carbomer 934 concentration, the first formula was 0.5%, the second was 0.75% and the last formula was 1%. Which every formula was evaluated during 6 weeks involve organoleptic test, homogeneity test, viscosity test, pH test, centrifuge test and freeze-thaw test (during 6 cycles). The optimum formula was evaluated tyrosinase activity used a spectrophotometer. The results showed that the optimum concentration of carbomer 934 was contained on the first formula which has not to phase separation and IC50 value was 49.62 ppm. This research showed that green tea leaf extract gel with carbomer 934 decreased tyrosinase activity.
Keywords
carbomer 934, green tea leaf extract, gel, inhibitory of tyrosinase
Topic
Teknologi Formulasi Sediaan Bahan Alam
Corresponding Author
Ghalib Syukrillah Syahputra
Institutions
a) Fakultas Farmasi, Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
b) Fakultas Farmasi, Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
c) Fakultas Farmasi Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
Abstract
Telah dilakukan kajian Etnofarmasi di Kampung Adat Urug, kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor. Melalui kajian ini diharapkan akan bisa diinventarisasi jenis-jenis tumbuhan apa saja yang biasa digunakan oleh masyarakat disana sebagai obat sekaligus melakukan skrining kandungan kimia dan bioaktifitas yang nantinya bisa digunakan sebagai dasar untuk pemilihan jenis tumbuhan obat tradisional untuk kajian-kajian saintifik selanjutnya. Penelitian ini dilakukan melalui metode participant observation dan wawancara kepada masyarakat yang dilanjutkan dengan analisis kuantitatif menggunakan perhitungan use value (UV), relative frequency of citation (RFC), dan relative importance (RI). Tumbuhan yang dikoleksi ini juga disiapkan spesimen herbariumnya, diskrining keberadaan kandungan metabolit sekundernya dan selanjutnya diekstrak dengan metanol dan diskrining bioaktifitas antimikrobanya terhadap Staphylococcus aureus. Hasil penelitian memperlihatkan adanya 29 jenis tumbuhan liar yang biasa digunakan sebagai obat oleh masyarakat Kampung Adat Urug. Dari hasil analisa data survey etnobotani didapatkan nilai UV (use value) tertinggi yaitu pada Ixora salicifolia DC dengan nilai 0,26, nilai RFC (relative frequency of citation) tertinggi yaitu Scleria levis Retz, Hippobroma longiflora (L.) G.Don, Pterocarpus indicus Willd dengan nilai 0,8 sedangkan pada nilai RI (relative importance) tertinggi yaitu pada Pothos junghuhnii de Vriese dengan nilai 0,75. Beberapa jenis tumbuhan diatas ini sekarang sedang dikaji kandungan kimia dan bioaktifitasnya. Kata kunci: Etnofarmasi, Urug, Scleria levis, Hippobroma longiflora, Pterocarpus indicus, Pothos junghuhnii.
Keywords
Etnofarmasi, Urug, Scleria levis, Hippobroma longiflora, Pterocarpus indicus, Pothos junghuhnii.
Topic
Etnomedisin dan Etnofarmakologi
Corresponding Author
Nur Fajriah Shoffiyanti
Institutions
Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka, Islamic Center,
Jalan Delima II/IV, Perumnas Klender 13460, East Jakarta, Indonesia
Abstract
Tanaman alpukat (Persea americana Mill.) adalah tanaman yang dimanfaatkan di Indonesia secara tradisional untuk mengobati diabetes mellitus, khususnya bagian daun. Penyakit ini ditandai dengan gejala hiperglikemia, suatu keadaan dengan kadar glukosa yang melebihi batas normal. Penghambatan α-amilase pada saluran cerna dan konsumsi bahan aktif antioksidan merupakan salah satu cara untuk mengatasi kedaan hiperglikemia. Pada penelitian ini dilakukan pengujian aktivitas dari ekstrak etanol 70% daun alpukat dalam menghambat enzim α-amilase dan besar aktivitas antioksidan yang dihasilkan. Pengujian dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 524 nm yang selanjutnya dibandingkan dengan standar, akarbose. Hasil penelitian menunjukan ekstrak etanol daun alpukat memiliki IC50 sebesar 139.1 µg/ml, sedangkan akarbose memiliki IC50 sebesar 42.7 µg/ml. Ekstrak etanol 70% daun alpukat memiliki potensi relatif sebesar 0,3 kali dibandingkan akarbose. Sedangkan pada hasil uji antioksidan didapatkan jika besar IC50 adalah 291,6 µg/ml. Hal tersebut menandakan jika daun alpukat dapat menjadi kandidat sebagai obat diabetes mellitus.
Keywords
Persea americana Mill, ekstrak etanol daun alpukat, α-amilase, antioksidan, akarbose.
Topic
Farmakologi dan Klinik TOOT
Corresponding Author
Dyah Aryantini
Institutions
1. Departemen Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata, Kediri
2. Program Studi S1 Farmasi, Fakultas Farmasi, Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata, Kediri
Abstract
Daun srikaya mengandung senyawa fenolik dan flavonoid yang dapat digunakan sebagai antioksidan, antidiabetik, hepatoprotektif, antitumor. Fermentasi menyebabkan perubahan senyawa kimia sehingga mempengaruhi bioaktivitas tanaman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan total fenolik dan flavonoid pada ekstrak daun srikaya dan ekstrak daun srikaya terfermentasi probiotik dengan lama fermentasi 24, 48 dan 72 jam. Ekstraksi daun srikaya dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 70%. Penetapan kandungan total fenolik dan flavonoid menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Kandungan total fenolik ditetapkan dengan asam galat konsentrasi baku seri 40, 55, 70, 85, 100 ppm, penentuan kandungan total flavonoid dengan kuersetin konsentrasi 40, 65, 90, 115, 140 ppm. Hasil penetapan kandungan total fenolik ekstrak adalah 4,028±0,064 mgGAE/g, sedangkan kandungannya pada ekstrak terfermentasi berturut-turut pada 24, 48, 72 jam yaitu 8,817±0,079 mgGAE/g; 7,391±0,018 mgGAE/g; 5,997±0,078 mgGAE/g. Kandungan total flavonoid ekstrak 3,861±0,041 mgQE/g, pada ekstrak terfermentasi jam ke-24, 48, 72 berturut-turut yaitu 17,022±0,392 mgQE/g; 11,691±0,268 mgQE/g; 9,227±0,243 mgQE/g. Kesimpulan yang diperoleh adalah proses dan lama fermentasi mempengaruhi kandungan total fenolik dan flavonoid pada ekstrak daun srikaya dan ekstrak daun srikaya terfermentasi.
Keywords
srikaya, ekstrak terfermentasi, total fenolik, lama fermentasi
Topic
Bioteknologi dan Molekular Tanaman Obat
Corresponding Author
FITA SARI
Institutions
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
Abstract
Proses karakterisasi merupakan bagian dalam menjamin kualitas bahan baku tradisional untuk dibuat sediaan obat. Ekstrak purifikasi merupakan bagian dari ekstrak yang dibebaskan dari zat atau senyawa pengganggu sehingga lebih efektif untuk aktivitas farmakologisnya. Efek farmakologi sebagai antihipertensi masih sangat jarang dibuktikan dengan penggunaan bahan tradisional, terlebih dari rosella yang dipurifikasi. Tujuan penelitian ini mengetahui karakterisasi ekstrak terpurifikasi rosella yang diduga memiliki aktivitas antihipertensi secara in vivo. Metode yang dilakukan dengan mempurifikasi ekstrak, kemudian dilakukan karakterisasi parameter spesifik dan non spesifik, uji aktivitas antihipertensi yang dibuktikan dengan dugaan senyawa antioksidan dihitung kadarnya berdasarkan densitometri. Analisis data secara deskriptif untuk karakterisasi, analisis regresi linier kadar senyawa quersetin dan pengujian statistik antihipertensi. Hasil yang diperoleh untuk karakterisasi kadar air 1,41%, bobot jenis 0,63%b/v, susut pengeringan 2,82% dan 2,31%. Perhitungan kadar total senyawa yang terhitung sebagai quersetin diperoleh kadar 7,02 ± 0,15. Pengujian aktivitas sebagai antihipertensi menghasilkan adanya penurunan tekanan darah yang ditunjukkan dengan perbedaan bermakna antara kontrol positif dan kelompok uji. Dosis ETKR 25mg/kgBB adalah dosis efektif dalam menurunkan tekanan darah. Karakter non spesifik ekstrak terpurifikasi kelopak rosella memenuhi persyaratan FHI dan melalui pemberian oral ETKR dapat menurunkan tekanan darah hewan uji dengan dosis efektif 25mg/kgBB. Penelitian ini masih memerlukan penelusuran lebih mendalam dan identifikasi senyawa bioaktif yang bertanggungjawab terhadap aktivitas tersebut.
Keywords
Karakterisasi, Ekstrak, Purifikasi, Rosella, Antihipertensi
Topic
Farmakologi dan Klinik TOOT
Corresponding Author
sofia fatmawati
Institutions
Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka
Abstract
Madu adalah cairan alami yang umumnya mempunyai rasa manis yang dihasilkan oleh lebah madu dari sari bunga tanaman atau bagian lain dari tanaman. Dalam penelitian ini dilakukan karakterisasi madu komersial yang dijual di indonesia dengan perbedaan jenis sumber bunga dengan penambahan gula menggunakan Spektrofotometri FT-IR. Gula seringkali digunakan sebagai campuran madu komersial guna mengurangi biaya produksi atau pada kasus pemalsuan. Madu bunga kapuk, madu bunga kelengkeng, madu multiflora, glukosa, fruktosa dan sukrosa masing-masing diamati spektrum FT-IR pada rentang inframerah tengah (4000-650 cm-1). Pengamatan spektrum juga dilakukan pada madu yang ditambahkan dengan masing-masing gula dengan konsentrasi 10%-90%. Perbedaan sumber bunga dan gula memberikan perbedaan spektrum pada beberapa puncak absorban. Model PCA (Principal Component Analysis) dengan 2 principal component digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan profil puncak antar spektrum. Analisis PCA dan spektrum inframerah dapat membedakan jenis sumber bunga madu dan madu yang telah ditambah dengan gula.
Keywords
madu, gula, infra merah, kemometrik
Topic
Teknologi Panen dan Kontrol Kualitas
Corresponding Author
Primadhika Al Manar
Institutions
Laboratorium Konservasi Tumbuhan Obat, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowsiata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor 16680
primadhikaa[at]gmail.com/085726228023
Abstract
IPB University has been declared a biodiversity campus in 2016. The potential of medicinal plants on the campus of IPB Darmaga is unknown, even though this is very important in the development of science and technology in the field of conservation of medicinal plants. This study aims to identify the diversity of species and the potential benefits of medicinal plants on the campus of IPB Darmaga,. The method used in this research is exploration and literature study. The number of medicinal plants found on the campus of IPB Darmaga was 170 species from 68 families. The plant family has the most commonly found medicines which are Euphorbiaceae and Fabaceae of 11 species. Habitus from medicinal plants on the campus of IPB Darmaga was dominated by 60 species of trees (35.29%). The largest percentage of parts of plants that can be used as medicine is the leaf portion of 35.58%. In general, medicinal plants found on the campus of IPB Darmaga are cultivated plants. The diversity of medicinal plants found on campus of IPB Darmaga has the most efficacy for digestive tract diseases.
Keywords
exploration, IPB University, medicinal plants
Topic
Budidaya Tanaman Obat
Corresponding Author
Humaira Fadhilah
Institutions
1)*STIKes Kharisma Persada, Kota Tanggerang Selatan
2)STIKes Kharisma Persada, Kota Tanggerang Selatan
3)STIKes Kharisma Persada, Kota Tanggerang Selatan
Abstract
Pengukuran kepuasan pasien merupakan elemen penting dalam penyediaan pelayanan lebih baik, lebih efisien, dan lebih efektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kepuasan pasien terhadap pelayanan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) obat di instalasi farmasi di RSU Kota Tangerang Selatan Periode Maret 2018. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional, pengambilan data dengan teknik total sampling. Data primer yaitu lembar kuesioner sebanyak 125 responden. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji validitas, uji realibilitas, persentase, dan CSI. Hasil penelitian dari pengukuran tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) yaitu sebanyak 125 responden terdiri dari 52,80% wanita dan 51,2% pria. Tingkat kepuasan pasien berdasarkan pelayanan KIE dengan pengukuran CSI didapatkan hasil sebesar 75,8%, nilai tersebut berada pada rentang 0,601-0,80. Angka ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan pasien rawat jalan Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan berada pada kategori “Puas” terhadap pelayanan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan.
Keywords
Kepuasan Pasien, KIE, CSI, RSU Kota Tanggerang Selatan
Topic
Farmasi Klinis dan Komunitas
Corresponding Author
Syifa Muflihah
Institutions
Divisi Kimia Analitik, Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Dramaga, Bogor
Abstract
Sambiloto (Andrographis paniculata) mengandung diterpena lakton, salah satunya andrografolida sebagai zat aktif utama dari tanaman ini. Kandungan senyawa dalam sambiloto dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya umur tanaman. Pelarut pengekstraksi juga akan mempengaruhi jumlah senyawa yang terekstraksi dalam tanaman. Umur tanaman yang digunakan, yaitu 2, 3, dan 4 bulan dengan pelarut pengekstraksi air dan etanol (50%, 70%, dan PA). Analisis dilakukan dengan metabolomik sidik jari menggunakan teknik spektroskopi ultraviolet-tampak (UV-Vis) dan inframerah (FTIR). Ekstrak herba sambiloto dengan perbedaan umur tanaman dan tipe pelarut pengekstraksi menghasilkan spektrum yang mirip, perbedaan hanya terdapat pada nilai absorbans. Setiap ekstrak diklasifikasikan menggunakan kemometrika tipe principal component analysis (PCA). Hasil PCA dari FTIR, UV-Vis, dan fusi data menunjukkan sampel dapat terkelompok dalam kelasnya masing-masing. Data FTIR lebih mendominasi hasil fusi data, karena data FTIR memiliki nilai eigen yang lebih besar dibandingkan data UV-Vis. Bi-plot PCA juga menunjukkan variabel yang berpengaruh pada klasifikasi fusi data adalah nilai absorbans yang dihasilkan dari FTIR.
Keywords
Fusi data, metabolomik sidik jari, PCA, sambiloto
Topic
Teknologi Panen dan Kontrol Kualitas
Corresponding Author
Nur Asni Setiani
Institutions
a) Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia
Jalan Soekarno Hatta No. 354, Bandung 40266, Indonesia
*nur.asni[at]stfi.ac.id
b) RHIN Biotechnology
Jalan Sekar Kedaton no.10, Bandung 40252, Indonesia
Abstract
Tin (Ficus carica L.) merupakan tanaman obat yang memiliki banyak aktivitas farmakologi. Namun, produktivitasnya masih tergolong rendah. Kultur jaringan menjadi alternatif budidaya tanaman tin tanpa merubah kandungan metabolit sekunder. Optimasi dapat dilakukan dengan memodifikasi media pertumbuhan pada tahap multiplikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi BAP (Benzyl Amino Purin) dan NAA (Naphthalena Acetid Acid) terhadap pertumbuhan tunas tanaman tin dan mengetahui kandungan metabolit sekundernya. Eksplan tin ditumbuhkan pada 9 kelompok media, yaitu kontrol MS0, MS0 yang ditambahkan BAP 0,5 mg/L+NAA (0,1;0,2;0,3;0,4 mg/L), serta BAP 1 mg/L+NAA (0,1;0,2;0,3;0,4 mg/L). Pengamatan dilakukan dengan melihat warna eksplan, mengukur panjang eksplan, jumlah tunas, jumlah daun, dan jumlah akar selama 4 minggu. Eksplan tin kemudian dimaserasi menggunakan etanol 96% dan dilakukan penapisan fitokimia pada ekstraknya. Data dianalisis menggunakan ANOVA. Pada minggu ke-4 diperoleh panjang eksplan terbaik 3,16cm (BAP 1 mg/L + BAP 0,1 mg/L), jumlah Tunas terbaik 10,66 (BAP 1 mg/L + NAA 0,1 mg /L), jumlah daun 8,66 (BAP 1 mg/L + NAA 0,1 mg/L) dan jumlah akar 2,33 (BAP 1 + NAA 0,2 mg/L). Konsentrasi optimum terhadap multiplikasi tanaman Tin yaitu dengan penambahan BAP 1 +NAA 0,1 mg/L yang memiliki perbedaan bermakna dalam setiap pengamatan kuantitatif dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol eksplan tanaman Tin menunjukkan adanya senyawa golongan alkaloid, flavonoid, fenolat, tanin, monoterpen dan seskuiterpen dan saponin.
Keywords
Tin, BAP, NAA, multiplikasi, eksplan
Topic
Budidaya Tanaman Obat
Corresponding Author
Winda Rismayani
Institutions
(a) Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Dramaga, Bogor
(b) Departemen Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahan Alam, Institut Pertanian Bogor
Abstract
Tempuyung (Sonchus arvensis L.) merupakan tanaman yang telah dimanfaatkan sebagai obat tradisional maupun sayuran di Indonesia. Daun tempuyung telah dilaporkan memiliki banyak khasiat, salah satunya sebagai antioksidan. Kandungan senyawa yang terkandung di dalam daun tempuyung dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya jenis dan pelarut pengekstraksi. Penelitian bertujuan menentukan korelasi antara gugus fungsi dan aktivitas antioksidan dari daun tempuyung dengan perbedaan jenis dan konsentrasi pelarut. Daun tempuyung diekstraksi dengan berbagai jenis dan konsentrasi pelarut, seperti akuades, etanol 10%, etanol 30%, etanol 50%, etanol 70%, dan etanol pa. Setiap ekstrak ditentukan aktivitas antioksidan, kadar fenolik total, dan gugus fungsi komponen ekstrak menggunakan spektrofotometer inframerah transformasi fourier (FTIR). Nilai aktivitas antioksidan dan kadar fenolik total tertinggi didapatkan pada ekstrak etanol 70%. Spektrum inframerah menghasilkan pola yang mirip, perbedaan hanya terdapat pada intensitasnya. Ekstrak daun tempuyung dapat dikelompokkan berdasarkan variasi pelarut pengekstraksi menggunakan kemometrika tipe principal component analysis (PCA) dengan total PC sebesar 93%. Data serapan gugus fungsi dikorelasikan dengan aktivitas antioksidan menggunakan partial least square (PLS). Hasil analisis PLS menunjukkan bahwa gugus fungsi –OH dan C-O merupakan gugus fungsi yang diduga berkontribusi paling tinggi pada aktivitas antioksidan ekstrak daun tempuyung.
Keywords
antioksidan, fenolik total, FTIR, PCA, PLS
Topic
Teknologi Panen dan Kontrol Kualitas
Corresponding Author
Teodhora Teodhora
Institutions
Institut Sains dan Teknologi Nasional, Fakultas Farmasi, Institut Sains dan Teknologi Nasional, Jl. M. Kahfi II, Jagakarsa, Jakarta Selatan
Abstract
Physalis angulata L. merupakan tanaman yang dapat digunakan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan variasi basis HPMC terhadap mutu fisik gel dan aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa, selain itu untuk mengetahui konsentrasi basis HPMC yang sesuai dalam gel ekstrak daun Physalis angulata L. untuk memperoleh gel dengan mutu fisik dan aktivitas antibakteri yang diharapkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gel ekstrak daun Physalis angulata L. pada penggunaan variasi basis HPMC tidak mempengaruhi mutu fisik organoleptik, homogenitas, pH dan aktivitas antibakteri terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa dan mempengaruhi mutu fisik viskositas, dan aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Gel ekstrak daun Physalis angulata L. dengan menggunakan konsentrasi HPMC 4% menghasilkan gel dengan mutu fisik dan aktivitas antibakteri yang optimal terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa, dengan daya hambat yang diperoleh yaitu sebesar 12,7 mm dan 12,9 mm.
Keywords
Gel, HPMC, Physalis angulata L., Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus
Topic
Teknologi Formulasi Sediaan Bahan Alam
Corresponding Author
siti sadiah
Institutions
1Divisi Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB University, Bogor
2Pusat Studi Biofarmaka Tropika, LPPM IPB University, Bogor
3Program Studi Farmasi, FMIPA Universitas Pakuan, Bogor
Abstract
ABSTRAK Brotowali adalah tanaman obat yang secara empirik digunakan sebagai “paitan” dalam sediaan Jamu karena rasanya yang sangat pahit. Rasa pahit batang brotowali karena kandungan alkaloid dan glukosida diantaranya kolombin, tinosporine, tinosproridine, pricroretine dan berberin. Manfaat brotowali secara empirik digunakan sebagai anti diabetes dan antihipertensi. Hasil penilitian secara in vivo, brotowali terbukti dapat menurunkan deman, antiinflamasi dan juga antioksidan. Meskipun manfaatnya banyak namun karena rasa pahitnya yang kuat sering tanaman obat ini tidak disukai sebagian besar penderita. Penelitian ini dilakukan untuk mengupayakan penutupan rasa pahit dari ekstrak brotowali dengan teknik mikroencapsulasi menggunakan alat semprot beku (frezee drying). Penyalut yang digunakan adalah polimer kitosan dengan variasi kitosan sambung silang. Hasilnya diperoleh komposisi yang secara signifikan dapat menutupi rasa pahit dibandingkan terhadap ekstrak dan serbuk brotowali dengan karakteristik mikrokapsul yang baik.
Keywords
Brotowali, Tinospora crispa, kitosan, mikroencapsulasi, pahit
Topic
Teknologi Formulasi Sediaan Bahan Alam
Corresponding Author
Alfi Hudatul Karomah
Institutions
Divisi Kimia Analitik, Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IPB University, Bogor
Abstract
Sambiloto (Andrographis paniculata) merupakan tanaman obat yang banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia. Aktivitas biologis pada sambiloto dipengaruhi oleh komposisi metabolit didalamnya. Komposisi metabolit tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya bagian tumbuhan yang digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa metabolit ekstrak daun dan batang sambiloto menggunakan LC-MS/MS dan mengklasifikasikan dengan PCA. Sampel batang dan daun dipisahkan dan diekstraksi menggunakan metode sonikasi dengan pelarut etanol 70%. Sebanyak 31 senyawa metabolit teridenfikasi dalam ekstrak batang dan daun sambiloto, yang terbagi ke dalam golongan asam fenolat, diterpen lakton, dan flavonoid. Senyawa metabolit tersebut diklasifikasikan menggunakan PCA. Berdasarkan hasil klasifikasi, setiap ekstrak terkelompok dalam kelas batang dan daun dengan total PC 92%.
Keywords
LC-MS/MS, PCA, sambiloto, senyawa metabolit
Topic
Teknologi Panen dan Kontrol Kualitas
Corresponding Author
Poppy Anjelisa Zaitun Hasibuan
Institutions
1Departemen Farmakologi, 2Departemen Biologi Farmasi
Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara, Medan 20155
Abstract
Latar Belakang: Senyawa fenol terutama flavonoida adalah antioksidan yang dapat melawan pengaruh bahaya dari radikal bebas yang terbentuk sebagai hasil metabolisme oksidatif, yaitu hasil dari reaksi kimia dan proses metabolik yang terjadi didalam tubuh. Metode: Penelitian ini menggunakan daun Afrika (Vernonia amygdalina Delile.) yang dimaserasi dengan pelarut etilasetat. Maserat yang didapatkan diuapkan pelarutnya dengan penguap vakum putar hingga didapat ekstrak kental, selanjutnya dilakukan penentuan kandungan fenol total dan flavonoid total dilakukan dengan metode kolorimetri. Hasil: Hasil penentuan kandungan fenol total dari ekstrak etilasetat daun Afrika adalah 61,15 ± 0,73 mg GAE/g dan kandungan flavonoid total adalah 58,15 ± 0,17 mg QE/g. Kesimpulan: Ekstrak etilasetat daun Afrika memiliki kandungan fenol total dan flavonoid total yang cukup tinggi.
Keywords
Fenol total, flavonoid total, ekstrak, daun Afrika (Vernonia amygdalina Delile.).
Topic
Farmakognosi dan Fitokimia
Corresponding Author
Sitti Mutia Mawaddah
Institutions
1Fakultas Farmasi dan Sains, Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA, Jakarta
2Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia, Depok
3Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok
4Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Depok.
Abstract
Daun tembakau mengandung senyawa alkaloid, utamanya adalah nikotin yang saat ini merupakan bahan baku pembuatan rokok. Selain itu, daun tembakau juga dapat dimanfaatkan sebagai antibakteri, antijamur dan bioinsektisida. Perbedaan pelarut yang digunakan dalam fraksinasi akan mempengaruhi kelarutan senyawa dan menyebabkan perbedaan jumlah alkaloid yang diperoleh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar alkaloid total dalam fraksi daun tembakau. Hasil skrining fitokimia fraksi daun tembakau mengandung alkaloid, flavonoid, fenol, saponin, tanin. Penetapan kadar alkaloid total menggunakan metode gravimetri pada fraksi diklorometana, etil asetat, n-butanol, dan air. Hasil penelitian menunjukkan kadar alkaloid yang terkandung dalam fraksi daun tembakau yang paling besar pada fraksi diklorometana sebesar 32,3926%, disusul fraksi etil asetat sebesar 21,6085%, fraksi n-butanol sebesar 18,5284%, dan yang paling rendah yaitu fraksi air sebesar 12,6654%.
Keywords
Fraksi Diklorometana, Fraksi etil asetat, Fraksi n-butanol, Fraksi Air, Alkaloid Total
Topic
Farmakognosi dan Fitokimia
Corresponding Author
Landyyun Rahmawan Sjahid
Institutions
Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA
*landyyun[at]uhamka.ac.id
Abstract
Binahong (Anredera cordifolia [Ten] Steenis) terbukti memiliki aktivitas farmakologi yang diduga dipengaruhi adanya senyawa fenolik dan flavonoid. Namun kedua senyawa tersebut ditemukan dalam kadar yang kecil melalui ekstraksi konvensional. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa melalui ultrasonic assisted extraction dapat diperoleh kadar senyawa fenolik dan flavonoid yang lebih banyak. Daun binahong kering diekstraksi menggunakan ultrasonic assisted extraction dengan pelarut etanol 70%. Kadar fenolik ditetapkan menggunakan Folin Ciocalteau, sementara kadar flavonoid ditetapkan menggunakan colorimetric alumunium method. Hasil penelitian menunjukkan daun binahong memiliki kadar fenolik sebesar 101,5896 mgGAE/g ekstrak dan kadar flavonoid sebesar 10.5764 mgQE/g ekstrak. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa ultrasonic assisted extraction merupakan metode yang cukup baik untuk memaksimalkan perolehan kadar fenolik dan flavonoid dari daun Binahong (Anredera cordifolia [Ten] Steenis).
Keywords
ultrasonic assisted extraction, Anredera cordifolia [Ten] Steenis, fenolik, flavonoid
Topic
Farmakognosi dan Fitokimia
Corresponding Author
hayati hayati
Institutions
Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka
Abstract
The difference in altitude of growth is one of the factors that can affect the total flavonoids levels of a plant. Binahong has many pharmacological effects that are thought to be caused by the active ingredients such as flavonoids. This study aims to determine the total flavonoid content of 70% ethanol extract from binahong from the Bogor (lowland) area, the Sleman area (temperate plains), and the Bandung area (highlands). Extraction was done by maceration method using 70% ethanol solvent. Determination of total flavonoid levels was carried out using the Chang method. The comparison used was quercetin. The flavonoid level was measured by a UV-Vis spectrophotometer at a wavelength of 434.50 nm. The results showed that the total flavonoid content of 70% ethanol extract from the Bogor, Sleman and Bandung regions respectively 4,4330 mgQE / g, 9,8256 mgQE / g and 5,6542 mgQE / g.
Keywords
Binahong Leaf, 70% Ethanol Extract, Total Flavonoids
Topic
Farmakognosi dan Fitokimia
Corresponding Author
Harliansyah Hanif
Institutions
Prodi Magister Biomedik/ Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas YARSI1
Prodi Profesi Kedokteran Umum Fakultas Kedokteran Universitas YARSI2
Bagian Histologi Fakultas Kedokteran Universitas YARSI3
Abstract
Abstrak Melatonin adalah neurotransmitter alami yang mengatur sejumlah regulasi fungsi biokimia tubuh seperti ritme sirkardian, imunitas, respon stres dan antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberian ekstrak meniran (Phyllanthus niruri) terhadap kadar melatonin darah tikus. Tikus di bagi atas 4 kelompok yaitu, kontrol dan kelompok yang diberi ekstrak meniran 50; 100 dan 200 mg/Kg berat badan. Kadar melatonin diukur secara spektrofotometri. Hasil penelitian menunjukkan, kadar melatonin kelompok kontrol (0 mg/Kg berat badan) adalah 12,93 ± 0,28 μg/ml. Peningkatan kadar melatonin darah tikus setelah pemberian 50, 100 dan 200 mg/ Kg berat badan berturut-turut adalah 13,74 ± 0,62 μg/ml (p = 0,08); 13,48 ± 0,53 μg/ ml (p = 0,09) dan 13,66 ± 0,58 μg/ml (p = 0,03). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, pemberian ekstrak meniran mampu meningkatkan kadar melatonin tikus. Interaksi ekstrak meniran ini menunjukkan mekanisme baru dalam meningkatkan sistem pertahanan tubuh.
Keywords
meniran, melatonin, imunomodulator
Topic
Etnomedisin dan Etnofarmakologi
Corresponding Author
Siti Mudaliana
Institutions
1UPT Laboratorium Herbal Materia Medica Batu, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
Abstract
Buah mengkudu sering digunakan dalam pengobatan tradisional, terutama untuk diabetes. Masyarakat Jawa Timur memanfaatkan buah mengkudu dengan dua cara, yaitu dengan meminum jus buah mengkudu segar atau jus hasil proses fermentasi. Hanya saja, keamanan dan kualitas sediaan hasil fermentasi ini belum teruji secara ilmiah. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan jus buah mengkudu segar dan sediaan hasil fermentasi. Sediaan pertama berasal dari jus buah mengkudu yang sudah matang di pohon. Buah mengkudu ini dihaluskan dengan blender. Sediaan kedua berasal dari proses fermentasi yang dilakukan dengan cara, buah mengkudu dimasukkan ke dalam toples kaca transparan steril, kemudian ditutup rapat dan didedahkan di bawah sinar matahari langsung selama 6 minggu. Jus yang keluar dari proses ini kemudian ditampung untuk dianalisis lebih lanjut. Analisis dilakukan terhadap angka lempeng total, angka kapang khamir, serta kandungan fitokimia. ALT dan AKK pada sediaan fermentasi adalah 0 dan 5,1x103 cfu/ml, sedangkan jus segar mengandung bakteri 3,1x103 dan fungi 0 cfu/ml. Mengkudu hasil fermentasi diketahui mengandung flavonoid dan triterpenoid, sedangkan mengkudu segar mengandung flavonoid, alkaloid, saponin, dan triterpenoid. Analisis lebih lanjut menunjukkan kedua jenis sediaan tidak mengandung flavonoid jenis quercetin, rutin, dan katekin. Dapat disimpulkan bahwa proses fermentasi tidak menghasilkan produk yang lebih berkualitas, bahkan terlihat fermentasi mengurangi kandungan fitokimia buah mengkudu.
Keywords
Mengkudu, buah noni, Morinda citrifolia, fermentasi, jus buah mengkudu
Topic
Etnomedisin dan Etnofarmakologi
Corresponding Author
Delladari Mayefis
Institutions
STIKes Mitra Bunda Persada Batam
Abstract
Luka bakar merupakan kerusakan pada jaringan kulit yang disebabkan oleh benda panas, sengatan listrik, bahan kima ataupun radiasi. Herba pegagan dan lidah buaya merupakan tanaman yang dikenal mempunyai khasiat menyembuhkan luka bakar. Pegagan memiliki kandungan komponen bioaktif triterpenoid yaitu asiaticoside, madecassocide dan madeccasic acid yang dapat menyembuhkan luka bakar dan juga memperbaiki sel-sel kulit mati. Lidah buaya mengandung saponin, senyawa antrakuinon, vitamin C dan vitamin E sebagai antioksidan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian gel kombinasi ekstrak herba pegagan dan lidah buaya terhadap penyembuhan luka bakar. Penelitian ini menggunakan metode ekperimental pada 25 ekor mencit putih jantan yang dibagi menjadi 5 kelompok. Kelompok kontrol positif diberikan Bioplacenton, kelompok kontrol negatif diberikan gel tanpa ekstrak dan 3 kelompok uji yang lain diberikan masing-masing gel kombinasi ekstrak herba pegagan dan lidah buaya konsentrasi 5%, 10% dan 15%. Pemberian gel dilakukan sebanyak dua kali sehari hingga luka bakar pada punggung mencit sembuh. Pengamatan meliputi rata-rata diameter luka bakar perhari dan persentase penyembuhannya. Hasil penyembuhan paling cepat ditunjukkan pada kelompok yang diberikan gel kombinasi konsentrasi 15% yaitu dalam waktu 10 hari. Hasil analisis statistik menggunakan uji ANOVA satu arah menunjukkan terdapat perbedaan signifikan antara rata-rata nilai persentase antar kelompok.
Keywords
Pegagan, Lidah Buaya, luka bakar
Topic
Teknologi Formulasi Sediaan Bahan Alam
Corresponding Author
Fauzi Fauzi
Institutions
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional
Abstract
ABSTRAK Perbanyakan tanaman tempuyung (Sonchus arvensis L.) melalui biji mengalami kendala karena perkecambahan tidak serentak dan lama. Hormon giberelin (GA3) dilaporkan dapat meningkatkan perkecambahan benih. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh giberelin terhadap perkecambahan tempuyung di persemaian dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial. Faktor pertama adalah konsentrasi GA3 (G) terdiri dari 5 taraf yaitu: G0 = 0 ppm, G1 = 10 ppm, G2 = 20 ppm, G3 = 30 ppm, G4 = 40 ppm. Faktor kedua adalah waktu perendaman, terdiri dari 3 taraf : T0 = 0 jam, T1 = 1 jam, T2 = 2 jam. Masing-masing perlakuan menggunakan 3 ulangan. Variabel yang diamati meliputi daya kecambah, waktu kecambah, panjang hipokotil, panjang akar, dan serangan penyakit. Data dianalisis menggunakan analisis varian kemudian dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara konsentrasi dan waktu perendaman (GA3) pada semua variabel pengamatan, namun secara mandiri berpengaruh nyata. Konsentrasi GA3 10, 20, 30, dan 40 ppm dan waktu perendaman GA3 selama 1 dan 2 jam dapat meningkatkan daya kecambah, panjang hipokotil, panjang akar, tetapi menjadi lebih rentan terhadap serangan penyakit.
Keywords
benih, giberelin, persemaian, sonchus
Topic
Budidaya Tanaman Obat
Page 2 (data 31 to 60 of 116) | Displayed ini 30 data/page
Featured Events
Embed Logo
If your conference is listed in our system, please put our logo somewhere in your website. Simply copy-paste the HTML code below to your website (ask your web admin):
<a target="_blank" href="https://ifory.id"><img src="https://ifory.id/ifory.png" title="Ifory - Indonesia Conference Directory" width="150" height="" border="0"></a>
Site Stats