Indonesia Conference Directory


<< Back

Abstract Topic: Farmakognosi dan Fitokimia

Page 1 (data 1 to 30 of 32) | Displayed ini 30 data/page

Aktifitas diuretik fraksi polar biji pepaya berdasarkan parameter volume urin pada tikus putih jantan
Isman natawijaya, bu rindita, pa priyanto

Show More

Corresponding Author
Isman Natawijaya

Institutions
Ffs uhamka

Abstract
AKTIVITAS DIURETIK FRAKSI POLAR BIJI PEPAYA BERDASARKAN PARAMETER VOLUME URIN PADA TIKUS PUTIH JANTAN DIURETIC ACTIVITY OF PAPAYA SEEDS POLAR FRACTION ON WHITE RATS Isman Natawijaya1, Priyanto1, Rindita1 1Fakultas Farmasi dan Sains, Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA, Jakarta Email: ismannatawijaya7@gmail.com, Telp: 087877429443 Submitted : Reviewed : Accepted : ABSTRACT Based on an empirical study, papaya (Carica papaya L.) has been used as a traditional medicine for a diuretic. The aim of this research is to test the diuretic effect of papaya seeds fractionated by polar solution, with increased urine volume as the parameter. This experimental study used Complete Randomized Design, applied on 25 Wistar male rats (Rattus norvegicus) divided into 5 groups: positive control (4.1 mg/Kg Body Weight dosage of furosemide suspension), negative control (0.5 % CMC Sodium suspension), and dosage variation of papaya seeds polar fraction (18.72, 37.43, and 74.86 mg/Kg Body Weight). Data obtained was analyzed with one way ANOVA and followed by Least Significant Difference test. Phytochemical screening from papaya seeds polar fraction proved the presence of alkaloid and saponin substances. Statistical analysis using one-way ANOVA showed that there was a significant difference (a <0.05) between negative and positive control and also all of fraction dosage groups on the increased urine volume of male white rats. The highest 24-hour average cumulative urine was given by dosage 3 group that is 7.6 ml with the increased urine volume percentage of 98.95%. Keywords : diuretic, increased urine volume, papaya seeds, Wistar male rats ABSTRAK Pepaya (Carica papaya L.) secara empiris telah digunakan sebagai obat tradisional yang berkhasiat sebagai diuretik. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efek diuretik dari biji pepaya dengan menggunakan fraksi polar biji pepaya dengan parameter peningkatan volume urin pada tikus (Rattus norvegicus) jantan galur Wistar. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain penelitian Rancangan Acak Lengkap. Sebanyak 25 ekor tikus putih jantan dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kontrol positif (suspensi furosemid dosis 4,1 mg/kgBB), kontrol negatif (suspensi Na CMC 0,5%), dan fraksi polar biji pepaya dosis 1 (18,72 mg/kgBB), dosis 2 (37,43 mg/kgBB), dan dosis 3 (74,86 mg/kgBB). Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji ANOVA satu arah dan uji LSD. Hasil skrining fitokimia yang diperoleh dari fraksi polar biji pepaya adalah senyawa alkaloid dan saponin. Analisis statistik menggunakan ANOVA satu arah menunjukkan terdapat pengaruh secara signifikan (a<0,05) antara kelompok kontrol negatif dan kontrol positif serta dosis fraksi terhadap kenaikan volume urin tikus putih jantan. Untuk hasil urin kumulatif rata-rata 24 jam yang tertinggi dihasilkan oleh kelompok dosis 3 yaitu 7,60 ml dengan persentase peningkatan volume urin sebesar 98,95%.

Keywords
Kata kunci: biji pepaya (Carica papaya L.), diuretik, kenaikan volume urin, tikus jantan galur Wistar

Topic
Farmakognosi dan Fitokimia

Link: https://ifory.id/abstract/NnWCErHKcTgD


AKTIVITAS ANTIBAKTERI Shigella dysenteriae DARI DAUN JERUK BALI (Citrus maxima) BERDASARKAN PERBEDAAN METODE EKSTRAKSI
Novi Fajar Utami (1*), Oom Komala (2), Eki Andaresta (3)

Show More

Corresponding Author
Novi Fajar Utami

Institutions
1,3)Program Studi Farmasi, Fakultas MIPA – Universitas Pakuan
*novi.utami[at]unpak.ac.id
2)Program Studi Biologi, Fakultas MIPA – Universitas Pakuan

Abstract
Daun jeruk bali (Citrus maxima) mengandung senyawa metabolit sekunder berupa flavonoid dan saponin. Berdasarkan beberapa penelitian, flavonoid dan saponin dapat berperan sebagai antibakteri. Berdasarkan indikasi tersebut, maka penting dilakukan penelitian tentang potensi antibakteri ekstrak daun jeruk bali (Citrus maxima) terhadap bakteri Shigella dysenteriae. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96% daun jeruk bali hasil metode maserasi dan refluks terhadap Shigella dysenteriae serta menentukan kadar flavonoid total ekstrak etanol 96% daun jeruk bali hasil metode maserasi dan refluks. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menentukan kadar flavonoid total ekstrak daun jeruk bali serta menguji aktivitas antibakteri ekstrak daun jeruk bali hasil maserasi dan refluks yang diukur dengan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Diameter Daerah Hambat (DDH) terhadap bakteri Shigella dysenteriae. Dari hasil penelitian didapatkan ekstrak hasil refluks sebanyak 89,9 g dengan rendemen sebesar 17,98±0,39% serta hasil maserasi sebanyak 95,45 g dengan rendemen sebesar 19,09±0,49%. Kandungan flavonoid ekstrak daun jeruk bali hasil refluks sebesar 1,49±0,01% sedangkan hasil maserasi sebesar 2,28±0,10%. Ekstrak daun jeruk bali hasil refluks dan maserasi tidak memberikan daya hambat pada konsentrasi 5% sampai 30%, KHM kedua metode ekstraksi berada pada konsentrasi 35%. DDH kedua metode ekstraksi terbesar terdapat pada konsentrasi 45% yaitu sebesar 10,92±0,08 mm pada hasil metode refluks dan 9,15±0,03 mm pada hasil metode maserasi. Kesimpulan penelitian ini yaitu ekstrak hasil refluks memberikan DDH yang lebih besar serta kadar flavonoid yang lebih tinggi.

Keywords
Citrus maxima, flavonoid, maserasi, refluks, Shigella dysenteriae

Topic
Farmakognosi dan Fitokimia

Link: https://ifory.id/abstract/3umYkKvGyD7z


AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH (2,2-Difenil-1-Pikrilhidrazil) DAN KADAR FLAVONOID TOTAL EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH UNDIS (Cajanus cajan (L.) Millsp)
Erna Cahyaningsih, Putu Era Sandhi KY, Ni Luh Kade Arman AD, Dwi Arymbhi Sanjaya

Show More

Corresponding Author
Erna Cahyaningsih

Institutions
Laboratorium Farmasi Bahan Alam, Program Studi DIII Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati, Denpasar

Abstract
Tanaman Undis/Cajanus cajan (L.) Millsp dari suku leguminosae adalah salah satu tanaman yang bijinya dikosumsi di Bali berpotensi sebagai antioksidan sedang kulit buah belum banyak digunakan. Penelitian ini bertujuan mengetahui kandungan flavonoid total dan aktivitas antioksidan ekstrak etanol kulit buah Undis (Cajanus cajan (L.) Millsp). Ekstraksi dilakukan secara maserasi menggunakan pelarut etanol 80%. Penentuan kadar flavonoid total menggunakan spektrofotometri UV-Vis dan pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH menggunakan spektrofotometri UV Vis. Berdasarkan hasil diperoleh nilai IC50 sebesar 60.3 ppm, yang menunjukkan ekstrak etanol kulit buah Undis dikatagorikan dalam antioksidan kuat. Hasil perhitungan kandungan flavonoid total dalam kulit buah undis 1,70  0,14 gram dalam 100 mg ekstrak.

Keywords
Cajanus cajan (L.) Millsp, antioksidan, DPPH, ekstrak etanol, Spektrofotometri UV-Vis.

Topic
Farmakognosi dan Fitokimia

Link: https://ifory.id/abstract/bPBqkZWVCFLd


AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN PULUTAN (Urena lobata L.) ANTIOXIDANT ACTIVITY OF PULUTAN (Urena lobata L.) LEAVES EXTRACT
Vera Nurviana, Dina Nurhasanah, Ruswanto,

Show More

Corresponding Author
Vera Nurviana

Institutions
STIKES BAKTI TUNAS HUSADA

Abstract
Antioksidan alami memiliki peran penting dalam pencegahan penyakit. Senyawa fenolik dan flavonoid merupakan suatu senyawa yang banyak dilaporkan memiliki potensi antioksidan yang tinggi. Salah satu tanaman yang memiliki kandungan flavonoid dan fenolik adalah tanaman pulutan (Urena lobata L.). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi antioksidan yang terkandung dalam ekstrak n-heksana, etil asetat dan etanol 70 % dari daun pulutan (Urena lobata L.) yang diperoleh dengan cara maserasi bertingkat. Karakterisasi simplisia dilakukan sebelum proses ekstraksi. Pengujian aktivitas antioksidan ekstrak daun pulutan dilakukan menggunakan metode DPPH. Berdasarkan uji pendahuluan secara kualitatif menggunakan metode KLT dengan penampak bercak DPPH 0,2 % menunjukkan ketiga ekstrak daun pulutan mengandung senyawa antioksidan. Nilai IC50 pada ekstrak etanol 70% sebesar 21,434±0.13 µg/mL, etil asetat 8,587±0,2 µg/mL dan n-heksana 36,302±0,12 µg/mL. Berdasarkan nilai IC50, diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa semua sampel memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat karena memiliki nilai IC50 < 50 µg/mL dengan potensi yang paling tinggi ditunjukan oleh ekstrak etil asetat daun pulutan (Urena lobata L.).

Keywords
Daun pulutan, Urena lobata L, Antioksidan, DPPH

Topic
Farmakognosi dan Fitokimia

Link: https://ifory.id/abstract/dZQfuj24HUTA


ANALISA FISIKOKIMIA DAN EFEK ANTIOKSIDAN UMBI BAWANG BOMBAY (Allium cepa L.)
Vera Ladeska, Rindita, Nur Amyra,Tamara Dwi Veranthy

Show More

Corresponding Author
Vera Ladeska Ladeska

Institutions
Fakultas Farmasi dan Sains, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA
Jakarta

Abstract
Bawang bombay (Allium cepa L.) merupakan bawang yang dibudidayakan secara luas dan jenis bawang yang sering digunakan di berbagai masakan di Indonesia. Bawang bombay berkhasiat sebagai penurun kadar lemak dalam darah dan diuretik. Penelitian ini bertujuan untuk melengkapi monografi bawang bombay serta menentukan karateristik dan penetapan standar mutu tanaman berkhasiat obat. Hasil makroskopis yang didapatkan antara lain: memiliki akar serabut dan berwarna putih, dan panjangnya sekitar 9,5 cm. Batangnya merupakan batang semu dan berair berwarna hijau keputihan. Daun berbentuk silinder, memanjang seperti pipa dan berongga dengan panjang ± 20 cm, serta ujungnya meruncing. Umbi bawang bombay merupakan umbi lapis tunggal, memiliki diamater 6 mm yang lebih besar dibandingkan bawang merah. Hasil mikroskopis terdapat fragmen pengenal antara lain: rambut penutup dan berkas pengangkut dengan penebalan tangga dan spiral. Dari hasil penelitian terhadap ekstrak etanol 70% umbi bawang bombay menunjukkan adanya susut pengeringan 9,69%, kadar abu total 5,16%, kadar abu tak larut asam 0,069%, kadar sari larut air 14,36%, dan kadar sari larut etanol 23,04%. Skrining fitokimia menujukkan umbi bawang bombay mengandung senyawa flavonoid, saponin, fenol, dan triterpenoid. Kadar flavonoid total yang terkandung dalam ekstrak etanol umbi bawang bombay adalah 1,4868 ± 0,1260 mgQE/g. Kadar fenolik total dan aktivitas antioksidan ekstrak etanol 70% umbi bawang bombay (Allium cepa L.) dengan metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil). Kadar fenolik total yang diperoleh pada ekstrak etanol umbi bawang bombay yaitu sebesar 103,4727 ± 3,0951 mg GAE/g. Nilai IC50 yang diperoleh ekstrak etanol 70% umbi bawang bombay sebesar 65,3198 ppm.

Keywords
Kata kunci: Allium cepa L,antioksidan, farmakognosi, flavonoid total, fenolik.

Topic
Farmakognosi dan Fitokimia

Link: https://ifory.id/abstract/rf9TuUbanDGM


ANTIOXIDANT AND ANTI-AGING ACTIVITY FROM FRUIT AND LEAF ZODIA (Evodia hortensiss J.R Forst & G. Forst) EXTRACT
Greesty F. Swandiny, Yesi Desmiaty, Haura Usna Rahmah

Show More

Corresponding Author
Greesty Finotory Swandiny

Institutions
Faculty of Pharmacy, University Pancasila, Srengseng Sawah, Jakarta

Abstract
The aging process is a natural process that will definitely occur in humans. One of the processes of skin aging is wrinkle (wrinkles). Wrinkles on the skin occur due to loss of skin elasticity due to the activity of the elastase enzyme by degrading the protein elastin which is naturally owned in the skin. Based on this to maintain skin elasticity can be done by inhibiting the work of the enzyme elastase in the skin. The zodia plant (Evodia hortensiss) is a plant that comes from the Rutaceae family that is known to have flavonoid and phenolic compounds. Both of these compounds are known to have elastase inhibitory activity. Zodia fruit extracts and leaves are refluxed using 90% ethanol solvent. The extracts were subjected to phytochemical screening tests, antioxidant activity tests with DPPH reagents, and anti-elastase activity tests. The results of phytochemical screening of zodia fruit and leaf extracts showed the presence of flavonoid compounds, saponins, catechetical tannins, steroids, and essential oils. The results of the antioxidant activity test with the DPPH reduction method were obtained by IC50 from zodia leaf extracts and zodia fruits respectively 264.15 ppm; and 121.59 ppm. From the antioxidant test results obtained inactive zodia leaves, while zodia fruits have antioxidant ability. So that the antielastase test was continued with zodia fruit extracts and an IC50 value of 145.67 ppm was obtained. Flavonoid compounds and polyphenols contained in zodia fruits are thought to be substances.

Keywords
antioxidants, antielastases, evodia hortensiss

Topic
Farmakognosi dan Fitokimia

Link: https://ifory.id/abstract/HkVtPcNEFTG8


APPLICATION OF RESPONSE SURFACE METHODOLOGY FOR OPTIMIZATION EXCTRACTION PROCESS Gynura procumbens LEAF
Devi Permatasari, Anisyah Is Purwati, Hismiaty Bahua, Agus Supriyono

Show More

Corresponding Author
Devi Permatasari

Institutions

Centre of Pharmaceutical and Medical Technology, Agency for the Assesment and Application of Technology.

Abstract
Gynura procumbens leaf or usually called as Daun Sambung Nyawa in Indonesia, known as one of the medicinal plant for various disease such as fever, kidney disease, migraine, hypertension, diabetes mellitus and cancer. Thus, this study aimed to optimize the extraction process of Gynura procumbens leaves using response surface methodology as optimization tools. The variables used for the experiment were % Ethanol concentration, solid-liquid ratio (w/v), and time of extraction (h). Result shows that optimum extraction process to obtain extract with optimum TFC (1.95%) and antioxidant activity (IC50 : 191.6) is at 60% of ethanol concentration, 1 (h) extraction and solid-liquid ratio w/v (1:8).

Keywords
Antioxidant activity, Flavonoid compound, Gynura procumbens

Topic
Farmakognosi dan Fitokimia

Link: https://ifory.id/abstract/JEneqGzrU6AY


DETERMINATION OF PIPERINE LEVELS IN 95% ETHANOL EXTRACT OF JAVA CHILI (Piper retrofractum Vahl.) AND BLACK PEPPER (Piper nigrum L.) FRUITS FROM REGIONS WITH DIFFERENT ALTITUDE USING UV-VISIBLE SPECTROPHOTOMETRY
Ni Putu Ermi Hikmawanti*, Shintia Maharani, Ajeng Istiningtyas Wahyudi Putri, Endang Hanani

Show More

Corresponding Author
Shintia Maharani

Institutions
Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi dan Sains, Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka, Jakarta

Abstract
Piper retrofractum Vahl. (Java Chili or Cabe Jawa) and Piper nigrum L. (Black Pepper or Lada hitam) are parts of the Piperaceae family. One of the chemical constituents found in the fruit of the two plants is piperine, which has properties as antimicrobial, antidiabetic, anti-inflammatory, anticancer etc. This study aims to determine the piperine levels contained in 95% ethanol extract of Java Chili and Black Pepper fruits from regions with different altitude using UV-Visible spectrophotometry. Each sampel were extracted by maceration method using 95% ethanol. Qualitative identification of piperine was carried out using thin layer chromatography (TLC). Determination of piperine levels was carried out with UV-Visible spectrophotometry at maximum wavelength of 253.8 nm. The results showed that the levels of piperine contained in the 95% ethanol extract of Java Chili fruit from low altitude (Lampung), medium altitude (Madura) and high altitude (Bogor) are 1.54±0.02%; 1.44±0.02%; and 1.41±0.02% (w/v), respectively. Whereas, the levels of piperine contained in the 95% ethanol extract of Black Pepper fruit from low atitude (East Luwu), medium altitude (Central Lampung) and high altitude (Bogor) are 5.63±0.14%; 5.38±0.05%; and 4.87±0.09% (w/v), respectively.

Keywords
java chilli, black pepper, piperine, uv-visible spectrophotometry

Topic
Farmakognosi dan Fitokimia

Link: https://ifory.id/abstract/7pv6b2EmtrJQ


EFEK EKSTRAK ETANOL RUMPUT LAUT TERHADAP KADAR KOLESTEROL DAN OBESITAS PADA TIKUS PUTIH JANTAN
Magfirah, Indah Kurnia Utami, Syafika Alaydrus

Show More

Corresponding Author
Syafika Alaydrus

Institutions
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Pelita Mas

Abstract
Rumput laut (Eucheuma Cottonii J. Agardh) merupakan salah satu sumber daya hayati yang terdapat di wilayah pesisir dan laut. Rumput laut mengandung komponen seperti alginat, agar-agar dan karagenan yang dapat menurunkan kadar kolesterol di dalam darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi efek ekstrak etanol rumput laut terhadap penurunan kadar kolesterol dan obesitas dengan membandingkan kadar kolesterol plasma, bobot badan, dan berat organ vital (hati, ginjal dan jantumg) tikus yang obesitas, tikus yang diberikan ekstrak etanol rumput laut dengan tikus normal. Tikus dikelompokkan secara acak menjadi 6 kelompok. kelompok satu diberikan Na CMC 0,5 %, kelompok dua diberikan pakan diet lemak tinggi, kelompok tiga diberikan simvastatin, kelompok empat diberikan ekstrak etanol rumput laut 100 mg/kgBB, kelompok lima diberikan ekstrak etanol rumput laut 200 mg/kgBB dan kelompok enam diberikan ekstrak etanol rumput laut 300 mg/kgBB dengan lama pemberian suspensi ekstrak selama 14 hari. Pengukuran kadar kolesterol dalam darah mengunakan metode CHOD-PAP dan pengukuran jumlah asupan diet tinggi lemak, bobot badan dan organ dilakukan dengan cara penimbangan. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak etanol rumput laut memiliki efek dapat menghambat peningkatan kadar kolesterol dalam plasma dan memiliki potensi antiobesitas.

Keywords
Ekstrak etanol rumput laut, hipokolesterolemik, antiobesitas, Diet tinggi lemak

Topic
Farmakognosi dan Fitokimia

Link: https://ifory.id/abstract/VGLcWTm9FqpP


Identifikasi Kandungan Ekstrak kulit buah tanaman Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth) dengan GCMS NIST Library
Maratu Soleha 1, Nurul Riqi 2

Show More

Corresponding Author
Maratu Soleha

Institutions
Badan Litbangkes Jakarta

Abstract
Tumbuhan jengkol (Pithecellobium lobatum Benth) merupakan salah satu tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai obat tradisional. Daun jengkol berkhasiat sebagai obat kudis, luka, bisul, dan kulit buahnya digunakan sebagai obat borok karena mengandung saponin, flavonoid, dan tannin. Pada penelitian lain di temukan khasiat kulit jengkol yang aktif menghambat bakteri MRSA. Pada Penelitian ini di lakukan uji terhadap kandungan ekstrak ethanol kulit Jengkol dengan kromatografi gas GCMS dengan membandingkan peak kromatogram dari spektrum yang di hasilkan dengan NIST Library. Berdasarkan prosentase kemiripan peak tunggal yang terbentuk dengan abundancy 90% maka metabolit yang terdapat dalam ekstrak tersebut adalah 1,2-Benzenedicarboxylic acid, mono (2-ethylhexyl) ester dengan kemiripan 90%, Phthalic acid, 2-ethylhexyl hexyl ester dengan kemiripan 68%, 1,2-Benzenedicarboxylic acid, diis ooctyl esters dengan kemiripan 60%uatu senyawa yang termasuk dalam golongan asam Phtalat salah satu derivate dari asam karboksilat . Berbagai derivate asam phtalat seringkali di gunakan sebagai plasticizer pada pembuatan PVC. Asam phtalat yang terbentuk cukup tinggi konsentrasinya dengan kemurnian yang tinggi. Ektrak ethanol daun jengkol dapat di kembangkan dengan pemurnian lebih lanjut untuk menghasilkan asam phtalat yang berasal dari tumbuhan

Keywords
Pithecellobium lobatum Benth, GCMS, Asam Phtalat

Topic
Farmakognosi dan Fitokimia

Link: https://ifory.id/abstract/zphWYt9MwgJ7


Penentuan Kandungan Fenol Total dan Flavonoid Total Ekstrak Etilasetat Daun Afrika (Vernonia amygdalina Delile.)
Poppy Anjelisa Zaitun Hasibuan1*, Urip Harahap1, Panal Sitorus2, Denny Satria2

Show More

Corresponding Author
Poppy Anjelisa Zaitun Hasibuan

Institutions
1Departemen Farmakologi, 2Departemen Biologi Farmasi
Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara, Medan 20155

Abstract
Latar Belakang: Senyawa fenol terutama flavonoida adalah antioksidan yang dapat melawan pengaruh bahaya dari radikal bebas yang terbentuk sebagai hasil metabolisme oksidatif, yaitu hasil dari reaksi kimia dan proses metabolik yang terjadi didalam tubuh. Metode: Penelitian ini menggunakan daun Afrika (Vernonia amygdalina Delile.) yang dimaserasi dengan pelarut etilasetat. Maserat yang didapatkan diuapkan pelarutnya dengan penguap vakum putar hingga didapat ekstrak kental, selanjutnya dilakukan penentuan kandungan fenol total dan flavonoid total dilakukan dengan metode kolorimetri. Hasil: Hasil penentuan kandungan fenol total dari ekstrak etilasetat daun Afrika adalah 61,15 ± 0,73 mg GAE/g dan kandungan flavonoid total adalah 58,15 ± 0,17 mg QE/g. Kesimpulan: Ekstrak etilasetat daun Afrika memiliki kandungan fenol total dan flavonoid total yang cukup tinggi.

Keywords
Fenol total, flavonoid total, ekstrak, daun Afrika (Vernonia amygdalina Delile.).

Topic
Farmakognosi dan Fitokimia

Link: https://ifory.id/abstract/BkTR79xXKNbd


PENETAPAN KADAR ALKALOID TOTAL FRAKSI DIKLOROMETANA, ETIL ASETAT, n-BUTANOL, DAN AIR EKSTRAK DAUN TEMBAKAU (Nicotiana tabacum L.)
Vivi Anggia1, Kori Yati1, Sitti Mutia Mawaddah1, Mahdi Jufri2, Misri Gozan3, Mardiastuti4

Show More

Corresponding Author
Sitti Mutia Mawaddah

Institutions
1Fakultas Farmasi dan Sains, Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA, Jakarta
2Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia, Depok
3Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok
4Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Depok.

Abstract
Daun tembakau mengandung senyawa alkaloid, utamanya adalah nikotin yang saat ini merupakan bahan baku pembuatan rokok. Selain itu, daun tembakau juga dapat dimanfaatkan sebagai antibakteri, antijamur dan bioinsektisida. Perbedaan pelarut yang digunakan dalam fraksinasi akan mempengaruhi kelarutan senyawa dan menyebabkan perbedaan jumlah alkaloid yang diperoleh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar alkaloid total dalam fraksi daun tembakau. Hasil skrining fitokimia fraksi daun tembakau mengandung alkaloid, flavonoid, fenol, saponin, tanin. Penetapan kadar alkaloid total menggunakan metode gravimetri pada fraksi diklorometana, etil asetat, n-butanol, dan air. Hasil penelitian menunjukkan kadar alkaloid yang terkandung dalam fraksi daun tembakau yang paling besar pada fraksi diklorometana sebesar 32,3926%, disusul fraksi etil asetat sebesar 21,6085%, fraksi n-butanol sebesar 18,5284%, dan yang paling rendah yaitu fraksi air sebesar 12,6654%.

Keywords
Fraksi Diklorometana, Fraksi etil asetat, Fraksi n-butanol, Fraksi Air, Alkaloid Total

Topic
Farmakognosi dan Fitokimia

Link: https://ifory.id/abstract/nzXt6MDLFj8E


Penetapan kadar fenolik dan flavonoid hasil ultrasonic assisted extraction daun binahong (Anredera cordifolia [Ten] Steenis)
Landyyun Rahmawan Sjahid*, Amelia Aqshari, Sediarso

Show More

Corresponding Author
Landyyun Rahmawan Sjahid

Institutions
Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA
*landyyun[at]uhamka.ac.id

Abstract
Binahong (Anredera cordifolia [Ten] Steenis) terbukti memiliki aktivitas farmakologi yang diduga dipengaruhi adanya senyawa fenolik dan flavonoid. Namun kedua senyawa tersebut ditemukan dalam kadar yang kecil melalui ekstraksi konvensional. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa melalui ultrasonic assisted extraction dapat diperoleh kadar senyawa fenolik dan flavonoid yang lebih banyak. Daun binahong kering diekstraksi menggunakan ultrasonic assisted extraction dengan pelarut etanol 70%. Kadar fenolik ditetapkan menggunakan Folin Ciocalteau, sementara kadar flavonoid ditetapkan menggunakan colorimetric alumunium method. Hasil penelitian menunjukkan daun binahong memiliki kadar fenolik sebesar 101,5896 mgGAE/g ekstrak dan kadar flavonoid sebesar 10.5764 mgQE/g ekstrak. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa ultrasonic assisted extraction merupakan metode yang cukup baik untuk memaksimalkan perolehan kadar fenolik dan flavonoid dari daun Binahong (Anredera cordifolia [Ten] Steenis).

Keywords
ultrasonic assisted extraction, Anredera cordifolia [Ten] Steenis, fenolik, flavonoid

Topic
Farmakognosi dan Fitokimia

Link: https://ifory.id/abstract/t3y2KTpg9meb


PENETAPAN KADAR FLAVONOID TOTAL EKSTRAK ETANOL 70% DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) YANG TUMBUH DI DAERAH BOGOR, SLEMAN DAN BANDUNG
Hayati, Ni Putu Ermi Hikmawanti, Muhammad Rangga Maulana

Show More

Corresponding Author
hayati hayati

Institutions
Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Abstract
The difference in altitude of growth is one of the factors that can affect the total flavonoids levels of a plant. Binahong has many pharmacological effects that are thought to be caused by the active ingredients such as flavonoids. This study aims to determine the total flavonoid content of 70% ethanol extract from binahong from the Bogor (lowland) area, the Sleman area (temperate plains), and the Bandung area (highlands). Extraction was done by maceration method using 70% ethanol solvent. Determination of total flavonoid levels was carried out using the Chang method. The comparison used was quercetin. The flavonoid level was measured by a UV-Vis spectrophotometer at a wavelength of 434.50 nm. The results showed that the total flavonoid content of 70% ethanol extract from the Bogor, Sleman and Bandung regions respectively 4,4330 mgQE / g, 9,8256 mgQE / g and 5,6542 mgQE / g.

Keywords
Binahong Leaf, 70% Ethanol Extract, Total Flavonoids

Topic
Farmakognosi dan Fitokimia

Link: https://ifory.id/abstract/67bnxtzPVGqg


PENGARUH PELARUT TERHADAP KADAR FENOL TOTAL DAN ASAM KLOROGENAT PADA BIJI KOPI HIJAU ROBUSTA (Coffea canephora Pierre ex A. Froehner) DAN KOPI ARABIKA (Coffea Arabica L.)
Rini Prastiwi1*, Laras Dyah Pramesthi1, Ariyanti Nur Haida1 , Vera Ladeska1

Show More

Corresponding Author
Rini Prastiwi

Institutions
1Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi dan Sains, Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA, Jakarta

Abstract
Asam klorogenat adalah senyawa golongan fenol yang jumlahnya terbanyak yang ada pada biji kopi dan memiliki khasiat sebagai antihiperglikemia, meningkatkan daya ingat, dan hepatoprotektor terhadap keracunan arsenik trioksida. Pada penelitian ini dilakukan optimasi pelarut untuk ekstrasi biji kopi hijau jenis robusta dan kopi arabika terhadap kadar fenolik total dan kadar asam klorogenat. Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi dengan variasi pelarut etanol 50%, 70% dan 96%. Parameter yang diamati adalah kadar fenolik total dan kadar asam klorogenat. Identifikasi mutu ekstrak dilakukan terhadap organoleptis, kandungan senyawa kimia, kadar air serta kadar abu. Penetapan kadar fenol total menggunakan microplate reader, sedangkan asam klorogenat menggunakan KLT densitometry. Hasil penelitian diperoleh nilai fenolik total pada kopi robusta yang paling tinggi yaitu ekstrak etanol 70%, 50%, dan 96% dengan rata-rata kadar 967,54 mgGAE/g, 851,45 mgGAE/g, dan 739,86 mgGAE/g. Sedangkan pada biji kopi hijau arabika yang paling tinggi pada etanol 50% dengan nilai fenolik total 915,12 mgGAE/g, etanol 70% 845,65 mgGAE/g, dan etanol 96% 716,67 mgGAE/g. Rata-rata persentase kadar asam klorogenat pada kopi robusta ekstrak etanol 50% sebanyak 16,57%, etanol 70%: 17,60%, dan etanol 96% :15,03%. Sedangkan pada kopi arabika dengan pelarut etanol 50%, 70% dan 96% berturut-turut adalah 16,36%, 15,98% dan 9,81 %. Hasil kadar fenolik total dan kadar asam klorogenat yang diperoleh kemudian diuji menggunakan uji ANOVA satu arah dan Tukey dengan taraf kepercayaan 95%. Pelarut yang optimum untuk kadar fenolik total dan asam klorogenat pada kopi robusta adalah etanol 70%, sedangkan pada kopi arabika pelarut yang paling bagus adalah etanol 50%.

Keywords
Coffea canephora, Coffea Arabica ,fenol, asam klorogenat

Topic
Farmakognosi dan Fitokimia

Link: https://ifory.id/abstract/gEqkTX2VbwMx


PERBANDINGAN FENOL DAN FLAVONOID TOTAL EKSTRAK ETIL ASETAT DUA VARIETAS UMBI UBI JALAR [Ipomoea batatas (L.)] MENGGUNAKAN DUA METODE EKSTRAKSI
Hendy Suhendy, Wildan Kusnadiawan, Descrya Dwi Anggita

Show More

Corresponding Author
Hendy Suhendy

Institutions
STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya

Abstract
Golongan senyawa fenol dan flavonoid pada umbi dua varietas ubi jalar yang diekstraksi dengan metode panas merupakan kontributor utama aktivitas antioksidan. Senyawa fenol dan flavonoid dipengaruhi oleh adanya pemanasan. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh suhu ekstraksi terhadap fenol dan flavonoid total dua varietas umbi ubi jalar. Penelitian diawali dengan pengumpulan dan pembuatan simplisia dua varietas umbi yaitu umbi kulit luar berwarna ungu, bagian dalam berwarna ungu (UU) dan umbi kulit luar berwarna ungu, bagian dalam berwarna orange (UO). Simplisia diekstraksi menggunakan refluks dan maserasi dengan pelarut etil asetat sehingga diperoleh empat ekstrak yaitu ekstrak etil asetat umbi ubi jalar ungu-ungu maserasi (UUM), ungu-ungu refluks (UUR), ungu-orange maserasi (UOM) dan ungu-orange refluks (UOR). Fenol total dihitung menggunakan metode Folin Ciocalteu sedangkan flavonoid total menggunakan metode Chang. Fenol total ekstrak etil asetat UUM, UUR, UOM dan UOR secara berturut-turut adalah 7,50; 6,79; 4,85 dan 5,87 (g GAE/100 g). Flavonoid total ekstrak etil asetat UUM, UUR, UOM dan UOR secara berturut-turut adalah 16,24; 19,84; 9,65 dan 16,50 (g QE/100 g). Perbedaan suhu ekstraksi hanya mempengaruhi flavonoid total pada umbi ubi jalar UU dan UO. Refluks adalah metode yang paling baik untuk menyari senyawa-senyawa flavonoid umbi UU dan senyawa-senyawa fenol dan flavonoid umbi UO.

Keywords
Umbi, Fenol, Flavonoid, Ekstraksi, Ipomoea batatas

Topic
Farmakognosi dan Fitokimia

Link: https://ifory.id/abstract/FTm9XGZqgAjb


PERBANDINGAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN TEH DAUN KELOR (Moringa oleifera) DAN TEH BATANG SECANG (Caesalpinia sappan L.)
Dhigna Luthfiyani Citra Pradana, Aprilla Ayu Wulandari

Show More

Corresponding Author
Dhigna Luthfiyani Citra Pradana

Institutions
Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta

Abstract
Infusa daun Kelor (Moringa oleifera) memiliki kandungan senyawa aktif fenol, flavonoid dan tannin yang dapat berperan sebagai antioksidan, mencegah hiperglikemia dan hiperlipidemia. Secang (Caesalpinia sappan L.) mengandung brazilin yang dapat menurunkan glukosa darah. Banyak orang berpendapat bahwa teh merupakan infusa yang dibuat dengan cara menyeduh dengan air panas pada bagian daun, pucuk daun atau tangkai daun yang dikeringkan dari tanaman teh (Camellia sinensis). Oleh karena itu penamaan infusa dari daun kelor dan kulit batang secang yang dikeringkan ini yaitu teh daun kelor dan teh secang. Pada penelitian ini dilakukan secara eksperimental dengan rancangan acak lengkap. Total flavonoid dalam teh daun kelor lebih banyak dari pada teh secang yaitu sebanyak 7,79 mg/g. IC50 dengan parameter DPPH dan teknik analisis spektrofotometri pada rentang konsentrasi 10 ppm, 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, 200 ppm dalam teh secang menghasilkan < 10 ppm sedangkan pada teh daun kelor konsentrasi 200 ppm persentase hambatannya masih pada 45%. Hasil uji kesukaan pada teh daun kelor dan teh secang dilakukan pada 20 panelis berupa bau 60% lebih suka teh daun kelor, kemudian pada warna 70% lebih suka warna pada teh secang dan pada rasa 70% suka pada teh daun kelor

Keywords
teh daun kelor, teh batang secang, antioksidan

Topic
Farmakognosi dan Fitokimia

Link: https://ifory.id/abstract/PGewajgnK6RV


Rasionalitas PemakaianTanaman Obat yang Digunakan oleh LansiaSurabaya Sebagai Obat Komplementer Penyakit Kronis
Neny Purwitasari (a*), Hanni Prihhastuti Puspitasari (b), Anila Impian Sukorini (b)

Show More

Corresponding Author
Neny Purwitasari

Institutions
a) Departemen Farmakognosi dan Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Jl. Mulyorejo, Surabaya 60115 Indonesia
b) Departemen Farmasi Komunitas Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Jl. Mulyorejo, Surabaya 60115 Indonesia

Abstract
Tanaman obat masih menjadi pilihan dari banyak orang, terutama para lanjut usia (lansia) untuk mengatasi penyakit ringan maupun penyakit kronis. Beberapa tanaman dapat dipakai untuk mengatasi gejala penyakit kronis seperti asam urat, hipertensi, diabetes dan kolesterol. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui rasionalitas penggunaan tanaman obat pada lansia di Surabaya sebagai obat komplementer untuk mengatasi gejala penyakit kronis. Metode yang digunakan adalah survei menggunakan kuisioner pada peserta Posyandu lansia pada lima Puskesmas yang terpilih secara acak di Kota Surabaya. Sebanyak 116 lansia melengkapi kuesioner, 86 diantaranya (74,1%) menggunakan tanaman obat untuk terapi komplementer. Dari 86 responden tersebut, 28 diantaranya menggunakan tanaman obat untuk mengatasi gejala penyakit kronis seperti asam urat, hipertensi dan kolesterol (masing-masing dilaporkan oleh 12,8% responden), serta diabetes (3,5%). Tanaman yang paling banyak digunakan antara lain seledri (Apium graveolens L), bawang putih (Allium sativum), buah mengkudu (Morinda citrifolia), daun salam (Syzygium polyanthum) yang terbukti secara ilmiah. Cara pengolahan dan takaran masih belum konsisten. Kesimpulannya, meskipun tanaman obat tersebut terbukti secara ilmiah, cara pengolahan dan takaran perlu mendapatkan perhatian untuk mendapatkan hasil yang optimal.

Keywords
Tanaman Obat, Penyakit Kronis, Rasionalitas, Komplementer

Topic
Farmakognosi dan Fitokimia

Link: https://ifory.id/abstract/94UR6JEWZaLn


RED AND WHITE GALANGAL PUREE ANTIOXIDANT ACTIVITY AND PHYTOCHEMISTRY SCREENING
Kana Mardhiyyah (a,b*), Yunita Intan Ryandini (c), Yopi Hermawan (c)

Show More

Corresponding Author
Yunita Intan Ryandini

Institutions
a) Mahasiswa Program Doktor Ilmu Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya, Malang
b) Departemen Biokimia Biomolekuler, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya, Malang
*kanamardhiyyah[at]ub.ac.id
c) Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur UPT Laboratorium Herbal Materia Medica Batu

Abstract
Antioxidant prevents oxidative stress. One of the antioxidant source is plant. Red and White Galanga are herbal plants that are easy to grow and they may have antioxidant activity. The aim of this study was to compare antioxidant activity and phytochemistry screening of Red Galangal (Alpinia purpurata K. Schum) and White Galangal (Alpinia galanga L.). The method of this study used was the DPPH method and qualitative analysis. The results of this study showed that the value of antioxidant activity of Red Galangal was significantly higher than White Galangal (p <0.05). The results of phytochemistry screening showed that Red Galangal contained alkaloids, flavonoids, phenolics, tannins, saponins, and triterpenoids. While White Galangal contained alkaloids, flavonoids, phenolics, tannins, and triterpenoids. It is can be concluded that Red Galangal is more effective than White Galangal.

Keywords
antioxidant, phytochemistry, galanga

Topic
Farmakognosi dan Fitokimia

Link: https://ifory.id/abstract/CTw8q3tZzGjH


Skrining Toksisitas Fraksi Ekstrak Etanol Kulit Batang Banyuru (Pterospermum celebicum Miq.) Terhadap Larva Udang Artemia Salina Dengan Metode BSLT (Brine Shrimp Lethality Test)
Asnah Marzuki1, Jahrianti 1, Elly Wahyudin 2, Ismail3

Show More

Corresponding Author
Asnah Marzuki

Institutions
1 Laboratorium Kimia Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, Jalan Perintis Kemerdekaan Km 10, Tamalanrea, Makassar

2 Laboratorium Farmakologi, Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, Jalan Perintis Kemerdekaan Km 10, Tamalanrea, Makassar

3 Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Fakultas Farmasi,Universitas Hasanuddin, Jalan Perintis Kemerdekaan Km 10, Tamalanrea, Makassar

Abstract
Telah dilakukan penelitian skrining toksisitas fraksi dari ekstrak etanol kulit batang Banyuru (Ptorespermum celebicum Miq.) dengan metode Brine Shrimp Lethality Test. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui toksisitas hasil fraksi dari ektrak kulit batang Banyuru(Ptorespermum celebicum Miq.) terhadap larva Artemia salina berdasarkan nilai LC50 yang didapatkan dari analisis probit. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol dan diuji toksisitasnya. Nilai LC50 ekstrak awal yaitu 59,02 µg/mL. Ekstrak awal kemudian dipartisi dengan n-heksan dan metanol serta diuji toksisitasnya. Ekstrak larut n-heksan dan larut metanol memiliki nilai LC50 yaitu 86,01 µg/mL dan 49,51 µg/mL. Hasil partisi larut metanol difraksinasi dengan menggunakan metode kromatografi cair vakum dan dihasilkan enam fraksi yaitu fraksi A, B, C, D, E, dan F dengan nilai LC50 berturut-turut yaitu 312,60 µg/mL; 52,45 µg/mL; 15,15 µg/mL; 25,54 µg/mL; 85,18 µg/mL dan 59,03 µg/mL. Fraksi C memiliki nilai LC50 yang sangat tinggi yaitu 15,15 µg/mL dibandingkan fraksi lainnya sehingga sebagai kesimpulan fraksi C paling toksik.

Keywords
Pterospermum Celebicum Miq., Fraksinasi ,Brine Shrimp Lethality Test.

Topic
Farmakognosi dan Fitokimia

Link: https://ifory.id/abstract/4Z28cNkmV93L


STANDARD PARAMETER IDENTIFICATION OF STELECHOCARPUS BURAHOL ETHANOL EXTRACT AS DRUG RAW MATERIAL
Purwantiningsih1, Arief Rahman Hakim1, Indah Purwantini2

Show More

Corresponding Author
PURWANTININGSIH PURWANTININGSIH

Institutions
1Laboratorium Farmakologi & Toksikologi, Departemen Farmakologi & Farmasi Klinik, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
2Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi Farmasi, Fakultas Farmas,i Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Abstract
Kepel leaves ethanol extract (Stelochocarpus burahol) was reported to have a potency to reduce blood uric acid levels in rats and was not significantly different from allopurinol (P <0.05). This study aimed to identify the standard parameters of simplicia and ethanol extract of Kepel leaves for the medicinal raw materials development. The simplicia standardization was carried out to determine the non-specific and specific parameters and the chemical contained. Non-specific parameters were consisted of water content, loss of drying, ash content, water soluble extractive and ethanol soluble extractive concentration, heavy metal contamination, microbes and pesticides. Specific parameters were included a TLC profile and the total flavonoid content. The total flavonoid contain was calculated to be equivalent to the number of quercetin in gram per 100 g of the sample. The results showed that the simplicia and the ethanol extract of Kepel leaves were appropriate to the standards set for both non-specific and specific parameters. Based on the examination, the simplicia contained the total flavonoid of 0.52% w/w, while the viscous and dry extract of Kepel leaves were contained of 13.04% w/w and 11.02% w/w, respectively.

Keywords
ethanol extract, kepel leaves (Stelochocarpus burahol), standard parameter

Topic
Farmakognosi dan Fitokimia

Link: https://ifory.id/abstract/ck9hdMPDTnmA


TERAPI VERNONIA AMYGDALINA: MEKANISME PENURUNAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) SEBAGAI INDIKATOR ANTIINFLAMASI PADA SINDROM METABOLIK
Irfan Syarif1, Ida Nurwati1,2

Show More

Corresponding Author
Irfan Syarif

Institutions
1Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta
2Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret, Surakarta

Abstract
Latar Belakang : Sindrom metabolik merupakan suatu permasalahan global saat ini dikarenakan tingginya prevalensinya di dunia. Vernonia amygdalina telah diketahui sebagai tumbuhan herbal untuk terapi dikarenakan efek antidiabetik dan antiinflamasinya. Tetapi, bagaimana Vernonia amygdalina bekerja untuk menghasilkan efek antiinflamasinya masih belum diketahui dengan pasti. Tujuan : Artikel ini mendiskusikan mekanisme Vernonia amygdalina dalam menurunkan kadar malondialdehid sebagai salah satu bentuk hasil akhir reaksi inflamasi pada sindrom metabolik. Metode : Pubmed dan Google scholar digunakan untuk mencari tinjauan artikel dengan kata kunci berikut ini: Vernonia amygdalina AND Metabolic Syndrome; Vernonia amygdalina AND Oxidative Stress; Vernonia amygdalina AND Malondialdehyde; dan Lipid Peroxidation AND Malondialdehyde. Hasil : Kandungan antioksidan pada daun Vernonia amygdalina seperti alkaloid, flavonoid, saponin, luteolin, asam klorogenat, dan polifenol memiliki efek inhibisi respon inflamasi pada sindrom metabolik melalui mekanisme radical scavenging activity, chelating agents, penghambatan sintesis sitokin inflamasi, dan inhibisi enzim pembentuk radikal bebas yang dapat menurunkan kadar malondialdehid sebagai biomarker reaksi inflamasi. Kesimpulan : Vernonia amygdalina berperan pada mekanisme antioksidan dalam menurunkan kadar malondialdehid yang merupakan salah satu indikator respon inflamasi pada sindrom metabolik.

Keywords
Vernonia amygdalina, Sindrom Metabolik, Malondialdehid, Stress Oksidatif, Peroksidasi Lipid

Topic
Farmakognosi dan Fitokimia

Link: https://ifory.id/abstract/U7PFAfjdTZh9


TOTAL FLAVONOID LEVELS OF 70% ETHANOLIC EXTRACT OF (Sauropus androgynus (L.) Merr) LEAVES FROM THREE REGIONS WITH DIFFERENT ALTITUDE
Ni Putu Ermi Hikmawanti*, Hayati, Yeni Andriyani

Show More

Corresponding Author
Yeni Andriyani

Institutions
Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi dan Sains, Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka, Jakarta

Abstract
Sauropus androgynus (L.) Merr or known as katuk is a family of Euphorbiaceae. This plant grows in the tropics. The aim of this study was to determine the total flavonoid levels of 70% ethanol extract of katuk leaves from three regions with different altitute. Extraction of katuk leaves was done by maceration method using 70% ethanol. Determination of flavonoid levels was carried out by the colorimetric method using AlCl3 reagent. Quercetin is used as a comparison. The absorbance measurements were carried out at the maximum wavelength of 434.50 nm using UV-Visible spectrophotometry. The results showed that the total flavonoid levels of 70% ethanol extract of katuk leaves from regions with low altitude (Bogor), medium altitude (Sleman) and high altitude (Bandung) are 8.56±0.63 mgQE/g, 4.67±0.30 mgQE/g and 9.72±0.24 mgQE/g, respectively. Thus, it can be concluded that there are differences on total flavonoid levels of 70% ethanol extract of katuk leaves from regions with different altitude.

Keywords
Total flavonoids, Katuk, Altitude, Sauropus androgynus (L.) Merr

Topic
Farmakognosi dan Fitokimia

Link: https://ifory.id/abstract/8aEtwBxJ4LeU


Uji Aktivitas Anti bakteri Perasan dan Krim Daun Binahong {Anredera cordifolia (Tenore) Steen.} pada luka yang Disebabkan oleh Staphylococcus aureus pada mencit putih
Khairun Nida, Sujati WI, Yetri Elisya

Show More

Corresponding Author
KHAIRUN NIDA RASYAD

Institutions
Poltekkes Kemenkes Jakarta II

Abstract
Penelitian sebelumnya membuktikan bahwa Extract Daun Binahong memiliki pengaruh dalam menyembuhkan luka infeksi bakteri Staphylococcus aureus dengan waktu efektif 50% (ET50) penyembuhan luka kurang dari 7 hari, lebih baik daripada komparator Chloramphenicol 2%. Telah dilakukan penelitian untuk menentukan aktivitas pemberian perasan dan krim daun binahong untuk menyembuhkan luka S.aureus pada mencit putih jantan melalui waktu efektif 50 (ET50) penyembuhan luka dan persentase panjang sisa luka. Penelitian eksperimental ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi dan laboratorium Farmakologi Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Jakarta II. Hasilnya adalah waktu efektif 50 (ET50) penyembuhan luka kelompok perasan: 6,55 hari (6 hari lebih 13 jam 12 menit), Krim 7,25 hari (7 hari lebih 15 jam) dan kontrol negatif 8,75 hari (8 hari lebih 18 jam) . Kelompok perasan & kelompok Krim dapat menyembuhkan luka kurang dari 9 hari, sedangkan kontrol negatif 11 hari, tidak ada perbedaan signifikan dalam aktivitas antara perasan daun dan krim Binahong. Hasil penelitian menunjukkan aktivitas perasan dan krim daun binahong sebanding dalam proses penyembuhan luka infeksi Staphylococcus aureus

Keywords
krim binahong, waktu penyembuhan luka, infeksi S.aureus

Topic
Farmakognosi dan Fitokimia

Link: https://ifory.id/abstract/9XkZ3jAmthW2


UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI DIKLOROMETANA, ETIL ASETAT, n-BUTANOL, AIR DAUN TEMBAKAU (Nicotiana tabacum L.) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus
Kori Yati 1, Vivi Anggia1, Maria Serlina Ansila 1, Mahdi Jufri2, Misri Gozan3, Mardiastuti4

Show More

Corresponding Author
Maria Serlina Ansila

Institutions
1Fakultas Farmasi dan Sains, Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA, Jakarta
2Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia, Depok
3Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok
4Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Depok

Abstract
ABSTRAK Tanaman tembakau banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku rokok, namun hasil penelitian menunjukkan bahwa daun tembakau mengandung senyawa aktif yang dapat digunakan dalam bidang farmasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri fraksi Diklorometana, fraksi etil asetat, fraksi n-butanol, fraksi air daun tembakau terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Hasil skrining fitokimia fraksi daun tembakau mengandung alkaloid, fenol, flavonoid, saponin, tanin. Pengujian antibakteri dilakukan dengan metode difusi cakram kertas dengan kontrol positif yang digunakan adalah amoksisilin 30 µg/mL sedangkan kontrol negatif yang digunakan adalah DMSO 5 %, konsentrasi fraksi yang digunakan adalah 5 %, 10 %, 20 %, 40 % (b/v). Fraksi daun tembakau memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa fraksi yang memberikan hambatan terbaik adalah fraksi n-butanol pada konsentrasi 40 % (b/v) dan daerah hambatan bertambah dengan bertambahnya konsentrasi dari setiap fraksi.

Keywords
fraksi daun tembakau, antibakteri, staphylococcus aureus

Topic
Farmakognosi dan Fitokimia

Link: https://ifory.id/abstract/2GkmnAbN6cDv


UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN, SITOTOKSIK DAN ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN TUMBUHAN SIRIH HUTAN (Piper Aduncum L.)
Emrizal, Putri Febriyanti, Ardika Shandy, Diko Saputra

Show More

Corresponding Author
Emrizal Emrizal

Institutions
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau (STIFAR Riau)

Abstract
Telah dilakukan uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil), uji aktivitas sitotoksik dengan metode BSLT menggunakan udang laut Artemia salina L., dan uji aktivitas antibakteri dengan metoda difusi cakram terhadap ekstrak etanol daun tumbuhan sirih hutan (Piper aduncum L.). Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan pada 6 seri konsentrasi uji yaitu 1000; 500; 250; 125; 62,5 dan 31,25 µg/mL dengan menggunakan alat microplate reader yang diukur serapan pada panjang gelombang 517 nm. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun sirih hutan ini memiliki aktivitas antioksidan dengan kategori sedang dengan nilai IC50 sebesar 135,1 µg/mL. Hasil pengujian aktivitas sitotoksik dengan metode BSLT dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun tumbuhan sirih hutan ini bersifat sangat toksik terhadap sel udang, Artemia salina L., dengan nilai LC50 yaitu 12,603 µg/mL. Sedangkan pengujian aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphilococcus aureus dan Escherichia coli terlihat bahwa ekstrak etanol daun tumbuhan ini menunjukkan aktivitas antibakteri yang lemah pada konsentrasi 75; 50 dan 25% dengan diameter hambat sekitar 7,0 mm. Aktivitas antioksidan, sitotoksik dan antibakteri sangat dipengaruhi oleh keberadaan kandungan metabolit sekunder senyawa fenolik dalam ekstrak etanol daun tumbuhan sirih hutan Piper aduncum L., ini.

Keywords
Antioksidan, sitotoksik, antibakteri, radikal bebas, sirih hutan, Piper aduncum L.

Topic
Farmakognosi dan Fitokimia

Link: https://ifory.id/abstract/EeDqkGmHJF3n


Uji Aktivitas Penghambatan Enzim Tirosinase dari Ekstrak Tanaman Garcinia latissima Miq.
Neneng Siti Silfi Ambarwati1, Berna Elya2, Yesi Desmiaty3

Show More

Corresponding Author
Neneng Siti Silfi Ambarwati

Institutions
1Program Studi Tata Rias, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta, Jl. Rawamangun Muka, East Jakarta, 13220, Indonesia
2Departemen Fitokimia, Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia, UI Depok Campus, Depok, 16424, Indonesia
3Departemen Farmakognosi, Fakultas Farmasi, Universitas Pancasila, Jl. Srengseng Sawah, Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, 12640, Indonesia

Abstract
Tirosinase merupakan enzim yang turut serta dalam proses sintesis melanin. Produksi tirosinase meningkat seiring dengan meningkatnya radiasi ultraviolet. Berlebihnya produksi pigmen melanin karena paparan sinar ultraviolet atau stimulasi melanosit dapat menyebabkan timbulnya hiperpigmentasi. Penelitian ini bertujuan untuk mencari bahan pencerah kulit dari bahan alam dengan efek samping yang ringan. Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi bertingkat dari bagian tanaman kulit batang, buah, dan daun. Uji aktivitas penghambatan enzim tirosinase menggunakan metode spektrofotometri pada panjang gelombang 490 nm. Enzim yang digunakan adalah serbuk tirosinase dari jamur terliofilisasi (Sigma) dan substrat yang digunakan 3,4-dihidroksi-L-fenilalanin, L-DOPA (Sigma). Hasil uji aktivitas penghambatan enzim tirosinase pada konsentrasi 100 bpj (triplo) menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat kulit batang 15,94 ± 7,70 %, ekstrak metanol kulit batang 28,94 ± 5,73 %, ekstrak n-heksan buah 25,16 ± 10,22 %, ekstrak metanol buah 23,26 ± 9,10 %, dan ekstrak metanol daun 30,59 ± 0,63 %. Prosentase penghambatan asam kojat sebagai control positif adalah 65,07 % pada 100 bpj. Kesimpulan. Ekstrak paling aktif dari ekstrak Garcinia latissima Miq. sebagai penghambat enzim tirosinase adalah ekstrak metanol daun.

Keywords
aktivitas penghambatan enzim tirosinase; maserasi; kulit batang; buah; daun; Garcinia latissima Miq.

Topic
Farmakognosi dan Fitokimia

Link: https://ifory.id/abstract/3QHXzTKtkD4B


UJI AKTIVITAS PENGHAMBATAN POLIMERISASI HEM DAN IDENTIFIKASI KANDUNGAN KIMIA DARI FRAKSI ETIL ASETAT BATANG MANURAN (Coptosapelta tomentosa Valeton ex K. Heyne) ASAL KOTABARU KALIMANTAN SELATAN
Arnida(a*),Siti Humairah Z.A(a), Sutomo(a)

Show More

Corresponding Author
Arnida , M.Si., Apt.

Institutions
a) Program Studi Farmasi Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat
Jl. A. Yani Km 36 Banjarbaru, Kalimantan Selatan

Abstract
Tumbuhan asli Indonesia yang digunakan secara empiris sebagai antimalaria yaitu manuran (C. tomentosa Valeton ex K. Heyne). Tujuanspenelitian ini adalah untuk menentukanckandungan kimiaAdanAaktivitasVpenghambatanBpolimerisasiGhem berdasarkanknilaifIC50 fraksi etil asetat batanggC.ttomentosavValeton ex K. Heyne. Metode identifikasi kandungan kimia yaitu menggunakan uji tabung, dan metode aktivitas penghambatan polimerisasi hem yang digunakan yaitu Basilico secara in vitro. Hasil identifikasi kandungan kimia terhadap fraksidetilgasetatbbatanghC. tomentosavValetoneex K. Heyne menunjukkan adanya senyawa flavonoid, terpenoid, saponin, tanin, dan antrakuinon. Rerata persentase penghambatan polimerisasi hem fraksi etil asetat batanggC.ttomentosavValetoneex K.hHeyne dari konsentrasi 20; 10; 5; 2,5; 1,25; 0,625; 0,3125 mg/mL berturut-turut yaitu 98,507; 97,872; 96,407; 93,560; 88,419; 80,680; dan 45,467 %. Hasil rerata IC50 fraksi etil asetat batang C. tomentosa Valeton ex K. Heyne sebesar 0,240±0,018 mg/mL dan klorokuinndifosfatssebesar 0,214±0,012mmg/mL. Hal ini menunjukkannfraksi etil asetat batanggC. tomentosa Valeton ex K. Heyne memiliki aktivitas penghambatan polimerisasi hem. Hasil uji independenttsampel t-test diperoleh nilai signifikansi 0,111 (p>0,05) yakni tidak terdapat perbedaan yang bermakna, yang berarti fraksi etil asetat batang C. tomentosa Valeton ex K. Heyne memilikijaktivitasspenghambatanmpolimerisasihhemmyang sebandingkterhadappklorokuinddifosfat.

Keywords
Polimerisasichem, Coptosapeltattomentosav Valeton ex K. Heyne, fraksi etil asetat, Identifikasi, IC50

Topic
Farmakognosi dan Fitokimia

Link: https://ifory.id/abstract/DCvYJjZycREe


UJI FARMAKOGNOSTIK DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAUN MUNDAR (Garcinia forbesii King.) ASAL KEBUN RAYA BANUA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Sutomo (a*), Dina Noor Kamali (a), Arnida (a)

Show More

Corresponding Author
Sutomo , M.Si., Apt.

Institutions
a) Program Studi Farmasi Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru, Kalimantan Selatan
* sutomo01[at]ulm.ac.id

Abstract
Mundar (Garcinia forbesii King.) merupakan salah satu tumbuhan asal Kalimantan Selatan. Tumbuhan ini memiliki kandungan kimia yang memiliki potensi sebagai obat. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran farmakognostik secara spesifik, nonspesifik, dan menentukan akivitas antioksidan daun G. forbesii. Parameter spesifik meliputi uji organoleptik, mikroskopik, profil kromatografi lapis tipis, dan skrining fitokimia. Parameter nonspesifik meliputi kadar abu total, kadar abu tidak larut asam, susut pengeringan, kadar sari larut air, dan kadar sari larut etanol. Aktivitas antioksidan ditentukan dengan metode DPPH berdasarkan nilai IC50. Hasil uji parameter spesifik yaitu serbuk hijau, berbau khas, dan rasa asam. Uji mikroskopik menunjukkan stomata, epidermis atas, epidermis bawah, dinding sel, xilem, floem, jaringan palisade, jaringan spons, dan kutikula. Daun G. forbesii mengandung alkaloid, flavonoid, fenol, tanin, dan steroid. Profil KLT menunjukkan pemisahan yang baik pada eluen polar dan terdapat bercak kuning muncul setelah disemprot dengan reagen DPPH. Uji parameter nonspesifik yaitu kadar abu total 6,52%±0,10; kadar abu tidak larut asam 1,06%± 0,08; susut pengeringan 6,43%±0,38; kadar sari larut air 34,30%±0,30; kadar sari larut etanol 23,47%±0,35. Ekstrak etanol daun G. forbesii memiliki nilai IC50 65,74 ppm. Pengujian farmakognostik memenuhi persyaratan dan ekstrak daun G. forbesii memiliki aktivitas antioksidan yang kuat.

Keywords
Garcinia forbesii King., mundar, ekstrak, farmakognostik, antioksidan

Topic
Farmakognosi dan Fitokimia

Link: https://ifory.id/abstract/kgAxU7V4ED2M


UJI POTENSI NEFROTERAPI DIABETES MELITUS FRAKSI N-HEKSAN ETIL ASETAT DAN ETANOL AIR DAUN KELOR ( MORINGA OLEIFERA LAM)
Yasinta Rakanita, Ida Yanti Palinggi, Sirajudin. Tien Wahyu Handayati, Joni Tandi

Show More

Corresponding Author
Yasinta Rakanita

Institutions
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Pelita Mas

Abstract
Penelitian ini bertujuan menguji ada tidaknya kandungan senyawa metabolit sekunder pada fraksi daun kelor, perbedaan efek ketiga fraksi n-heksan,fraksi etil asetat, dan fraksi etanol-air dan fraksi mana yang lebih efektif dalam menurunkan kadar glukosa darah dan memperbaiki gambaran histopatologi ginjal pengujian menggunakan tikus sebanyak 30 ekor dibagi menjadi enam kelompok yaitu perlakuan kelompok kontrol normal, kontrol negatif dan kontrol positif (metformin),dan perlakuan yang masing-masing diberikan fraksi n-heksan,fraksi etil asetat dan fraksi etanol air dengan dosis 300 mg/kg BB. Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan pada hari ke-0, 35, 42 dan 49 setelah diberi perlakuan. Data yang diperoleh berupa kadar glukosa darah dianalisis dengan analisis One Way ANOVA pada taraf kepercayaan 95% kemudian dilanjutkan dengan uji Least Significant Difference (LSD). Data nilai kerusakan ginjal di analisis dengan uji Kruskal-Wallis dan dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney untuk melihat perbedaan antara perlakuan. Hasil dari penelitian menunjukkan terdapat senyawa metabolic sekunder pada fraksi daun kelor yaitu senyawa alkaloid,flavonoid,tanin,fenolik dan saponin. Fraksi etanol air dosis 300 mg/kg BB paling efektif menurunkan kadar glukosa darah dengan nilai rata-rata 114,6 mg/dl dan fraksi etanol air dosis 300 mg/kgBB dapat memperbaiki gambaran histopatologi ginjal dengan nilai rata-rata kerusakan skor 0,4

Keywords
Fraksi, daun kelor (Moringa oleifera Lam.), kadar glukosa darah, histopatologi ginjal

Topic
Farmakognosi dan Fitokimia

Link: https://ifory.id/abstract/yMeJ6xvQanKu


Page 1 (data 1 to 30 of 32) | Displayed ini 30 data/page

Featured Events

<< Swipe >>
<< Swipe >>

Embed Logo

If your conference is listed in our system, please put our logo somewhere in your website. Simply copy-paste the HTML code below to your website (ask your web admin):

<a target="_blank" href="https://ifory.id"><img src="https://ifory.id/ifory.png" title="Ifory - Indonesia Conference Directory" width="150" height="" border="0"></a>

Site Stats